14 - Sat Night (Repost)

3.6K 362 91
                                    

Tulang punggung yang kuat, memang tercipta untuk melindungi tulang rusuknya yang mudah patah.

~ Dibalik Qalbu ~

🌿🌿🌿

Fatih dan Arsyila menghabiskan waktu liburan mereka seharian ini dengan penuh suka cita. Binar bahagia tak lepas dari wajah keduanya.

Puas menjelajahi dan menikmati suasa alam Kawah Putih, Fatih dan Arsyila memutuskan turun kembali ke bawah saat kabut tebal mulai turun memenuhi sekitar Kawah Putih, membuat suasananya menjadi cukup gelap dan bertambah dingin.

Mereka turun kebawah kembali menggunakan transportasi ontang-anting. Kali ini, Arsyila duduk di tengah dekat Ibu-ibu, sedangkan Fatih dengan setia duduk di sebelahnya. Perlahan, ontang-anting mulai melaju membawa para pengunjung turun ke bawah, rasa takut kembali menghampiri Arsyila, kali ini tanpa segan, Arsyila langsung berhambur kedalam dekapan Fatih, menyembunyikan wajah cantiknya itu di dada bidang suaminya.

Setelah menempuh tiga puluh menit perjalanan, ontang-anting yang membawa para pengunjung turun ke bawah, sudah sampai di tempat area parkir khusus ontang-anting. Fatih dan Arsyila turun, lantas keduanya berjalan menuju tempat penitipan barang terlebih dahulu untuk mengambil helm mereka, kemudian melangkah ke tempat dimana motor Fatih di parkirkan.

Jarum jam menunjukkan pukul tiga lebih dua puluh menit, suara adzan ashar terdengar berkumandang. Fatih melajukan motornya keluar dari area wisata Kawah Putih, dengan Arsyila yang setia duduk di boncengannya.

"Kita nyari mesjid atau mushola dulu yah, buat shalat ashar. Abis itu, baru mampir nyari makan," ujar Fatih dengan suara cukup keras agar terdengar oleh Arsyila yang duduk di belakangnya. Ia melirik Arsyila sekilas dari kaca spion motor.

"Terserah Aa, aku ngikut aja," sahut Arsyila dengan sedikit menaikan oktaf suara agar terdengar oleh Fatih.

Fatih menganggukan kepala sebagai jawaban, ia kembali fokus mengemudikan sepeda motor. Netra hitam meneduhkan pria itu dengan awas meneliti kanan-kirinya, barang kali melewati mesjid atau mushola yang bisa di singgahi untuk melaksanakan shalat ashar.

Setelah menempuh sejauh 3 km perjalanan, Fatih langsung membelokan sepeda motornya begitu melihat sebuah mesjid yang menjulang megah di sisi kiri jalan. Setelah memarkirkan sepeda motor, Fatih dan Arsyila lantas berjalan terpisah kearah tempat wudhu, kemudian masuk ke dalam mesjid, untuk melaksana shalat ashar yang sempat tertunda beberapa menit.

Lima menit berlalu, Fatih selesai melaksanakan shalatnya terlebih dahulu, ia lantas menunggu Arsyila di teras mesjid sambil memakai sepatu. Tak lama kemudian, Arsyila menghampiri Fatih, wajah cantik Arsyila yang polos tanpa make up itu tampak berseri, membuat jantung Fatih berdebar kala menatapnya.

"Udah?" tanya Fatih, kepalanya sedikit mendongak menatap Arsyila yang berdiri di depan.

"Udah koq," sahut Arsyila.

"Yuk, nyari makan dulu, habis itu baru lanjutin perjalanan ke tempat berikutnya," ajak Fatih, ia yang sudah selesai memasangkan sepatunya, lantas berdiri berhadapan dengan Arsyila, tangannya terulur untuk menggandeng tangan mungil Arsyila.

"Maksudnya? ... Kita nggak langsung pulang?" tanya Arsyila, netra coklat terangnya menatap Fatih heran.

"Iya, enggak. Kan, saya udah bilang mau ngabisin waktu berdua sama kamu hari ini. Full time with you, Neng Arsyantik!" ucap Fatih. Netra hitam meneduhkannya bersirobok dengan netra coklat terang milik Arsyila, menatap lembut dan penuh rasa cinta. Senyum manis terpatri di wajah tampan Fatih.

Dibalik QalbuWhere stories live. Discover now