Chapter 02

4.1K 377 12
                                    






First membawa pelanggan ke kantornya dengan paksa dan memintanya meninggalkan tempat gym sesegera mungkin.

"Aku membayar keanggotaan." Jawab pelanggan dengan arogan.

First mengambil formulir keaggotaan pelanggan tersebut dan menyobeknya menjadi dua bagian, kartu juga dipatahkan menjadi dua yang kemudian bergabung dengan barang-barang lain di tempat sampah. First mengambil uang dan mengembalikannya kepada pelanggan itu.

"Jangan sampai aku melihatmu lagi. Kami bisa menuntutmu untuk apa yang kau coba lakukan, dan ini bukan yang pertama kalinya kami memergokimu. Pergi sekarang!" Teriak First. Pelanggan itu mengambil uang dari First dan keluar dari sana.

Tee yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya terkejut mendengar First berteriak pada pelanggan untuk pertama kalinya. Pelanggan pergi dengan wajah marah dan memelototi Tee. Tee terkejut dengan tatapan tajam itu.

'Kenapa? Aku tidak melakukan apa-apa.' Tee cemberut sendiri. Dia tidak melakukan apa-apa tapi menerima tatapan marah. Dia tidak menyukai itu sama sekali.

"Ada apa?" Ray bergegas menghapiri Tee. Dia sangat suka bergosip. Tee hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya.

"Tolong berkumpul untuk pertemuan singkat." First memanggil semua karyawan untuk berkumpul di tengah ruangan.

"Malam ini, pemilik gym akan datang dan ingin membuat pesta kecil. Aku membutuhkan bantuan kalian yang bekerja shift malam nanti. Tentu saja kalian juga bisa makan." First menjelaskan secara menyeluruh dan mereka semua tampak mengerti.

"Pemilik gym? Siapa?" Tanya Tee pada Aim, karyawan di gym juga. Aim tertawa pelan karena dia lupa bahwa Tee tidak pernah bertemu pemilik gym sebelumnya.

"Kau akan bertemu dengannya malam ini, tunggu saja." Tee cemberut lagi dan Aim mengacak rambutnya.

"Katakan saja padaku P'." Bujuk Tee. Tentu saja Tee berusaha keras untuk tahu. Karena dia tidak ingin membuat kesalahan jika tidak menyapa pemilik gym ketika ia bertemu untuk pertama kalinya. Dia harus memberi kesan yang baik untuk mempertahankan pekerjaannya. Bayarannya cukup tinggi.

"Jangan bertingkah imut. Tunggu saja." Aim mencubit pipi Tee tapi Tee cepat menampiknya.

"Jangan memanggilku imut." Tee menghentakkan kakinya hingga membuat semua rekan kerjanya menertawakannya.

Tee dan Ray adalah karyawan termuda dan rekan kerja yang lain senang menggoda mereka.Tee mengabaikan seniornya dan melanjutkan pekerjaannya.

Pada jam 3.45 sore Tee meninggalkan gym ke pusat pengajaran. Dia bekerja di sana sebagai guru les paruh waktu.

"Tee, kau akan pergi sekarang?" Tanya First sebelum Tee pergi.

"Ya, P'. Kau ingin aku membantu sesuatu?" Tanya Tee sopan dengan senyum manis, membuat First mau tidak mau ikut tersenyum.

"Oh, aku akan pergi ke arah yang sama. Kita bisa pergi bersama." Tawar First dan Tee setuju. Itu tidak seperti mereka tidak pernah pergi ke suatu tempat bersama sebelumnya. First orang yang baik dan dia selalu berusaha membantu Tee dengan cara apapun. Tee selalu merasa bersyukur dengan bantuannya.

"Nong, kalian baik-baik saja?" Pertanyaan itu membuat Tee berpikir, apa maksud First?

"Adik-adikmu." First melanjutkan karena dia tahu Tee bingung. Tee tersenyum lebar ketika mengingat adik-adiknya. Bbas dan Copter adalah segalanya bagi Tee. Mereka adalah hidupnya.

