Part 34 🐢

28.9K 1.5K 91
                                    

Putri dengan cepat mencuci wajahnya dan menarik Leon untuk mengambil beberapa peralatan pembersih rumah untuk mereka gunakan. Hari yang cerah ini, Putri hanya menggunakan kaos lengan pendek dan bawahan yang sampai lututnya. Begitu pula Leon juga sama.

Dengan sapu dan pel lantai yang ada di tangan Putri, Putri melempar sebuah lap kepada Leon. "Kak Leon harus mengelap semua benda yang ada disini!"

Leon sebenarnya belum siap dan lap itu mendarat sempurna diwajahnya. Ini pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini, tetapi karena yang melakukannya adalah kekasihnya. Tentu saja dia tidak marah. Dengan cepat Leon mulai berjalan diatas meja dan mengelap kaca meja. Gerakkannya terlihat kaku karena meja yang memiliki tinggi yang sangat rendah, dengan tubuh Leon yang terlalu tinggi. Itu menimbulkan posisi yang kurang nyaman. Leon pintar masak tapi kalau masalah membersihkan rumah, dia selalu dibantu oleh beberapa pelayan yang ditugaskan oleh mamanya.

Putri mulai menyapu melihat Leon yang kesulitan diam-diam tertawa melihat tingkah Leon. Dengan menyapu lantai dan mengepel, Putri selalu tertawa melihat Leon yang mengelap beberapa dekorasi apartemen dengan perlahan. Itu sangat menggemaskan dan keren.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan tanpa disadari, mereka sudah menyelesaikan dengan cara kerja sama. Saat mencuci bajupun Leon selalu menganggu Putri dengan mengolesi Putri busa diseluruh wajahnya. Putri yang tidak terima langsung menyiram air busa itu diseluruh tubuh Leon. Acara mencuci harus berubah menjadi permainan anak-anak.

Terpaksa mereka berdua memasukan seluruh pakaian kedalam mesin cuci untuk menekan beberapa tombol dan menunggu. Setelah selesai mereka juga menjemur pakaian bersama-sama dan tidak lupa dengan si jahil Leon yang selalu menggoda Putri.

Hari sudah menjelang sore ketika mereka telah menyelesaikan semua aktivitas. Mereka sekarang sesuai dengan rencana memandang langit sore yang terpapang luas dan berwarna biru. Sambil bergandengan dengan menatap langit, Putri tidak berhenti untuk tersenyum. Sampai detik ini dia masih belum percaya kalau mereka akan bersatu. Semua ini terlihat masih seperti mimpi yang indah untuk Putri.

Dengan saling bercengkrama mereka berdua menikmati waktu ini sampai terdengar suara terlfon yang bergema diseluruh ruangan. Terlfon itu terus berbunyi tanpa henti untuk memanggil kedua orang itu. Putri yang merasa kesal langsung berdiri dari posisinya dan berjalan kearah sumber bunyi.

Dengan memencet satu tombol Putri mendengar suara dari arah lain. Putri yang semula malas kini tiba-tiba membuka mata dan mulutnya dengan lebar. Jantungnya tiba-tiba terasa ingin berhenti berdetak dan air mata jatuh membasahi pipinya.

Telfon yang berada ditangannya seketika jatuh dengan tubuhnya yang ikut merosot mendatangi lantai. Seluruh perasaan campur aduk dialami oleh Putri.

Leon yang tidak mendapati Putri kembali memutuskan untuk menghampirinya dan saat ia melihat kalau kekasihnya sedang menangis dengan tertunduk dilantai, ia langsung berjaln dengan langkah lebar menuju Putri dan memeluknya dengan pelukan hangatnya.

"Ssttt... tenanglah Putri, ada apa hmm?"

Putri mengusap air matanya dengan acak dan berkata. "Papa... papa mengalami kecelakaan kak Leon hiks.." Putri langsung memeluk tubuh Leon dengan sangat erat.

Leon sesaat sangat terkejut dengan perkataan Putri. Mereka berdua segera mempersiapkan diri dan segera mendatangi rumah sakit tempat Veldo dirawat.

Saat perjalanan pulang dari kantor, mobil milik Valdo mengalami rem blong dan tidak sengaja menabrak sebuah kendaraan didepannya. Kendaraan yang ditabrak tidak terlalu parah karena Valdo langsung membanting kemudi kearah samping dan mengakibatkan mobilnya harus menabrak pembatas jalan.

