Chapter 28

2.5K 316 89
                                    






Tae sedang memperhatikan seorang malaikat yang sedang memberi makan seekor gajah. Malaikat itu tersenyum dan bicara dengan imutnya pada bayi gajah itu. Gajah itu masih kecil.

"Mike, kau makan terlalu banyak." Tee juga terkikik ketika gajah itu mencoba mencuri pisang dari keranjang. Tee membelai dan menepuk kepala gajah dengan riang.

"Kenapa kau memanggilnya Mike?" Pertanyaan itu membuat Tee berhenti melakukan pekerjaannya, dia terhuyung mundur beberapa langkah.

Tee merasa seperti tidak bisa bernafas. Dia tidak percaya dengan orang yang mengajaknya bicara sekarang. Tee meletakkan keranjang perlahan dan siap untuk berlari, tapi Tae lebih cepat. Tae menariknya ke dalam pelukan.

"Tidak, kau tidak bisa lari lagi. Aku sudah menangkapmu." Bisik Tae, masih memeluk Tee-nya.

"P' Tae .... apa .... apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Tee sambil terisak. Dia tidak ingin menangis lagi karena sudah lelah. Tapi hari ini, Tee menangis lagi. Tee tidak ingin bertemu Tae, tapi ia begitu merindukan Tae.

"Aku di sini, mencari cintaku."

"Apa? Siapa?"

"Ini. Cintaku ada di sini." Jawab Tae. Tee menangis lebih keras. Dia membalas pelukan Tae lebih erat.

Tae menyeka air mata Tee kemudian mencium dahi Tee. Tee membeku di tempat. Tae menciumnya! Kenapa?!

"Aku menemukanmu." Kata Tae, menangkup wajah Tee dengan tangannya.

"Aku menemukanmu." Kata Tae lagi kemudian menyatukan dahi mereka.

"P' Tae, tidak seharusnya kau berada di sini." Bisik Tee sambil mendorong Tae pergi. Mereka tidak bisa bersama.

"Kenapa?" Tanya Tae mencoba meraih Tee kembali, tapi Tee menghindarinya.

"Tidak, P'! Tolong, pergilah. Tinggalkan aku sendiri. Aku sudah bahagia dengan hidupku di sini. Aku tidak bisa bersama kalian di Bangkok. Bangkok bukan tempatku. Aku di sini, ini adalah tempatku. Pergilah." Jawab Tee dan perlahan berjalan mundur, siap berlari lagi. Tee tidak mau menghadapi trauma yang sama lagi. Jika dia tidak diinginkan dan dibutuhkan, maka Tee akan menemukan tempat di mana dia dibutuhkan. Seperti di sini, di Chiang Mai.

"Tidak! Tee, aku di sini untukmu. Aku tidak peduli jika Bangkok bukan untukmu, selama kau bersamaku."

"Kenapa, P'? Pergilah P', aku masih punya harga diri. Jangan menghancurkannya, hanya itu yang tersisa yang aku miliki. Ku mohon!" Tee memohon dengan menangis, ia bahkan meyatukan telapak tangannya.

"Tidak, Tee. Aku tidak bisa, aku akan tinggal bersamamu." Balas Tae, mencoba untuk memegang tangan Tee tapi tidak berhasil. Tee tidak mengijinkannya.

"P', ku mohon pergilah. Tinggalkan aku sendiri." Bahkan Tee berlutut di hadapan Tae, memohon.

Tae terkejut dengan tindakan Tee, ia juga segera berlutut menghadap Tee. Tae membuat Tee untuk menatapnya tapi Tee menolak.

"Tee, dengarkan aku ..."

"Tidak! Tidak, P'. Aku sudah cukup terluka. Biarkan aku hidup seperti ini, ku mohon ...."

Tae menyatukan bibir mereka. Memaksa ciuman pada Tee. Tee tertegun dan kehilangan akal. Tee hanya membeku di tempatnya. Setelah mengakhiri ciuman itu, Tae memeluk Tee.

"Aku tidak akan kemana-mana. Tee, aku mencintaimu." Kata Tae, Tee masih tidak menunjukkan reaksi apa-apa.

"P' Tae ... apa yang kau lakukan?" Tee tidak bisa memahami keadaan lagi. Pikirannya kosong, kosong seperti wajahnya.

Love Is Here (bahasa translate)Where stories live. Discover now