Part 18 🐢

28.4K 1.8K 69
                                    

Leon mengantar Putri sampai di depan rumahnya, mobil berhenti pas didepan gerbang yang berukuran besar dengan mematikan mesin mobilnya. Leon juga Putri turun dari mobil itu.

"Kak Leon tidak mampir ke rumah Putri?" Sesaat kini Leon berdiri pas di depan Putri.

"Tidak, aku akan pulang." Dan setelah itu dia berencana untuk segera pergi tetapi dihentikan oleh Putri. "?"

"Kak Leon, apa mendali dan bunga ini boleh Putri simpen?"

Leon melirik mendali dan bunga yang ada di tangan Putri. "Terserah."

"Uwahh... benarkah, makasih kak Eyon."

Tanpa diduga tiba-tiba Putri memperdekat jarak diantara mereka dan ia sedikit menjinjit untuk mengecup pipi Leon dengan cepat. Mata hazel milik Leon juga Putri membulat sempurna. Leon bahkan tidak bergerak sama sekali, wajahnya samar-samar terlihat memerah. Apakah itu barusan nyata bagi mereka berdua.

Leon tertengun dan berkata dengan bingung "Kau... kau... kau apa..."

"Kalu begitu Putri masuk dulu, hati-hati dijalan ya kak Eyon."

Putri sedikit berlari untuk meninggalkan Leon yang masih seperti patung ditempatnya. Dia bahkan lupa untuk beranjak sampai beberapa detik lamanya. Setelah tersadar entah mengapa Leon selalu menoleh kearah rumah yang perempuan itu tempati. Sesekali ia menoleh dan segera mengendarai mobilnya.

Di sana Putri langsung berlari menuju kamar dan mengunci kamar itu. Putri merosot di balik pintu dan menutup seluruh wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya.

Aaaaa... apa yang sebenarnya aku lakukan. Bagaimana... bagaimana aku bisa menemui kak Leon sekarang. Haiss... Putri, apa yang sebenarnya kamu lakukan. Aku..  aku.. tidak sadar melakukan itu...

Putri beranjak dari posisnya dan melemparkan tubuh di atas kasur dan membenamkan kepalanya. Putri meraung menangis di sepanjang malam. Untung saja papa, mama juga adiknya sudah kembali terlebih dahulu dan sudah beristirahat, coba kalau mereka tau Putri yang gila, pasti langsung otw RSJ tuh Putri.

Putri terus saja menangis sampai pagi menjelang. Putri tidak bisa menemui Leon di kedepan hari. Leon pasti sangat marah dengannya. Bagaimana Putri bisa hidup kalau tidak bisa melihat Leon. Akankah ia bertahan dengan kebodohannya.

Pagi-pagi Putri bangun dan membersihkan diri. Ia melihat di balik cermin penampakan dirinya yang di bawah matanya ada dua kantong panda. Ia teros menyiram wajahnya dengan air tetapi tetap saja kantong itu masih ada. Menyerah, Putri langsung keluar dan mengambil barang-barangnya.

Saat Putri turun dan duduk dengan malas di meja makan. Ketiga orang didepannya itu saling menatap dan sampai Valdo bertanya. "Sayang, kenapa mata kamu seperti itu hemm? Terakhir papa lihat kamu baik-baik saja dan kenapa dengan itu?"

Putri masih diam dan tidak ingin berbicara saat ini. Seperti biasa Daniel yang terkenal di luar rumah karena sikap dinginnya itu saat di rumah sangat berbeda, dia selalu mencampuri urusan kakaknya.

"Mungkin patah hati."

"Hah?/Apa?"

Kedua orang tuanya bahkan berkata dengan kompak. Saling menatap lalu menatap Putri.

"Ti..tidak kok, aku tidak patah hati. Kalau begitu Putri pamit dulu sekarang." Putri langsung menyalimi kedua orang tuanya dan mengetok kepala adik durhakanya. Pergi dari rumah dan mengambil sepedahnya.

"Ehh... kenapa harus sepagi ini? Sebenarnya kenapa dengan anak itu?"

"Biarkan mah, kalau begitu El juga berangkat." Daniel menyalami kedua orang tuanya dan segera berangkat.

This Is Me (TAMAT)Where stories live. Discover now