Valdo kehilangan banyak darah dan  mobil ambulan penyelamat langsung menolong Valdo ditempat kejadian. Untung saja Allah masih memberikan keselamat untuk Valdo. Mobil ambulan langsung membawa Valdo menuju rumah sakit terdekat dan dia masih dapat di selamatkan.

Mobil yang dikendarai oleh Leon juga Putri telah sampai di depan gedung rumah sakit yang dimana Valdo dirawat. Clara dan yang lain juga sudah berada di sana beberapa waktu yang lalu.

Putri dengan kecepatan tinggi terus berlari menelusuri lorong rumah sakit mencari dimana kamar yang ditempati oleh Valdo sampai pada tujuan kamar yang mereka cari.

Didepan ruang sudah ada Clara dan Daniel, kedua orang tua Leon dan nenek Putri. Putri berlari dan memeluk tubuh Clara dengan air mata yang menetes.

"Papa.... papa mah..."

"Sssttt... tenanglah Putri, papa tidak papa. Dia akan baik-bik saja, kita berdoa saja agar papa cepat sembuh yaa"

Putri sangat tidak ingin berada didalam kejadian seperti ini, bahkan semua orang pastilah tidak ingin berada diposisinya. Dimana seseorang yang mereka sayangi mengalami sebuah insiden yang dimana tidak pernah mereka inginkan. Setelah kakeknya pergi, Putri tidak ingin kalau papanya juga harus pergi.

Pintu ruangan terbuka dan keluarlah beberapa dokter serta perawat dari dalam. Sambil melepas masker yang mereka kenakan, salah satu dokter menghampiri keluarga korban dan berkata.

"Permisi bisakah istri pasien ikut keruangan saya."

"Bisa dok."  Setelah berpamitan Clara mengikuti dokter itu.

Yang boleh menjenguk pasien hanya dua orang saja dan itu adalah Putri beserta neneknya. Setelah Valdo dipindahkan keruangannya sendiri, Putri dan neneknya langsung memakai pakaian pelindung dan memasuki ruangan. Putri melihat papanya yang terbaring lemas diatas ranjang dan tidak memiliki kekuatan apapun. Ini adalah pertama kalinya Putri melihat papanya yang sangat lemah.

Perlahan Putri mengahampiri kursi dan duduk disebelah ranjang dan menatap papanya. Putri adalah anak kesayangan dari papanya begitu pula dengan Valdo yang merupakan orang tersayang bagi Putri. Adiknya yaitu Daniel selalu lengket dengan mamanya berbeda dengan Putri yang sejak kecil dekat dengan papanya.

Putri mengulurkan tangan dan menepatkan tangan kokoh tetapi lemah milik Valdo untuk digenggamnya. Tangan yang kasar itu dibelai oleh Putri dengan penuh kasih sayang.

Saat itu pula Clara diperbolehkan ikut memasuki ruangan dan bergabung bersama Putri dan nenek.

"Ini sudah malam Putri, sekarang kamu istirahat dulu. Kasian Leon sudah menunggumu dari tadi di depan. Setidaknya kamu mandilah terlebih dahulu hmm, biar papa, mama yang jaga."

"Tapi mah.."

"Ssttt... kalau kamu sakit nanti siapa yang jaga papa."

"....."

"Dan sekarang kamu pulang untuk mandi, makan, lalu istirahat ya. Setelah itu kamu besok boleh kesini lagi untuk menjenguk papa."

Mau tidak mau Putri harus mengikuti perkataan mamanya. Kalau dia ikut-ikutan sakit, siapa yang akan menjaga papa. Putri diantar oleh neneknya sampai kedepan dan Putri berpamitan bersama Leon untuk istirahat sebentar.

Sepanjang perjalanan Putri masih terus saja diam dan tidak berbicara satu katapun. Dia terlalu bersedih karena melihat papanya yang sangat lemah.

Leon menghiburnya dengan menggenggam tangan Putri yang kecil erat-erat tidak ingin melepaskannya. Melihat kekasihnya bersedih otomatis dia pasti ikut bersedih.







TBC🐢

HELLO.... maap baru up hehehe, Author terlalu sibuk nih akhir-akhir ini.

Maap juga kalau cuma dikit, yang terpentingkan Author up😁

Jangan lupa vote ama comment hmm😘😘

This Is Me (TAMAT)Where stories live. Discover now