16 - Fakta (Repost)

2.7K 321 27
                                    

Penyesalan itu, memang sering datangnya belakangan. Kalau datangnya di awal, itu bukan sebuah penyesalan namanya. Tapi, peringatan.

~ Dibalik Qalbu ~

🌿🌿🌿


Fatih menghentikan langkahnya di sebuah toko klontong yang menjual rampe.

"Neng, ini penjual rampenya udah ketemu." Fatih membalikan tubuhnya ke belakang. Namun detik berikutnya, matanya membelalak saat netra hitam meneduhkannya itu, tak menangkap siluit Arsyila di belakangnya.

"Loh, koq, Arsyila kemana?" monolog Fatih.

Netra hitamnya berpendar ke seluruh penjuru pasar, mengamati orang-orang yang berlalu lalang, barang kali menemukan Arsyila diantara kerumunan para pengunjung pasar. Namun nihil, Fatih tak melihat sosok Arsyila.

"Bu, maaf mau tanya ... Lihat istri saya, nggak? Cewek yang jalan di belakang saya tadi?" tanya Fatih pada seorang Ibu-ibu di sampingnya.

"Nggak liat, Kang."

"Oh, makasih yah, Bu."

"Sama-sama, Kang ... Kalau gitu, saya duluan yah, mari Kang."

Fatih menganggukan kepala seraya tersenyum sungkan.

Ibu itu kemudian berlalu dari hadapan Fatih untuk kembali melanjutkan belanjanya.

"Ya, Allah ... Arsyila, kamu dimana?" Fatih panik bukan main, ia kemudian memutuskan untuk mencari Arsyila di sekitar pasar, bertanya pada pedagang-pedagang pasar, berharap ada salah satu diantara mereka yang melihat Arsyila.

Sudah satu jam lamanya Fatih menghabiskan waktu berkeliling pasar mencari Arsyila, namun tidak membuahkan hasil. Berkali-kali, Fatih juga berusaha untuk menghubungi nomer ponsel Arsyila. Namun tetap tidak ada hasilnya, sebab Arsyila tak kunjung mengangkat telpon darinya. Rasa khawatir dan takut terjadi sesuatu hal buruk pada Arsyila, mendominasi perasaannya. Fatih akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, barangkali Arsyila sudah pulang lebih dulu.

🌿🌿🌿


Seorang gadis tampak terbaring lemah di atas tempat tidur. Perlahan, matanya yang semula terpejam itu mulai terbuka. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, lalu berhenti saat netra coklat terangnya bersirobok dengan mata tajam seseorang di sampingnya.

"Hai, Syila sayang."

Gadis itu, Arsyila, buru-buru bangun dari tidurnya. Ia menatap tajam kearah cowok di sampingnya.

"Regas. Ngapain kamu ... Awwss—" Arsyila meringis tertahan, saat merasakan kepalanya terasa berdenyut sakit.

"Jangan sentuh aku!" Arsyila dengan refleks menepis tangan Regas yang berusaha menyentuhnya.

"Munafik, Cih!" Regas yang kesal dengan perlakuan Arsyila itu, semakin memajukan tubuhnya mendekat pada Arsyila. Tangan kekarnya mencengkran pipi tembam Arsyila, memaksa wajah Arsyila untuk mendongak berhadapan dengan wajahnya. "Lihat ini, lihat! Lo, nggak lebih dari seorang PSK Arsyila."

Arsyila menangis tertahan saat netra coklat terangnya menatap tubuhnya yang sudah berantakan. Ia bahkan baru menyadari, kini penampilannya sudah berbeda dengan penampilan sebelumnya. Rasa sesak menghimpit dada, bayangan kelam masa lalu kembali menari di kepalanya, membuka luka lama yang telah berusaha Arsyila kubur dalam-dalam.

"Kenapa? ... Kenapa kamu lakuin semua ini sama aku? Apa gunanya kamu kemarin-kemarin meminta maaf, dan menanyakan keberadaan anak kamu? ... Kalau akhirnya kamu kembali mengulanginya ... Kenapa, Regas?"

Dibalik QalbuWhere stories live. Discover now