6 - Rasa Sakit (Repost)

3.7K 412 86
                                    

"Jangan permainkan kata maaf dan dengan mudah mengucapkan lupakan saja.

Kamu hanya tau caranya meminta maaf, kemudian melupakan, lalu kamu anggap semuanya membaik.

Tapi, ada hal yang kamu tidak tahu,

Bagaimana caranya menyembuhkan hati?

Hati yang terluka, apa bisa membaik setelah itu?

Tidak!

Nyatanya kau tidak peduli.

Kau hanya peduli, tentang bagaimana caranya hubungan ini membaik.

Bukan bagaimana hatiku bisa membaik."

~ Dibalik Qalbu ~

🌿🌿🌿

Sejak kejadian malam itu, hubungan Fatih dan Arsyila mulai merenggang. Bukan, lebih tepatnya Arsyila yang menghindar dari Fatih.

Rasa sakit atas penolakan Fatih padanya masih membekas, sulit rasanya untuk melupakan begitu saja. Memang, Fatih telah meminta maaf. Tapi, apakah bisa sebuah maaf mengobati hati yang terluka dalam sekejap?

Terkadang, orang selalu mengatakan, sebaik-baiknya orang adalah ia yang mau memberikan maaf pada sesamanya. Arsyila bukan tidak memaafkan Fatih, ia hanya belum bisa menghilangkan rasa sakitnya, itu saja.

"Mau kemana?" tanya Fatih, ia yang tengah duduk bersandar di tempat tidur, menatap Arsyila dengan sorot tak mengerti saat netra hitamnya melihat Arsyila mengambil sebuah bantal dan guling.

Arsyila tidak menjawabnya, ia hanya melirik Fatih sekilas melalui ekor matanya.

"Arsy, kamu mau kemana?" tanya Fatih sekali lagi, ia bangkit dari duduk, tangan kekarnya mencekal pergelangan tangan Arsyila, mencegah gadis itu untuk tidak pergi begitu saja.

"Tidur di sofa," sahut Arsyila pelan, namun Fatih masih bisa mendengarnya.

"Kenapa tidur di sofa?"

"Aku rasa tidur di sofa lebih baik, dari pada harus tidur seranjang dengan suami yang tidak menginginkan diriku!" ucap Arsyila, ia berusaha melepaskan cekalan tangan Fatih, kemudian berlalu dari hadapan Fatih.

"Arsyila."

Saat tangan mungilnya memegang knop pintu, suara serak lembut terdengar memanggil namanya, membuat Arsyila yang hendak keluar dari kamar, mengurungkan niatnya.

Tanpa membalikan tubuhnya, Arsyila menjawab,

"Ya."

"Biar saya yang tidur di luar, kamu tetap disini," ujar Fatih, setelah itu ia melangkah keluar dari kamarnya, tanpa menatap Arsyila sedikitpun.

Arsyila mematung ditepat, air mata luruh, rasa sesak di dadanya semakin bertambah. Arsyila pikir, Fatih memanggil ia berusaha mencegahnya agar tidak tidur di luar, merayunya, atau bahkan mengajaknya untuk beribadah malam ini, tapi nyatanya tidak sama sekali.

Miris!

"Aku membencimu Fatih! Aaarrgghh..." teriak Arsyila, tubuhnya yang semula ia sandarkan pada pintu, perlahan merosot kebawah, tangis Arsyila pecah.

Dari luar, Fatih yang masih berada di depan pintu kamarnya dapat mendengar teriakan Arsyila. Tubuhnya ia sandarkan pada pintu.

"Maafkan saya, Arsyila. Maaf," gumam Fatih. Setitik air mata jatuh membahasi pipi tegasnya. Berat rasanya menyakiti orang kita sayang.

Dibalik QalbuWhere stories live. Discover now