Extra Chap 2

4K 263 31
                                    






Tee menelpon Nyonya Wanda untuk melepaskan stresnya, ia benar-benar merasa bersalah telah meninggikan suaranya pada Tae. Tee hanya sedih karena dia punya kabar baik untuk dibagikan pada semua orang, tapi reaksi yang didapatkannya berbeda.

"Aku mencintai P' Tae, nek. Tapi aku juga ingin menggunakan gelarku. Aku ingin bekerja dan bermanfaat bagi masyarakat dan dunia." Kata Tee, menangis dan terisak.

"Aku mengerti Tee. Tapi kau harus memahami mengapa dia begitu keras kepala, terutama ketika itu berkaitan denganmu. Kau diserang beberapa kali, ia khawatir." Jelas Nyonya Wanda lembut.

"Aku tahu, tapi aku juga ingin bekerja." Gumam Tee pelan.

Nyonya Wanda berharap ada di sana hingga ia bisa memeluk Tee dan membuat Tee lebih nyaman.

"Tee, bertengkar dan berdebat tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Satu-satunya kelemahan yang Tae memiliki adalah dirimu, bicara dengannya baik-baik dan ia akan memberikan semua yang kau inginkan. Jangan menggunakan otot untuk sesuatu yang salah. Bicara, berkomunikasi dan berdiskusi, itu akan menyelesaikan semuanya." Nasihat Nyonya Wanda lembut.

Tee membutuhkan waktu untuk memahami semuanya, dan ia tahu Nyonya Wanda benar.

"Tapi P' Tae adalah kelemahanku juga, nek. Jika dia menggunakan dirinya untuk membujukku, aku pasti akan luluh." Kata Tee membuat Nyonya Wanda tertawa terbahak-bahak. Itu sangat benar. Mereka adalah kekuatan dan kelemahan satu sama lain.

"Bicaralah padanya, oke?" Suruh Nyonya Wanda sebelum mengakhiri panggilan mereka.

Tae mendengar semuanya, ia tidak bisa menahan senyum. Itu sangat benar, Tee adalah kekuatan dan kelemahannya. Tae mengetuk pintu dua kali. Dia ingin berbaikan dengan Tee.

"Masuk." Suara Tee terdengar sangat pelan. Tae membuka pintu perlahan dan melihat Tee duduk di tempat tidur mereka.

"Baby." Tae memulai dan duduk di dekat Tee.

Tae menarik tubuh Tee mendekat, memeluknya erat dan menyandarkan dagunya di bahu Tee. Sebuah ciuman menyentuh leher Tee. Tae menciumi leher dan sedikit menggigit telinga Tee.

Tee terkekeh karena geli. Ia berbalik dan menatap wajah Tae. Tae terlihat sangat sedih dan bersalah. Tee tersenyum dan menyentuh kedua pipi Tae.

"Aku mencintaimu. Maaf karena meninggikan suaraku, meninggalkan rumah tanpa memberitahu siapa-siapa dan tidak berdiskusi denganmu." Tee minta maaf dengan benar. Dia benar-benar menyesali perbuatannya. Mereka baru menikah selama tiga minggu tapi Tee sudah melawan perkataan Tae.

"Tidak, baby. Aku juga salah. Aku tahu kau kuat dan mampu menjaga diri, tapi aku tidak bisa tenang. Aku khawatir." Jelas Tae dan Tee mengangguk mengerti.

Mereka terdiam dan merapat satu sama lain. Tae mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan Tee begitu juga dengan Tee, hingga mereka membiarkan waktu berlalu begitu saja. Mereka tidak butuh kata-kata untuk memahami satu sama lain.

"Aku mencintaimu." Bisik Tae setelah kesunyian panjang.

"Aku juga mencintaimu." Balas Tee dan mencium dagu Tae. Tae tersenyum dan mencium Tee.

Tee membicarakan tentang pekerjaan barunya dan Tae hanya menganggukkan kepalanya. Jujur ia tidak menyukai hal ini, dan Tae mengetahui perusahaan itu sangat baik. Tidak ada yang salah dengan perusahaan itu, kecuali pemiliknya adalah seorang gay. Yang tampan.

"Jangan terlalu dekat dengan bosmu." Mohon Tae dan Tee tertawa. Untuk Tee, kecemburuan Tae agak konyol.

"Baiklah. Aku sudah bilang padanya aku punya suami dan betapa aku mencintai suamiku." Balas Tee malu-malu tapi dengan percaya diri.

Love Is Here (bahasa translate)Where stories live. Discover now