Chapter 40

2.3K 281 36
                                    




Hari terakhir, Tee menemani Nyonya Wanda mengerjakan semuanya. Mereka mengobrol, bercanda dan tertawa bersama. Waktu berjalan begitu cepat untuk Nyonya Wanda. Pukul dua nanti Tae akan datang untuk menjemput Tee pulang.

"Nenek, ayo kita suruh mereka semua untuk makan siang bersama hari ini. Nenek juga bisa mengenal adik-adikku. Mereka juga akan menjadi cucumu, bukan?" Usul Tee dengan senang. Siapa yang bisa menolak permintaan itu? Nyonya Wanda langsung menyetujuinya.

"Apa yang akan kita masak?" Tanya Nyonya Wanda. Ia tidak bisa menolak permintaan Tee, dan juga tidak bisa  berhenti tersenyum.

"Oh, favorit mereka. P' Tae suka sup daging sapi, P' Godt suka ayam goreng asam manis, P' Kim menyukai telur gulung, adik-adikku menyukai makanan dengan udang di dalamnya." Jelas Tee bahagia. Itu banyak Tee, bisakah kau menyelesaikannya tepat waktu?

"Apa favoritmu?" Tanya Nyonya Wanda lagi, Tee mengatakan kesukaan semua orang tapi tidak mengatakan apa kesukaannya.

"Tee? Tee suka semuanya." Tee menyeringai bahagia. Dia makan semua makanan karena tidak memiliki hati untuk memilih. Makanan adalah makanan dan itu berkah dari Tuhan.

"Apa yang paling kau sukai?" Nyonya Wanda ingin lebih tahu.

"Oh, salad buah dan sayuran! Aku menyukainya. Adik-adikku kadang memanggilku kelinci. P' Tae bahkan menyebutku kambing. P' Tae jahat!" Rengek Tee membuat Nyonya Wanda terkekeh. Mengobrol dengan Tee itu menyenangkan.

"Tee, biarkan koki yang memasak. Ayo kita bicara di luar." Nyonya Wanda menarik tangan Tee keluar dari dapur.

"P', jangan menaruh banyak garam di supnya P' Tae dan beri mentega lebih banyak di telur gulung P' Kim, dia suka yang agak basah. Untuk P' Godt, jangan menggunakan gula tapi madu. ia masih bisa mendeteksi itu meski kau hanya menggunakan satu sendok kecil gula." Teriak Tee sambil diseret keluar dari dapur, membuat koki di dapur tertawa. Tee seperti seorang ibu dalam sosok seorang pria.

"Bagaimana dengan adik-adikmu?" Si koki balas berteriak.

"Mereka makan apapun asal tidak terbakar!" Tee bisa mendengar tawa keras dari dapur.

Tee menghabiskan waktunya mengobrol dengan Nyonya Wanda. Mereka berbagi banyak cerita, Nyonya Wanda juga memperlihatkan foto-foto keluarga besarnya.

"Putra-putraku meninggalkan putra-putranya ketika mereka pergi berlibur. Waktu itu, cucu-cucuku masih berumur lima tahun. Aku meminta cucu perempuan, jadi mereka memutuskan untuk berbulan madu bersama. Tapi pesawat mereka jatuh, mereka semua meninggal." Nyonya Wanda menangis lagi, membuat Tee dengan cepat memeluknya.

"Itu masa lalu. Mereka sudah bahagia di surga. Dalam kematian, tidak ada yang bersalah karena satu-satunya yang bisa mengambil kehidupan adalah Tuhan. Itu berarti, semua yang terjadi adalah takdir. Ya, pesawat jatuh, kecelakaan dan lainnya yang membunuh orang. Tapi itu hanya alasan kenapa mereka meninggal, bukan penyebabnya. Jika setiap orang meninggal hanya karena mereka sudah tua, ku rasa manusia tidak diperbolehkan untuk melahirkan lagi, bukan? Manusia datang dan pergi harus seimbang, bukan? Aku tahu nenek pasti berpikir, kenapa harus anak-anak nenek? Karena itu adalah waktu mereka sudah datang. Kita tidak bisa mengatakan jika kita berharap itu bukan keluarga kita tapi keluarga lain, karena mendoakan kematian orang adalah hal yang terburuk." Tee mengusap tangan Nyonya Wanda dengan lembut. Tee tahu tidak semua orang mengerti akan hal itu seperti dirinya, tapi itulah cara ia bangkit. Nyonya Wanda tidak bisa membantah perkataan Tee, hingga ia hanya menganggukkan kepalanya.

"Tidak tahu kenapa, ku rasa aku menyayangimu lebih dari mereka." Tee tertawa mendemgarnya, Nyonya Wanda juga ikut tertawa.

"Karena aku menyayangimu. Tapi maaf, aku menyayangi P' Tae lebih dari nenek. P' Tae akan merajuk lagi jika ia bukan yang paling aku sayangi." Kata Tee dengan senyum menggoda. Nyonya Wanda tertawa lagi dan mengacak-acak rambut Tee.

