Chapter 32

2.5K 277 49
                                    







Tee bersenandung sebuah lagu sambil memasak di dapur. Dia senang hari ini karena Bbas dan Copter berjanji untuk makan malam bersama. Tapi Tee juga merasa sedih karena mereka harus berbohong dan pergi diam-diam untuk menemuinya, seolah dia adalah kekasih rahasia mereka.

Sementara itu, Tae sudah pulang dan menyandarkan bahunya di pintu dapur. Dia tersenyum begitu melihat Tee dan mendengar Tee bersenandung lagu yang tidak ia tahu. Tee menyukai musik klasik.

"Ah, sudah jam 6. P' Tae akan segera pulang." Gumam Tee. Tapi Tae bisa mendengarnya dan hanya Tuhan yang tahu betapa bahagianya Tae. Tee mengingat jadwalnya.

Tae berjalan perlahan dan membisikkan sesuatu di telinga Tee sebelum memeluk Tee dari belakang.

"Aku sudah pulang, baby."

"P' Tae!" Tee benar-benar terkejut dan hampir kehilangan nafas. Tae benar-benar tahu cara menyelinap masuk.

"Aku bisa mati jika P' terus melakukan ini." Tee akan mengomel dan Tae tidak ingin mendengar omelannya hari ini, dia terlalu bahagia dan juga merindukan Tee.

"Kiita akan mati bersama, baby." Tae meringis seperti anak kecil membuat Tee mencubit lengan Tae, dia marah.

"Berhenti memanggilku baby. Aku bukan bayi, aku lebih besar besar dari mereka!" Lagi, bertengkar tentang nama-nama panggilan sayang. Tae mengabaikan peringatan Tee seperti biasa. Dia selalu melakukan apapun yang dia inginkan.

"Ya, bayiku. Kau lebih besar dari mereka tapi lebih kecil dariku. Jadi, itu membuatmu menjadi bayiku." Tee hanya mendesah saat ini, ia tidak akan menang meskipun mereka berdebat tentang ini ribuan kali.

Tee mencuci tangannya dan bergerak dengan Tae menempel padanya seperti beruang besar.

"P', biarkan aku bergerak." Pinta Tee dengan baik.

"Oke." Tae tidak melakukan apa-apa, dia masih memeluk Tee.

"P', tolong lepaskan aku." Sekarang Tee kesal.

"Yeah." masih belum bergerak.

Tee membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Tae. Kemarahannya menghilang seperti udara ketika ia menatap langsung mata Tae. Bola hitam itu seperti menyerap segala sesuatu termasuk kemarahan Tee. Tee sedikit memerah dan mendorong Tae menjauh, jarak mereka terlalu dekat untuk kenyamanannya.

"P' .."

"Hm?"

"Aku harus memasak. Mandi atau lakukan hal lain. Adik-adikku akan segera datang." Tee bicara perlahan, dia gugup dan malu.

Tae tertawa kecil dan semakin menutup jarak mereka. Sekarang Tee terperangkap, tubuh mereka saling menempel. Tae bahkan bisa merasakan bagaimana jantung Tee berdetak begitu cepat.

"Aku akan memberikan dua pilihan." Kata Tae dengan tatapan jahil. Tee sudah tahu, tidak akan ada hal baik dari pilihan itu.

"Apa?"

"Cium aku, atau katakan kau mencintaiku. Sederhana." Tae, sederhana untukmu, tapi tidak untuk Tee. Tee mendengus karena tidak ada pilihan yang baik.

"Bagaimana jika aku tidak ingin memilih?" Tee mencoba keberuntungannya lagi, mungkin Tae akan teralihkan dan dia memiliki kesempatan untuk lari demi hidupnya.

"Kalau begitu, aku akan mengatakan aku mencintaimu ribuan kali dan menciummu sampai kau .... Pingsan?" Tee menatap Tae ngeri. Tae benar-benar gila.

"Apa!? Itu mengerikan, kenapa seseorang bisa pingsan karena ciuman." Yeah, di mana logikanya, Tae?

"Pertama, siapa yang mengatakan jika itu sebuah ciuman? Itu adalah banyak ciuman, dan kau tahu apa akibat dari banyaknya ciuman? Itu membuatmu terengah-engah, dan bagaimana jika kau tidak bisa bernafas?" Sekarang pertanyaan Tae menjadi seperti kuis. Alis Tee berkerut, Tee memikirkannya begitu serius. Itu selalu menghibur Tae dan menjadi alasan kuat mengapa Tae begitu suka menggoda Tee.

"Aku akan mati!" Teriak Tee, dia terkejut dengan berita baru ini. Dia takut. Apakah dia akan mencium Tae lagi?

Tae tertawa terbahak-bahak. Tee itu naif dan polos. Setelah mendengar Tae tertawa, Tee sadar jika ia dibohongi lagi oleh Tae. Tee menginjak kaki Tae dan cemberut.

