Chapter 04

3.5K 338 10
                                    





Seperti yang Tee janjikan, dia memasak makanan favorit Copter, pancake dan crepes sebagai sarapan. Bbas cemberut tapi tetap menghabiskan sarapannya. Tee membiarkan adik-adiknya berkelahi dan fokus menyiapkan makan siang. Hari ini Tee libur di tempat gym, tapi dia memiliki pekerjaan lain sebelum mengajar.

"Kalian akan pergi ke mana hari ini?" Tanya Tee. Hari ini akhir pekan, biasanya mereka tidak pergi kemana-mana.

"Aku akan ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugasku." Bbas menjawab dengan mulut penuh.

Tee memukul kepala Bbas ringan karena bicara dengan makanan penuh di mulutnya. Copter tertawa senang karena Bbas mendapat pukulan dan itu membuatnya mendapat cubitan dari Tee. Sekarang, Bbas lah yang tertawa.

"Ini makan siangmu, kau tinggal memanaskan saja. Copter, jika kau tidak sibuk, bisakah kau mencuci pakaian?"

"Aku akan melakukannya!"

"Bbas, jika kau punya waktu, belilah daging dan beras, oke. Aku meninggalkan uang di dalam kotak."

"Baik, P'!"

"Aku harus pergi. Jangan bertengkar terus. Bye." Bbas mencium pipi Tee sebelum Tee pergi. Tee tersenyum dan melambai dengan riang pada adik-adiknya.

Copter dan Bbas duduk bersama di sofa menatap dinding putih di depan mereka.Mereka bahkan tidak memiliki tv karena mereka tidak mampu membelinya.

"Aku ingin bekerja." Kata Bbas dan Copter terkejut. Ia juga memiliki pemikiran yang sama.

"Aku juga. P' Tee akan sakit jika dia terus-terusan seperti ini." Copter khawatir. Tee hanya memikirkan mereka berdua, dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.

"P' akan marah jika P' tahu."

"Jangan bilang padanya. Ku rasa tidak apa-apa jika kita bekerja pekerjaan yang legal."

"Tentu saja! Apa kau gila, P'? P' Tee akan menangis jika kita melakukan pekerjaan ilegal." Bbas terdengar marah. Dia tidak pernah berpikir sejauh itu.

“Pekerjaan apa kira-kira?” tanya Copter berpikir keras.

"Erm, di toko serba ada atau semacamnya."

"Oh, di kampus kita. Mereka ingin mempekerjakan siswa untuk menggambar mural di dinding. Kau harus bergabung, kau adalah mahasiswa seni." Usul Copter, Bbas tampak tertarik.

"Bagaimana cara untuk bergabung?" Tanya Bbas terlihat senang. Baginya itu legal dan menurutnya Tee tidak akan marah. Ini seperti membantu kampus tapi dibayar.

"Isi formulir di website."

"Oke. Aku akan mengisinya di perpustakaan. Aku pergi dulu."

"Baiklah. Beli apa yang disuruh P' tadi." Copter mengingatkan Bbas dan Bbas tersenyum malu, dia sudah lupa sebenarnya.

"Jangan terlalu banyak tidur karena kau tidak akan menjadi tinggi. Jangan lupa cuci pakaian!" Teriak Bbas sambil membanting pintu dan berlari secepat yang dia bisa. Copter menakutkan ketika marah, dan jangan bicara tentang tinggi badan dengannya. Dia sensitif.

*******

Kelas sangat ceria karena tidak ada tes yang diberikan hari ini. Para siswa hanya belajar sesuatu yang sederhana dan Tee tahu bagaimana membuat kelas tidak membosankan. Semua murid sangat menyukainya.

"P' Tee, bagaimana cara menghitung ini?" Tanya seorang anak dan Tee mengajarinya dengan kata-kata sederhana, anak itu memahaminya dengan cepat.

Setelah satu jam kelas selesai. Tee berdiri di depan gerbang bersama para siswa sambil melihat mereka pulang dengan selamat.

"Hati-hati." Tee melambai ke arah mereka dengan gembira. Dia merasa bahagia bersama anak-anak. Beberapa orang tua menyapanya ketika mereka datang untuk menjemput anak-anak mereka.