"Pakailah nama keluargaku dan jadilah cucuku." Pinta Nyonya Wanda serius. Tee tersenyum dan memikirkannya.

"Aku harus bertanya pada P' Tae dulu." Jawab Tee yang membuat Nyonya Wanda tersenyum. Tae adalah yang pertama dari semua hal bagi Tee.

******* 

Makan siang itu agak tegang, tidak ada satupun yang bicara. Satu-satunya orang yang tersenyum adalah Tee. Yang lain hanya fokus pada makanan mereka, kecuali Tae yang fokus pada Tee sejak dia datang. Tae terus memeriksa Tee, khawatir Tee kehilangan kuku atau lainnya. Reaksi yang berlebihan!

"Bagaimana supnya?" Tanya Tee pada Tae, Tae terlihat seperti tidak memiliki nafsu makan. Sama seperti yang lain.

"Enak. Tapi buatanmu lebih enak." Jawab Tae sambil tersenyum. Tee mendengus dan meneruskan makan. Kata-kata gombal Tae bukanlah jawaban yang diinginkannya.

Ketika mereka selesai makan siang, Tae tidak sabar untuk segera pulang. Dia terus menarik Tee ke arah pintu tapi Tee terus mendorongnya. Jangankan Tae, yang lain kecuali Tee sangat bersemangat untuk pergi.

"Terima kasih sudah datang. Lain kali datanglah lagi." Nyonya Wanda memeluk mereka semua kecuali Tae dan Tee yang sudah membuka pintu untuk pergi.

Semua sangat terkejut. Sikap Nyonya Wanda lebih lembut dan lebih baik dari sebelumnya. Apa yang telah dilakukan Tee?

Nyonya Wanda meminta maaf pada Godt dan Kimmon. Mereka saling berpelukan dan meminta maaf. Bbas dan Copter bergabung dengan mereka.

"Apa yang sudah kau lakukan, baby?" Bisik Tae dan Tee tersenyum bangga.

"Bukan sesuatu yang ilegal, P'." Jawab Tee membuat Tae mengernyit.

Nyonya Wanda menghampiri Tae dan Tee, kemudian memeluk mereka berdua dengan erat.

"Aku bahagia untuk kalian berdua. Maafkan nenek, Tae." Nyonya Wanda meminta maaf, Tee menyenggol lengan Tae. Tae tersenyum canggung.

Tee juga membuat Tae memeluk Nyonya Wanda. Mereka berpelukan dalam diam selama sekitar tiga menit. Terakhir, Nyonya Wanda memeluk Tee.

"Menginaplah lagi." Pinta Nyonya Wanda ketika mereka semua sudah berada di dalam mobil kecuali Tee.

"Nenek, tolong datang ke rumah kami juga. Aku akan memasak makanan kesukaan nenek." Balas Tee riang.

"Pasti." Nyonya Wanda melambai ke arah mereka dan melihat mereka pergi dengan berat hati.

"Karn, atur jadwalku supaya aku bisa segera mengunjungi Tee."

"Tee? Bagaimana dengan yang lain?" Tanya Karn geli dengan perintah itu.

"Mereka sudah mengenalku selama bertahun-tahun." Nyonya Wanda yang dingin kembali, sekarang satu-satunya fokus yang dimilikinya adalah untuk Tee.

"Bagaimana dengan Khun Bbas dan Khun Copter?" Tanya Karn, Nyonya Wanda diam, berpikir.

"Aku tidak tahu." Jawabnya setelah jeda panjang.

"Anda tidak menyukai mereka atau bagaimana?" Tanya Karn lagi. Nyonya Wanda sebenarnya tidak pernah terlalu memikirkan orang lain.

"Tidak, mereka baik. Jika Tee menyukai mereka, maka aku juga." Nyonya Wanda memasuki rumah meninggalkan Karn tersenyum senang.

Orang bisa berubah dalam sekejap   mata. Karn tidak percaya dengan apa yang ia dengar, tapi ia tetap senang mendengarnya.

Sementara itu, semua ingin tahu bagaimana Tee bisa menghadapi dan melembutkan hati Nyonya Wanda.

"Aku tidak tahu. Mungkin Tuhan menjawab semua doa kalian. Kalian berdoa untukku, bukan? Berdoa agar Nyonya Wanda akan memperlakukanku dengan baik." Jawab Tee dengan wajah polos seperti biasa.

Tidak ada yang bisa membantah itu. Ya, siapa yang tahu apa yang terjadi?

"Aku hanya memberitahunya bahwa cintaku berada di sini, begitu juga kebahagiaanku. Dan kalian semua adalah kebahagiaanku." Lanjut Tee membuat semua orang menerjangnya. Mereka memeluk Tee dengan erat. Di mana lagi mereka bisa menemukan seorang malaikat seperti Tee?




Love Is Here (bahasa translate)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu