Chapter 45

2.3K 244 23
                                    





Tee sangat gugup sampai ia tidak bisa mengancingkan sendiri jas pernikahannya. Tee terus gelisah, jari-jarinya meraba-raba untuk mengancingkan jas itu. Tee mengernyit ketika tidak bisa melakukannya.

Bbas dan Copter menggelengkan kepala dan membantu Tee mengancingkan jas itu. Tee masih terlihat menawan meski dia gugup. Jantungnya berdetak kencang, Bbas dan Copter juga bisa merasakannya.

"P', rileks. Kau bisa pingsan." Copter menepuk pelan dada Tee.

Tee memegang tangan adik-adiknya dan menutup matanya dengan erat. Dia sangat gugup hingga merasa ingin muntah. Tee juga butuh tidur yang lama.

"Apa yang akan terjadi jika aku tersandung atau jatuh saat aku berjalan?" Tee membayangkan hal-hal konyol.

Bbas dan Copter merasa geli dengan sisi baru Tee ini, mereka tidak tahu Tee bisa gugup seperti ini.

"Jangan khawatir, suami P' akan menyelamatkan P' dari apapun." Kata Bbas dengan nada menggoda, Tee cemberut dan duduk di sofa.

"Ya, P'. P' Tae akan menolongmu."

"Apa yang akan terjadi jika aku merusak acara itu?"

"Tidak akan terjadi, P'. Berhenti mengkhawatirkan hal-hal yang sederhana. Aku yakin P' Tae lebih dari siap. P' bisa mengandalkannya." Kata Copter mengakhiri perdebatan itu. Tee memandangi kedua saudara lelakinya dan tersenyum tulus. Tee percaya pada Tae.

Itulah yang tiga bersaudara itu pikirkan, mari kita beralih ke ruang persiapan Tae.

Godt dan Kimmon sudah memcapai batas kesabaran mereka, mereka sangat ingin memukul Tae. Tae terus bergumam dan bicara kata-kata yang tidak berguna, ia bahkan tidak bisa duduk.

Tae masih mondar-mandir di kamar. Godt memijat pelipisnya sementara Kimmon berbaring telentang di tempat tidur. Dia menyerah. Tidak, mereka menyerah dengan Tae.

"Tolong aku!!" Teriak Tae ketika melihat sepupunya tidak melakukan apa-apa di atas ranjang.

Mereka sudah melakukan semuanya, tapi Tae tetap tidak bisa tenang sama sekali.

"Duduk dan tenanglah. Jika Tee melihatmu seperti ini, dia akan malu. Orang yang dipercayainya tidak seperti yang ia pikirkan sama sekali." Kata Godt, yang membuatnya mendapatkan tatapan mematikan dari Tae. Tapi setidaknya dia berhasil membuat Tae berhenti berjalan.

"Tae, kami tahu kau gugup. Tapi tolong duduk dulu, minum air dan ambil nafas dalam-dalam." Suruh Kimmon, menawarkan segelas air dingin untuk Tae.

Tae menghela nafas dan duduk di antara sepupunya.

"Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Ini adalah pernikahan pertamaku." Tae menjawab alasannya, Kimmon dan Godt menatapnya tak percaya. Apa maksud Tae?

"Tidak ada yang sudah menikah di sini, Tae. Kau yang pertama." Godt membalas peekataan Tae. Tae mengangguk setuju dengan Godt.

"Haruskah aku memanggil First? Dia satu-satunya yang sudah menikah." Tanya Kimmon, tapi Tae menggelengkan kepalanya.

Tae menutup matanya dan mengambil nafas dalam-dalam. Dia membayangkan wajah Tee dan masa depan mereka bersama. Mereka bahagia dan itu membuat Tae tersenyum. Dia lebih tenang sekarang. Ketika Tae membuka matanya, Godt dan Kimmon menatapnya dengan jarak sangat dekat dengan tatapan penasaran. Tae mendorong kedua sepupunya menjauh darinya.

"Apa yang kau bayangkan?" Tanya Kimmon.

"Jangan bilang kau membayangkan malam pertamamu. Itu gila!" Godt mendapat pukulan keras karena itu. Tae tidak pernah membayangkan itu sebelumnya. Tapi sekarang ketika Godt membahasnya, yeah, biarkan Tae membayangkan apa yang diinginkannya.

******

Selain gugup dan detak jantung mereka tidak bisa berdetak secara normal, pernikahan mereka berjalan lancar. Tee banyak menangis ketika mereka mengucapkan janji pernikahan mereka. Tae memeluk Tee begitu erat agar suaminya tetap tenang. Suami, panggilan itu membuatnya tersenyum dan merasa hangat di hatinya.

