Chapter 41

2.3K 271 17
                                    






Pesta pertunangan adalah salah satu dari ribuan hal yang menurut Tee tidak akan pernah dilaluinya. Tee tidak pernah memikirkan pernikahan sebelumnya, karena yang ia inginkan dalam hidupnya adalah kebahagiaan adik-adiknya.

Nyonya Wanda merapikan dasi Tee dan menepuk dadanya dengan bangga, bahagia dengan acara ini di rumahnya. Tee tersenyum dan memeluk Nyonya Wanda.

"Terima kasih telah merestui kami." Kata Tee tulus.

"Terima kasih sudah mencintai dan menerima Tae." Mereka berdua saling tersenyum sebelum keluar dari kamar.

Nyonya Wanda akan mengumumkan pertunangan mereka hari ini, pada jamuan makan malam yang disiapkan olehnya.

"Terima kasih sudah datang. Hari ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupku. Cucu tertuaku akan bertunangan dengan cinta dalam hidupnya, dan cucu keduaku akan mengambil alih posisiku sebagai presiden perusahaan."

Setelah sambutan itu, Tae dan Tee bertukar cincin pertunangan mereka, dilanjutkan Kimmon memberikan sambutan tentang tugas barunya sebagai presiden perusahaan. Meskipun Kimmon terlihat seperti pria biasa, tapi dia adalah pebisnis paling cerdas yang Tae dan Godt tahu.

Semua berjalan lancar, Tae dan Tee mendapat banyak ucapan selamat. Tee malu ketika semua orang mengatakan jika ia cantik.

Tee terpisah dari Tae karena neneknya ingin memperkenalkan Tee pada teman-temannya. Nyonya Wanda bangga memiliki Tee sebagai cucunya. Tae duduk dengan sepupu-sepupunya dan kekasih-kekasih mereka.

"Sial, dia sangat cantik. Aku tidak percaya aku mengatakan ini untuk seorang laki-laki." Seorang pria bicara dengan teman-temannya tentang Tee dan Tae mendengarkan dengan seksama.

"Ya, aku bersedia menjadi gay untuknya." Balas pria lain setuju dengan apa yang dikatakan temannya.

"Aku pernah bertemu dengannya sebelumnya, dia bekerja di gym. Aku pergi ke sana hanya untuk melihatnya. Ketika ia berhenti, aku juga berhenti datang ke gym itu." Yang lain menambahkan dan mereka tertawa bersama.

"Kau gila."

"Yeah, kau tahu aku bisex. Setiap lelaki gay ingin memilikinya." Kata pria gym itu lagi.

"Tapi kita sudah terlambat. Dia adalah tunangan Tae Darvid. Tidak ada yang berani menyentuh miliknya."

"Ya." Mereka bertiga mengakhiri topik itu dan melanjutkan dengan obrolan lain.

"Untung saja kau adalah raja iblis, atau kalau tidak kau harus berjuang lebih keras." Kata Godt, juga mendengarkan percakapan ketiga pria tadi.

"Ya, pelangganku pernah mencoba melecehkannya dulu." Tae tersentak dengan apa yang dikatakan Kimmon.

"Apa?!" Oke, menggali cerita lama itu seperti menggali kuburnya sendiri.

"Itu masa lalu, saat kau masih belum mengenalnya." Balas Kimmon, menggeser kursinya agak menjauh dari Tae.

"Tae, kau harus lebih waspada dan melindunginya karena ketidak pekaaan dan kebebalannya. Pernah sekali dia dirampok dan perampok itu mencoba membuka bajunya. Tee mengatakan jika perampok itu mengira dia memakai baju mahal." Tambah Godt membuat Tae mengerutkan kening. Yang lain terkesiap karena itu adalah pertama kalinya mereka mendengarnya. Ya, Godt menepati janjinya untuk merahasiakan hal itu dari semua orang.

Tae meninggalkan meja tanpa mengatakan apa-apa. Dia mencari Tee dan seketika kerutan di wajahnya berubah menjadi kemarahan. Seorang pria tua terus menyentuh punggung Tee. Tae tidak peduli jika orang tua itu adalah teman neneknya. Tidak ada yang boleh menyentuh Tee-nya.

"Baby." Tae menarik Tee ke sisinya dan menatap dingin pria tua itu. Pria tua itu mengalihkan pandangannya dan berjalan beberapa langkah menjauh dari Tae.

"Ini adalah cucu saya, Tae." Nyonya Wanda memperkenalkan Tae pada teman-temannya. Nyonya Wanda tidak menyukai Tae bersikap tidak sopan pada teman-temannya, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.

"Oh, dia adalah insinyur terkenal. Aku tahu dia." Kata salah satu dari mereka.

