Part 9 🐢

31.2K 1.8K 35
                                    

Setelah mengantar Putri kembal ke rumah, Leon pamit untuk kembali kekampus karena memang ia harus mengurus siswa yang bergabung dalam basket. Setelah Leon pergi kini Putri harus mempersiapkan pendengarannya.

"Putri, sudah mama kasih tau kamu itu anak perawan ngak usah main aneh-aneh. Sekarang lihatkan akibatnya, mantul sendiri deh, sudah mulai sekarang kalau kamau masih saja seperti ini maka mama tidak akan membelikanmu game versi baru...... bla bla bla."

Putri menutup matanya dan pasrah mendengar mamanya ngedumel tidak karuan. Ia bahkan sempat berfikir kalau Leon banyak bicara kayak mamanya maka dengan senang hati dia akan mendengarkan sepenuh hati. Putri tidak sadar dan menyungingkan senyumnya.

"Ehh kenapa senyum-senyum sendiri hah?"

"Engak kok mah salah liat pasti."

"Engak mamah engak salah liat."

"Aduh..." Putri menyentuh tulang belikatnya dan berseru sakit. Putri mengintip sedikit kearah Clara yang tiba-tiba raut wajahnya berubah kawatir.

"Putri.. mana yang sakit, cepet sana istirahat." Sukses deh rencananya. Memang bagaimanapun marahnya seorang ibu ia pasti tidak tega melihat anaknya sedang menderita. 

Setelah dua hari Putri berdiam diri di rumah akhirnya dia memutuskan untuk pergi kesekolah. Itu membuat Clara beserta yang lain heran bukannya Putri tambah bahagia kalau dia tidak pergi ke kampus tetapi ini, dia sudah terlihat menderita tidak pergi selama dua hari. Kesambet apa anak itu ingin pergi.

Valdo mengantar putra putrinya karena Putri sedang mendapatkan cidera maka Valdo memutuskan untuk mengantarnya bahkan sampai kedalam gedung menuju kelas Putri.

Sepanjang perjalanan Putri menutup wajahnya dengan satu tangannya. Bagaimana tidak, semua orang terutama kaum hawa selalu berbisik-bisik ria bahkan itu tidak bisa disebut bisikan karna suara mereka bahkan terdengan sampai telinga Putri sendiri.

"Haduh... apa dia mahasiswa baru di kampus ini, tetapi dia di sebelah junior yang kamarin berkelahi di belakang sekolah?"

"Entah yang terpenting dia tuh ganteng banget."

"Ehh.. kalian jangan gitu, aku liat di akun sosmednya dia itu papanya tau."

"OMG... papanya kayak gitu..."

"Astaga... ganteng banget sumpahh."

"Betah aku di rumah kalau papanya kayak dia."

Gini nih kalau punya papa yang gantengnya mintak ampun. Bahkan mereka dengan terang-terangan mengambil gambar Valdo, inget Valdonya doang ngak pakek Putrinya.

Dengan kesal Putri berhenti di tengah jalan. "Ehh.. kenapa berhenti sayang."

"Aduh... denger ngak dia nyebut sayang... bokap aja ngak pernah segitu lembutnya ke aku paling-paling ya nak gitu aja."

"Udah ah... papa kerja aja Putri bisa kok pergi sendiri."

"Engak papa anter sampek kelas kamu."

"Papa, Putri udah gede ngak perlu dianter kayak anak kecil aja."

"Tapi bagi papa, Putri itu masih kecil tauu." Valdo mencubit pipi tembem Putri dengan sayang.

"Pahh..." rengek Putri.

"Aku mau kok omm di cubit-cubit kayak gitu kalau anaknya ngak mau." Tiba-tiba seorang gadis berani berteriak ke arah Putri dan Valdo. Tetapi bagi Valdo itu udah biasa dan dia tidak memperdulikan hal itu.

"Ngak bisa kita udah dikit lagi nyampek papa anter titik." Valdo langsung mengantar Putri sampai di depan kelas.