Mereka mendapatkan ucapan selamat dan hadiah dari tamu. Beberapa orang menggoda mereka tentang kehidupan pernikahan. Beberapa lainnya tidak percaya jika seorang iblis memiliki malaikat sebagai pasangannya. Tapi bagaimanapun, mereka semua bahagia untuk pasangan pengantin itu.

"Waktunya foto!" Teriak Bbas riang, ia tidak sabar untuk melihat Tee berpose untuk foto pernikahan.

"Apa itu suatu keharusan?" Tanya Tae, dia tidak menyukai berfoto di depan orang. Itu tidak termasuk pose yang fotografer inginkan.

"Meskipun kau bisa menyimpan semua kenangan ini dalam pikiranmu, tapi Tee mungkin juga ingin menyimpannya dalam cetakan. Jangan egois!" Kata First, marah dengan pertanyaan Tae. Tae menelan ludah dan melihat ke arah Tee. Tee mengangguk. Dia ingin banyak foto, Tee ingin menyimpannya sebagai kenangan yang berharga.

"Apapun untukmu, baby." Kata Tae. Tidak ada yang bisa mengatakan tidak pada Tee.

Sesi foto berjalan dengan baik. Tae bahkan menikmatinya karena sebagian besar orang yang harus melakukan pose adalah Tee. Dia senang dengan betapa memerahnya Tee ketika mereka harus berpose intim satu sama lain.

"Itu tidak sulit, bukan?" Tanya Aim pada Tae. Tae hanya mengangguk dua kali.

Mereka juga mengambil foto keluarga dan teman bersama. Semuanya menyenangkan dan Tee nikmati setiap waktu mereka.

"P' Tae, ayo kita makan. Tee lapar." Tee berpikir perutnya akan menangis karena dia benar-benar lapar, ia tidak makan sejak kemarin.

Tae memegang tangan Tee dan membawanya ke meja makan.

"Ayo makan." Tae melayani semuanya untuk Tee, mereka makan bersama keluarga dan teman-teman mereka.

Nyonya Wanda mengambil Tee dari sisi Tae dan memperkenalkan Tee ke sebagian besar teman-temannya. Semua orang tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari Tee. Di hari biasa, Tee sudah terlihat menawan. Tapi hari ini, Tee terlihat menakjubkan dengan jas pernikahannya.

"Nyonya Maria, terima kasih sudah datang. Ini adalah Tee, cucu menantuku. Dia juga memiliki nama keluarga kami." Kata Nyonya Wanda, ia sedikit menyeringai di akhir kata-katanya.

Tangan Tee mencengkeram erat lengan Nyonya Wanda.

"Terima kasih sudah datang, Nyonya." Kata Tee sopan dan memberi wai pada Nyonya Maria.

"Selamat untuk pernikahan kalian. Aku tahu aku tidak pantas mendapat maaf darimu, tapi tolong maafkan aku. Ini bukan karena status barumu. Aku ingin bicara denganmu sejak lama, tapi aku malu dengan diriku sendiri. Aku sudah tua tapi tidak bisa berpikir bijaksana sepertimu." Kata Nyonya Maria dengan wajah sedih. Tee tersenyum bahagia dan memeluk Nyonya Maria.

"Itu semua masa lalu. Aku sudah tidak ingat semua itu. Sekarang, Anda adalah nenek dari adik-adikku dan juga keluarga mereka. Jika Anda tidak keberatan, tolong anggap aku sebagai keluarga Anda juga." Kata Tee lembut, Nyonya Maria membiarkan air matanya mengalir dan memeluk Tee.

"Terima kasih, Tee." Balas Nyonya Maria. Tee tersenyum dan menyeka air mata itu.

"Aku akan memastikan Bbas dan Copter pulang akhir pekan ini. Mereka harus belajar bagaimana menghormati orang tua." Kata Tee, pura-pura marah. Berkacak pinggang.

Nyonya Maria dan Nyonya Wanda tertawa mendengarnya. Ya, Bbas dan Copter terus menunda kunjungan mereka ke rumah nenek mereka.

Tee meminta ijin ketika Tae memanggilnya. Nyonya Wanda dan Nyonya Maria tersenyum melihat Tee berjalan pergi dengan wajah bahagia.

"Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa melihat semua sisi baiknya dulu. Dia terlalu berharga dan semua yang sudah kulakukan padanya sangat kejam." Nyonya Maria menyesali semua perbuatannya di masa lalu.

"Bukan hanya dirimu. Aku juga buruk. Tapi Tuhan adil, Ia mengirimkan malaikat untuk menghadapi semua ini. Jika Tuhan mengirimkan orang biasa seperti kita, mungkin kita harus memohon untuk mendapatkan maafnya." Balas Nyonya Wanda, dan Nyonya Maria tidak bisa tidak menyetujuinya.






Love Is Here (bahasa translate)Место, где живут истории. Откройте их для себя