Tee adalah orang yang baik, mudah berteman dan sopan. Setelah semua murid pulang, Tee memasuki ruang kelas dan sedikit membersihkannya sebelum melanjutkan ke pekerjaan berikutnya.

*******

Pekerjaan berikutnya adalah membagikan selebaran dari sebuah kafe, itu terlihat mudah tapi tantangannya sulit. Dia harus memakai maskot beruang di cuaca panas. Setelah satu jam, Tee mulai pusing dan memilih untuk beristirahat sebentar. Tee memakai selebaran itu sebagai kipas. Keringatnya mengucur deras dan wajahnya menjadi pucat.

Sambil beristirahat, dia sedikit memperhatikan sekelilingnya dan terkejut ketika melihat Bbas dan Copter berjalan ke arahnya. Tee cepat meraih kepala maskot dan mencoba bersembunyi. Tee tidak ingin adik-adiknya tahu dia bekerja seperti ini.

Tee berlari di tikungan dan tanpa sadar dia menabrak seseorang.

"Hei!"

Tee menutup mulut orang itu dengan telapak tangannya dan berdoa semoga  Bbas dan Copter tidak mendengarnya. Dia juga mendorong orang itu ke dinding. Setelah beberapa saat, ia mengintip ke luar dan melihat jika adik-adiknya sudah melewati daerah itu. Tee menghela nafas lega dan menempelkan dahinya di dinding?

'Sejak kapan dinding berdetak.'  Tee penasaran.

"Karena aku manusia dan memiliki hati." Suara itu mengejutkan Tee. Matanya melebar dan segera  menjauh dari orang itu. Mulutnya menganga.

"Ah ... Erm ... Eh ... Aku ... Maaf. Aku tidak tahu ... Kenapa kau di sini?" Tee bertanya karena penasaran dan orang itu menunjukkan wajah datarnya.

"Kau menabrakku, menarikku ke pojokan, mendorongku ke dinding, menutup mulutku dengan telapak tangan dan terakhir meletakkan kepalamu di dadaku. Jelas?" Orang itu terdengar kesal dan Tee juga merasa kesal. Dia tidak bermaksud melakukan semua itu. Tee cemberut tanpa menyadarinya.

Tee mendongak dan membeku. Dia tidak tahu mengapa dia tiba-tiba membeku, tapi orang itu menjentikkan jarinya di kepala Tee yang membuatnya kembali mencair. Tee mengusap dahinya, berusaha keras untuk tidak marah karena dia tahu dia yang salah.

"Maaf, Tuan menjengkelkan." Tee meminta maaf dengan sopan tapi tidak tulus. Kata menjengkelkan juga hanya dia ucpakan dengan berbisik hingga hanya dia yang bisa mendengarnya. Tapi Tee salah, orang itu juga mendengarnya tapi membiarkannya berlalu.

"Kepalaku sakit." Kata orang itu sambil mengusap kepalanya. Sekarang Tee merasa bersalah. Dia juga mengusap kepala orang itu karena merasa bersalah. Tentu saja orang itu terkejut dengan sikap Tee.

"Erm, apa kita perlu pergi ke rumah sakit atau klinik?" Tanya Tee dengan sangat khawatir.

Orang itu hanya menatap Tee datar dan menggelengkan kepalanya. Dia baik-baik saja, hanya sedikit nyeri. Kemudian ia melihat sekeliling dan cukup terkejut dengan banyaknya orang yang memperhatikan mereka sekarang. Tee masih menatapnya dengan rasa bersalah dan tidak menyadari sekitarnya.

'Anak ini begitu acuh.' Pikir orang itu.

"Aku baik-baik saja. Aku harus pergi." Orang itu sedikit mengangguk dan meninggalkan Tee berdiri di sana sendirian. Tee terlihat bingung dan masih merasa bersalah.

"Tee Tee, kau melukai seseorang." Gumam Tee.

Ketika Tee melihat sekeliling, dia terkejut. Banyak orang memperhatikannya yang membuatnya malu. Dia sedikit tersenyum dan meraih kepala boneka maskot sebelum memakainya.




Love Is Here (bahasa translate)Where stories live. Discover now