"Sudah.. sampai sini aja sekarang papa kerja sana. Jadi pemimpin itu ngak boleh telat itu menjadi contoh yang buruk bagi pekerja lain."

"Aduh.. Putri papa emang ngak beda dari mamanya."

"Ya kan anak situ ama mama."

"Baik baik sekarang papa pergi dulu." Valdo mencium kening Putri dan pamit. Kalau dipikir-pikir papanya itu lebih suka anak perempuannya sedangkan mamanya lebih suka anak lelakinya walaupun mereka membagi rata kasih sayang, tetep aja ada sedikit rasa ungul diatara mereka berdua.

Melihat papanya sudah pergi akhirnya para gadis itu juga ikut pergi. Ya bener karna efek kegantengan papanya, gadis-gadis itu rela ngikutin mereka sampek depan kelas Putri. Cobak dipikir seberapa ganteng papanya itu.

Putri perlahan memasuki kelas dan tak lama di belakang ada Sinta juga Farel. "Ehh.. Put, kok kamu udah masuk kampus?" Sinta serta Farel membantu Putri untuk duduk.

"Halah engak parah kok cuma nyeri aja kalau jalan. Batas sembuhnya juga cuma seminggu."

"Oke oke, kalau sakit bilang aja kita anter ke uks."

"Enn.."

Karna ia masuk jurusan matematika ya pelajarannya tidak jauh dari itu. Putri harus menahan sakit dan juga memeras otaknya kali ini. Setelah setengah hari ia menempuh pelajaran akhirnya waktu menunjukan kalau sekarang ia boleh pulang. Putri segera pergi tetapi saat ia keluar dari kelas, di depan kelas banyak gadis yang berkerumun dan Putri tau itu karna apa.

Setelah papanya kini ganti adiknya.

El perlahan bergerak menuju ke arah Putri dengan memasukan kedua tangan kedalam saku celananya. Bahkan tatapan dingin masih sempat ia bawa ke sana. Putri mempersiapkan mental untuk tatapan para gadis itu.

"Kesambet apa kamu mau jemput kakak?"

"Whatt.. dia adiknya, setelah papanya kini adiknya.. haduhh gen mereka memang sangat bagus.. lihat ganteng-ganteng cobak."

"Di suruh papa."

Setelah itu El pergi dengan gampang. "Ehh El ngak mau bantu kakak bawa tas."

Ahh lumayan nih jarang-jarang kan aku bisa mantfaatkan El untuk bawa tas. Jangankan tas nyuruh ambil buku deket dia aja ngak mau.

Daniel berhenti dan berbalik. Tak ambil pusing dia mengambil tas milik Putri dan kembali beranjak. Putri tersenyum dan menyusul Daniel. Yaa walau Putri seneng tapi ada rasa ngak suka juga. Itu karna dugaannya benar, sepanjang perjalanan ia harus mendengar pujian para gadis pada adiknya.

Apa cuma adik ama papanya doang. Putri bahkan sangat cantik tapi mengapa mereka tidak membicarakan Putri sama sekali. Pasti mereka iri kan...

Setelah mereka memasuki mobil dan meninggalkan kampus. Putri tidak banyak bicara dan itu membuat Daniel heran.

"Apa terjadi sesuatu?"

"Ehh??" Putri terkejut mendengar pertanyaan Daniel dan segera tersenyum lebar. "Kenapa hemm.. apa adik manisku ini sedang kawatir kepada kakak cantiknya ini?"

"Terserah.." setelah itu tidak ada yang berbicara sampai rumah.

Daniel itu sebenarnya sangat menyayangi kakaknya tetapi ya karna sikap sok dinginnya, Daniel tidak akan menunjukannya. Bahkan pernah sewaktu Putri dihina gadis yang suka melawan, Daniel tidak terima. Dia membela kakaknya karena memang Putri tidak seperti itu mungkin dikit aja. Dan sedangkan Putri hanya menonton dipinggir saat melihat adiknya adu mulut siapa suruh membela dia.


TBC🐢

VOTE AND COMMENT😙
TYPO BERTEBARAN...

This Is Me (TAMAT)Where stories live. Discover now