15 - Harapan Yang Musnah (Repost)

3K 333 29
                                    


Tidak ada seorang Ibu yang ingin terpisah jauh dari anak kandungnya.

~ Dibalik Qalbu ~

🌿🌿🌿

Setelah seharian penuh menghabiskan waktu liburan kemarin dengan menikmati wisata alam Kawah Putih dan Bukit Bintang. Hari minggu pagi ini, Fatih dan Arsyila memutuskan untuk mencari alamat sepasang suami-istri yang waktu itu, mengadopsi anak Arsyila. Sesuai janji Fatih saat itu, ia akan membantu untuk mengambil kembali hak asuh anak Arsyila.

"Alamatnya bener ini kan?" tanya Fatih.

Arsyila menganggukan kepala, netra coklat terangnya menelisik sederet tulisan dalam secarik kertas, lalu beralih memperhatikan rumah yang menjulang megah di depannya.

"Bener koq, ini nomer rumahnya juga sama," sahut Arsyila.

"Ya, udah yuk, turun. Kita coba samperin satpamnya dulu," ujar Fatih. Setelah memarkirkan motornya, ia kemudian turun, melangkah menghampiri pos satpam, di ikuti oleh Arsyila.

"Assalamu'alaikum, permisi Pak," ucap Fatih, begitu ia sampai di depan pos satpam.

"Wa'alaikumsalam." Terdengar sebuah sahutan dari dalam pos satpam, tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan seragam satpam yang melekat di tubuhnya itu, melangkah keluar menghampiri Fatih dan Arsyila.

"Mau mencari siapa, Kang?" tanya pria paruh baya itu.

"Maaf Pak, apa bener ini alamat rumah Pak Dion dan Bu Melly?" ujar Fatih.

"Iyah, bener Kang," sahut Pak Tarmin, satpam tersebut.

Fatih menghela nafas lega, ia lantas tersenyum menatap Arsyila berdiri di sebelahnya.

"Boleh kita bertemu mereka, Pak?" tanya Arsyila, netra coklat terangnya memancarkan binar penuh harap.

"Maaf, Neng, tapi tuan sama nyonya lagi ada di luar negeri," ucap Pak Tarmin.

"Luar negeri?" pekik Arsyila, wajahnya yang semula berbinar, tampak kembali meredup. Netra coklat terangnya beralih menatap Fatih sendu.

"Kira-kira, pulangnya kapan yah, Pak?" tanya Fatih.

"Kurang tau, Kang," sahut Pak Tarmin.

Arsyila tertunduk lesu, harapan tinggi untuk bisa bertemu dengan anaknya kembali, setelah dua tahun lebih berpisah, kini harus ia kubur dalam-dalam untuk sesaat.

"Mereka pergi ke luar negeri sama anaknya juga, Pak?" tanya Fatih.

"Anak? Maaf, Kang, setau saya mereka nggak pernah punya anak," ucap Pak Tarmin.

Mendengar itu, Arsyila merasa syok bukan main, jika apa yang di katakan oleh satpam di depannya ini benar, mereka tidak memiliki anak, lalu dimana anaknya sekarang? Berbagai spekulasi berkecamuk di benak Arsyila.

"Bapak yakin, mereka nggak punya anak?" tanya Fatih, ia menatap pria paruh baya di depannya ini dengan sorot tajam, menuntut penjelasan.

"Saya yakin, Kang. Selama saya kerja di sini, saya nggak pernah melihat anak mereka," sahut Pak Tarmin.

"Bapak udah lama kerja di sini?"

"Belum lama Kang, baru eman bulan saya kerja di sini mah."

Mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Pak Tarmin, dahi Fatih tampak bergelombang, kedua alis tebalnya tertaur heran. Ia merasa ada yang janggal disini.

"Maaf, Kang, ada yang bisa saya bantu lagi? Atau mau titip pesan sama tuan dan nyonya? Biar nanti saya sampaikan," tanya Pak Tarmin.

"Nggak ada, Pak."

Dibalik QalbuWhere stories live. Discover now