"Oh, baby. Jangan merajuk, kau terlalu imut dan itu membuatku ingin menciummu lagi."

"Tidak, P'! Kesepakatan kita untuk mencium pipi setiap pagi hilang. Aku tidak akan menciummu lagi!" Tee bersungguh-sungguh dengan kata-katanya, membuat Tae terkejut. Tae bersusah payah untuk mendapatkannya, dan sekarang dia akan kehilangan ciuman itu karena kejahilannya.

"Baby, P' hanya bercanda. Jangan membatalkan kesepakatan." Tae memohon dengan wajah imutnya, Tee menatap Tae sebelum memutuskan.

"Baiklah, tapi jangan memanggilku baby dan jangan bersikap manis di depan orang lain." Tee memberikan persyaratan, syarat yang tidak bisa Tae lakukan.

"Hmph, baiklah. Aku tidak akan melakukan apa-apa. Semua adalah 'tidak' untukmu. Baiklah, menjadi pasangan tapi bersikap seperti teman. Tidak ada sentuhan, tidak ada panggilan sayang, tidak ada ciuman. Baiklah, aku tidak apa-apa dengan semua itu." Tae meninggalkan Tee tercengang di dapur, dia merajuk.

Tee terkesiap dan tidak bisa mengatakan apa-apa pada Tae. Tae baru saja pergi seperti angin. Wajah tee menjadi sedikit sedih, tangannya meremas ujung kemejanya.

"P' Tae, Tee tidak bermaksud seperti itu." Gumam Tee entah pada siapa.

Sementara itu, Kimmon mendengar semuanya karena dia sedang berada di ruang cuci, di dekat dapur. Dia sedang mencuci ketika mendengar suara Tae. Tapi ia tidak ingin pergi atau berjalan keluar dari sana ketika mereka sedang mengobrol, karena Tae akan membunuhnya karena mengganggu waktu mereka berdua. Itu sebabnya ia memutuskan untuk tetap berada di sana, dan sekarang dia menyesalinya.

"Tae bisa merajuk juga? Itu adalah hal baru. Sialan! Aku merinding!" Kimmom bicara sendiri.

Dia sedikit membuka pintu untuk melihat apakah Tee masih di dapur. Ya, Tee masih berdiri di sana, terlihat seperti anak yang hilang.

"Berapa umur P' Tae? Kenapa dia merajuk tentang hal seperti itu? Kekanakan! Ini seperti melihat dua Godt! Yucks!" Orang yang suka merajuk adalah Godt karena dia yang termuda di antara mereka bertiga.

Kimmon berhenti bicara sendiri ketika mendengar isakan. Ya, Tee menangis. Sejak kapan Tee menjadi lemah seperti ini? Sejak dia memiliki Tae!

"Sial! Malaikat menangis. Rasanya aku ingin memukul iblis itu. Tapi dia akan balas memukulku." Kimmon merinding mengingat saat ia mendapat pukulan dari Tae

"Oh, mungkin aku bisa meminta Godt untuk membantuku."

"Tidak. Godt hanya memiliki tubuh yang besar, tapi pukulannya lemah." Kimmon terus berdebat dengan dirinya sendiri. Namun kemudian ia terkejut ketika tiba-tiba pintu terbuka.

Tee yang membuka pintu itu, terkejut  dengan wajah merah penuh air mata.

"Oh ... Tee, kenapa kau menangis?" Tanya Kimmon berpura-pura.

"Apa yang kau lakukan di sini, P'?" Tee menyeka air matanya, sementara Kimmon sedang berpikir mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Tee.

"Aku sedang mencuci pakaianku, tapi aku tertidur." Itulah alasan terbaik yang Kimmom berikan, dan Tee mempercayainya.

"Sekarang katakan padaku, kenapa kau menangis?" Tanya Kimmon lagi.

"P' ..." Tee memeluk Kimmon erat, dia membutuhkan sebuah pelukan sekarang.

Kimmon mengusap punggung Tee lembut dan membiarkan Tee menangis. Dia hanya bisa mengalahkan Tae dalam pikirannya, itu sebabnya ia meminta maaf pada Tee.

"Semua akan baik-baik saja." Hibur Kimmon.

"Kecuali aku." Gumamnya ketika Kimmon melihat Tae memperhatikan mereka, berpelukan, di ruangan kecil.

Wajah Tae menunjukkan kemarahan dan aura ingin membunuh.

'Aku akan mati, tolong urus pemakamanku dengan baik. Copter, ayo kita menikah di surga.' Kimmon berdoa dalam hatinya.

"Terima kasih P', maaf sudah membuat basah bajumu. Aku akan bicara dengan P' Tae. Aku mencintainya." Kata Tee dengan senyum, dia sudah cukup tenang untuk bicara.

Kimmon tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berdoa untuk kehidupan yang panjang.

Reaksi Tae? Dia......





Love Is Here (bahasa translate)Where stories live. Discover now