Tae sedikit tersenyum dan tetap meletakkan tangannya di pinggang Tee dengan posesif, sedangkan Tee terus mengobrol dengan orang lain dengan sopan.

Acara berjalan dengan baik dan setelah semua tamu pulang, Nyonya Wanda ingin bicara dengan Tae tentang kekasarannya.

"Kau tidak seharusnya melakukan itu! Dia adalah klien dan temanku!" Nyonya Wanda marah.

"Aku melakukannya karena dia menyentuh Tee." Balas Tae.

"Dia hanya menyentuh Tee sedikit. Tidak membahayakan."

"Tidak, nenek! Dia menyentuh punggung Tee dan tangannya terus menyentuh ke bagian yang lebih rendah. Aku menghentikannya di waktu yang tepat. Kau harus bersyukur aku tidak memukul wajahnya!" Tae juga marah, wajahnya merah.

Nyonya Wanda terkejut mendengarnya. Dia berbalik menatap Tee yang sedang gugup.

"Benarkah, Tee? Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?" Tanya Nyonya Wanda khawatir.

"Eh, nenek. Tee juga tidak yakin. Tee pikir dia bersikap baik tapi ya, tangannya, urm ... terus bergerak ke bawah. Tee merasa lega P' Tae datang." Jawab Tee dengan wajah gelisah.

Mata Nyonya Wanda terbuka lebar. Dia marah sekarang.

"Beraninya pria tua itu menyentuh cucuku! Aku akan memutuskan hubungan dengannya!" Nyonya Wanda ingin memanggil Karn, tapi Tee menghentikannya.

"Tidak, nenek. Tidak ada hal buruk yang terjadi, jadi itu tidak apa-apa. Aku akan berhati-hati dan memastikan untuk tidak bertemu dengannya lagi." Kata Tee sambil memegang lengan Nyonya Wanda.

Semua tidak setuju dengan keputusan Tee, tapi seperti selalu tidak ada yang bisa melakukan apa-apa ketika Tee mengatakan seperti itu.

"Baby, kau tidak bisa selalu membiarkan orang sepertinya begitu saja. Apa yang terjadi jika hal itu terjadi pada adik-adikmu?" Tanya Tae putus asa.

Tee terdiam, kemudian berlari untuk memeluk Copter dan Bbas.

"Tidak! Kalian berdua harus belajar bela diri. Bbas, belajarlah dari Copter!" Kata Tee serius. Bbas mengangguk bingung. Bbas imut, tapi ia tidak pernah diserang oleh pria sebelumnya. Orang yang paling perlu belajar bela diri adalah Tee.

Kimmon dan Godt memukul dahi mereka. Tee benar-benar bebal dan bodoh dengan imutnya. Semua menatap Tae dan Tae hanya menghela nafas sebelum mengangkat bahu. Itu adalah Tee-mu, Tae.

"Nenek, aku berjanji untuk lebih berhati-hati. Mungkin teman nenek tidak bermaksud seperti itu. Tapi jika ia melakukannya lagi pada orang lain, silahkan ambil tindakan." Pinta Tee berharap pada Nyonya Wanda.

Nyonya Wanda tersenyum dan mengangguk.

"Jangan terlalu baik pada orang lain, Tee. Menjadi baik itu bagus, tapi jangan biarkan kebaikanmu membahayakanmu." Pesan Nyonya Wanda serius. Tee mengangguk senang. Baginya, masalahnya selesai. Tapi tidak untuk orang lain karena masalah utama di sini adalah Tee sendiri. Dia tidak menyadari situasi dan bahaya di sekitarnya.

"Baby, ayo kita beristirahat. Aku lelah." Tae memegang tangan Tee. Tee mengangguk dan mengucapkan selamat malam pada semua orang.

Setelah Tae dan Tee pergi ke kamar mereka. Semua yang bergabung dalam perbincangan tadi menghela nafas dan menghempaskan tubuh mereka di sofa. Mereka tidak percaya pada kepolosan Tee.

"Apa dia selalu seperti itu?" Tanya Nyonya Wanda pada Copter dan Bbas.

"Ya. Suatu hari, P' Tee hampir diculik karena ia mencoba menolong seorang pria. Tapi karena kebaikan dan kepolosannya, P'Tee selamat. Kepolosannya bisa menyelamatkan dan membahayakan dirinya." Jawab Copter membuat yang lain menghela nafas lagi. Tapi itu benar, Tee tidak pernah dicelakai secara serius sebelumnya. Tee selalu mendapat pertolongan. Ya, Tuhan pasti juga menyayangi Tee.


Love Is Here (bahasa translate)Where stories live. Discover now