Chapter 29

2.5K 277 27
                                    






Tae menghabiskan seluruh waktunya di Chiang Mai bersama Tee. Tae terlihat seperti ekor Tee. Tidak seperti Tee memiliki ekor, tapi Tae yang mengekori Tee kemana-mana. Dia juga memaksa Tee untuk tidur di kamar hotelnya karena menurutnya rumah Tee tidak aman.

"P' Tae, berhenti mengikutiku. Aku tidak akan kemana-mana." Tee sedikit mendorong Tae. Dia harus bekerja tapi Tae terus mengikutinya seperti anak kecil.

"Aku tidak melakukan apa apa." Tae mengangkat bahu, tidak merasa bersalah sama sekali.

Tee menghela nafas dan menatap Tae. Dia akan mengomel sampai Tae bosan dan meninggalkannya sendirian.

Tae menyeringai senang ketika melihat bagaimana reaksi Tee. Tae tidak peduli, ia akan memastikan Tee berada di depannya setiap saat.

Tee terus mengomel dan merengek, tapi Tae merasa senang dengan hal itu. Tae merindukan omelan dan rengekan Tee.

"P' Tae!" Tee menginjak kaki Tae karena ia tahu Tae tidak mendengarkannya sama sekali.

Tiba-tiba Tae memeluk Tee dan mengangkatnya.

"P' Tae! Turunkan aku." Tee merasa malu sekarang karena para pengunjung mulai saling berbisik. Beberapa bahkan tertawa dengan kelakuan mereka.

"Ehem, Tee..." Sebuah suara mengejutkan mereka. Tee memukul dada Tae agar menurunkannya.

"Tee, bisakah kau membantuku menemani anak-anak, mereka ingin memberi makan gajah." Tanya pria itu.

"Baik, P' Nai. Sekarang?" Tanya Tee sambil tersenyum lebar, Tae mengerutkan kening. Tae tidak menyukai laki-laki itu sama sekali.

"Ya. Ayo kita pergi." Pria bernama Nai itu menunggu Tee untuk berjalan bersama-sama, benar-benar mengabaikan Tae.

"Oh..P', pergilah dulu. Aku harus berbicara dengan..." Tee melirik Tae sebentar. Dia tidak tahu harus bagaimana memperkenalkan Tae.

"Aku Tae, kekasih Tee." Kata Tae sambil mengulurkan tangannya.

Tee ternganga, sejak kapan? Dia terlalu terkejut untuk menyangkalnya. Nai menjabat tangan Tae kemudian berjalan pergi.

"P'! Kenapa? Apa yang kau katakan?" Tee bingung, juga malu pada saat yang sama. Dia tidak tahu apa yang dirasakannya, seperti ada sesuatu yang melompat-lompat di perutnya.

"Kita sudah berciuman. Teman dan saudara tidak berciuman di bibir, bukan?" Tanya Tae dengan wajah datar.

Sekarang Tee ingat ciuman itu dan wajahnya memerah sampai ke leher. Dia menyentuh bibirnya lalu mencubit Tae. Tee malu.

"P' yang menciumku." Tuduh Tee sambil cemberut. Tae terkekeh dan mencubit pipi Tee.

"Ya. Aku menciummu karena aku mencintaimu. Jangan khawatir, aku tahu kau juga mencintaiku. Ayo kita menghampiri anak-anak." Tae menarik Tee yang masih tercengang. Tae tersenyum puas.

"Siapa ini? P' Tae sangat aneh." Gumam Tee dan Tae hanya mengabaikannya. Tae tidak peduli lagi, dia yakin Tee juga mencintainya. Tae benar-benar memiliki kepercayaan diri sebesar gunung.

*******

Mereka menghabiskan sepanjang hari bersama lagi, kali ini Tae menemani Tee ke rumahnya untuk mengambil beberapa pakaian. Tee tidak bisa memakai pakaian Tae lagi, tubuh Tae lebih besar darinya.

Begitu mereka berada di dalam rumah kecil yang memiliki ruang terbatas, Tae sama sekali tidak menutupi rasa ketidaknyamanannya. Tae tidak menghina atau merasa jijik dengan tempat itu, ia hanya tidak bisa membiarkan hatinya tenang mengetahui Tee tinggal di rumah ini.

Love Is Here (bahasa translate)Where stories live. Discover now