"Baik! Mereka berdua mendapat hasil bagus di ujian semester lalu. Mereka masih mendapatkan beasiswa." Tee tampak bangga dan bahagia, dan itu membuat First tersenyum. Tee tentu sangat mencintai mereka.

"P', turunkan aku di sini saja." First menghentikan mobil dan menatap Tee keluar dari mobilnya, lalu menurunkan kaca mobil.

"Terima kasih, P'. Hati-hati." Ucap Tee dan berjalan ke pusat pengajaran.

"Kau yang harus lebih hati-hati, Nong." Gumam First. Dia benar-benar khawatir pada Tee. Baginya, Tee terlalu polos dan selalu lengah.

******

Tee sibuk dengan pekerjaannya. Dia harus menandai test siswa setelah mengajari mereka, dan juga harus membuat laporan untuk hari ini. Tee lelah karena hanya makan sandwich tadi. Dia lelah dan lapar. Ponselnya bergetar membuatnya sadar bahwa ia hampir terlambat untuk pergi ke gym.

"Tee, kau dimana?" Suara First terdengar kasar dan Tee merasa bersalah dan khawatir.

"Di...di ... tempat mengajar." Jawab Tee pelan. First menghela nafas dan mencoba untuk tenang.

"Ini sudah hampir waktu shiftmu. Cepat kemari."

"Baik P'! Maaf." Tee merapikan kertas-kertas test dan memasukkan ke dalam tasnya. Dia harus menyelesaikannya di rumah.

Tee harus lari ke gym jika tidak ingin dipecat. Sebenarnya tidak ada yang akan memecatnya tanpa alasan yang sah, tapi Tee sangat khawatir. Yang dia tahu adalah, bahwa dia harus mempertahankan pekerjaan untuk keluarganya.

Para tamu sudah tiba dan pesta sudah dimulai. Pemilik gym berbincang dengan tamu dan menikmati momen sebelum bertemu First untuk mengetahui kemajuan gym-nya.

"Semuanya baik, Kim. Jangan khawatir."

"Aku percaya padamu, First. Tapi aku ingin tahu tentang masalah pelecehan terhadap karyawanku."

Kimmon duduk di depan First, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak ingin karyawannya menghadapi masalah saat bekerja padanya dan akan memastikan keselamatan mereka terlebih dahulu.

"Anak ini menarik begitu banyak perhatian, tapi dia tidak menyadarinya sama sekali."

"Kau mempekerjakan perempuan atau apa? Aku bilang itu berbahaya. Kau harus menempatkannya di bagian perempuan." Kimmon sedikit menaikkan suaranya. Dia benar-benar tidak suka bagaimana First menempatkan karyawan perempuan di bagian laki-laki.

"Bos, anak ini laki-laki." Aim memberi tahu Kimmon karena First terlihat tercengang oleh tuduhan Kimmon.

Kimmon sedikit terkejut. Dia tidak membayangkan itu semua karena semua karyawan yang ia tahu, berotot dan cukup kuat untuk melindungi diri mereka sendiri.

"Tunggu. Maksudmu, pelanggan laki-laki melecehkan karyawan laki-laki kita?" Sekarang giliran Kimmon yang tercengang. Dia tidak bisa berpikir sejauh itu. Jangan khawatir, Kimmon itu cerdas, hanya saja sedikit lambat.

"Ya." Jawab Aim dan First bersamaan.

"Aku tahu itu bukan hal langka atau apa. Tapi, semenarik itukah dia?" Pertanyaan Kimmon membuat Aim dan First sedikit menyeringai.

"Kau bisa berkomentar saat kau melihatnya." Aim sudah bersemangat untuk melihat reaksi Kimmon.

"Dimana dia?" Kimmon bertanya tanpa antisipasi karena dia yakin Aim dan First hanya melebih-lebihkan. Laki-laki adalah laki-laki. Dan sejauh apapun laki-laki bisa menjadi menarik, itu hanya tampan. Itu saja. Well, itu pendapat Kimmon.

"Nong Tee. Ini Kimmon, bos kita."




Love Is Here (bahasa translate)Where stories live. Discover now