Part 21 🐢

28.7K 1.9K 104
                                    

Putri yang berdiri di atas area sangat gelisah dan tidak bisa diam. Kenapa Leon tidak datang sama sekali. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya. Leon tidak mungkin melupakan Putri saat ini kan.

Di saat bel tanding akan berbunyi, Putri melihat Sinta berlari kearah samping area dan langsung masuk kedalam area dengan terengah-engah. Semua orang menatap aneh pada Sinta bahkan keamanan ingin menghampiri Sinta agar turun dari area.

Sinta memegang kedua tangan Putri dengan nafas yang cepat. "Ada apa Sin? Kenapa kamu terlihat gelisah seperti itu?"

"Put... kak Leon, Put.... dia.."

"Kenapa dengan kak Leon Sin, cepat katakan ada apa dengannya." Putri merasa jantungnya berdetak kencang.

"Dia... dia, kak Leon mengalami kecelakaan saat ingin melihat pertandingan kamu Putri."

Seketika tangan Putri terjatuh dari genggaman Sinta. Wajahnya berubah pucat pasih dan tanpa nyawa. Semua orang bertambah binggung dengan pemandangan itu. Kedua orang tua Putri saling memandang dengan aneh. Farel dan Imamura turun dan ikut memasuki area.

"Ada apa Put?" Imamura memegang tangannya.

"Iya Sin, apa yang kamu katakan pada Putri?" Farel merasa heran dengan perubahan raut muka kedua wanita itu.

"Itu, saat aku melihat telfon Putri yang terus bergetar, aku melihat nomor kak Leon di sana. Merasa penasaran aku mengangkat telfon itu dan yang menelfon ternyata bukan kak Leon melaikan orang lain. Orang itu mengatakan kalau kak Leon tertabrak sebuah truk di jalan saat akan kemari."

Imamura dan Farel sangat terkejut. Kedua orang itu melihat kearah Putri yang pucat pasih dan kedua matanya memerah. Putri langsung mendorong teman-temannya untuk turun dari area dan berlari.

Putri menghiraukan panggilan teman-temannya dengan terus berlari. Bahkan Putri tidak memakai alas kaki saat berlari. Putri berlari dengan mengusap kedua matanya dengan kasar.

YaAllah tolong jangan ambil kak Leon. Putri tidak ingin kehilangan kak Leon untuk yang kedua kalinya. Putri sangat menyukainya.... jangan ambil dia... kumohon...

Putri masih berlari di sepanjang terotoar sampai kakinya terasa perih karena goresan. Putri tidak peduli dan berlari sampai sebuah mobil berhenti disebelahnya.

"Putri ayo masuk kedalam jika kamu ingin menemuinya!" Di mobil itu terdapat kedua sohipnya dan Imamura yang mengemudi.

Tak ambil pusing Putri langsung memasuki mobil dan mobil berjalan dengan kecepatan penuh. Sepanjang perjalanan hati Putri terus saja berdetak kencang. Sampai saat mobil itu memasuki area parkir rumah sakit. Dengan asal Putri turun dari mobil memasuki rumah sakit. Semua orang memandang aneh pada Putri yang memakai baju Taekwondonya, tanpa alas kaki, dan rambutnya yang berantakan. Setelah Sinta mengatakan letak tempat Leon dirawat Putri langsung berlari menuju kamar milik Leon.

Dengan menyeka air matanya Putri melihat ada kedua orang tua Leon di depan ruang oprasi. Putri menghampiri Syhanas dan Syhanas segera memeluknya. "Sszztt... tenanglah Putri, Leon pasti baik-baik saja."

"Hiks... ini.. ini semua salah Putri tante... Putri yang nyuruh kak Leon untuk melihat pertandingan Putri... kalau.. kalau Putri tidak memaksa.. mungkin..."

"Tidak Putri, jangan mengatakan itu. Ini semua sudah takdir dari Allah."

Beberapa jam kemudian lampu ruang oprasi telah mati. Disana keluar dokter dan satu suster dengan melepas masker mereka.

"Bagaimana keadaan kak Leon dokter?" Putri langsung menghampiri dokter itu.

"Syukurlah oprasi berjalan lancar. Tuan Leon sudah terhindar dari masa kritisnya. Kami akan memindahkan pasien kedalam ruanganya dan pasien akan membuka matanya lima jam kedepan tetapi jika pasien belum membuka matanya sampai jam tersebut maka kami terpaksa akan menjalankan oprasi untuk kedua kalinya."

Di hati Putri terdapat kelegaan dan kecemasan. Setelah Leon dipindahkan hanya dua orang yang boleh menemani Leon. Mereka semua memutuskan agar Syhanas dan Putri yang masuk kedalam. Dengan air matanya Putri memasuki ruangan dengan jantung masih saja berdetak.

Putri melihat seluruh tubuh Leon yang penuh selang. Hidungnya bahkan di masuki oleh selang oksigen. Putri menatap wajah Leon yang pucat. Kepalanya di balut oleh perban dan ada noda merah darah disana.

Putri perlahan mendekat kearah Leon. Putri duduk di kursi dan mengenggam tangan dingin milik Leon. Putri mengusap-usap tangan milik Leon dengan sayang. Syhanas yang sesaat melihat itu memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua.

Putri terus menatap wajah Leon dengan seksama. Kini Putri sudah cukup lelah menangis. Ia harus bertahan demi Leon. Tangan Leon yang semula hangat sudah berubah menjadi dingin. Putri terus saja menjaga Leon yang tertidur.

Ruangan yang gelap gulita membuat indra mata tidak akan bisa untuk melihat. Cahaya kecil berwarna putih dari ujung lama kelamaan tambah membesar. Leon dengan binggung menghampiri cahaya tersebut.

Dibalik cahaya Leon melihat Putri yang duduk melingkari kedua kakinya dengan badan bergetar. Putri sedang menangis.

Melihat itu Leon dengan cemas menghampiri Putri dan mendekapnya dalam pelukannya. Putri perlahan mendongak dan melihat Leon dengan air matanya.

"Kak Leon jangan pernah tinggalkan Putri lagi."

Leon ingin mengucapkan kalau dia berjanji tidak akan pernah meninggalkan Putri untuk kedua kalinya tetapi suara itu tidak bisa ia ucapkan. Leon terus berusaha untuk berkata tetapi tetap saja tidak bisa.

Sampai saat bayangan tubuh Putri perlahan kabur dan menghilang. Leon berdiri dan mencari Putri dengan keringatnya masih tidak ia temukan. Leon terus berlari berputar-putar dan masih kosong. Sebuah cahaya terang tiba-tiba menyinarinya. Leon menutup kedua matanya dan saat membuka itu berat.

Leon mencoba untuk membuka matanya dan menyesuaikan cahaya terang ruangan ini. Mata itu berat tetapi ia berusaha dan akhirnya bisa. Leon melihat sekeliling ruangan itu. Leon berpikir kalau ia sekarang berada di rumah sakit. Leon merasakan beban berat di tangan kanannya. Leon mencoba untuk menoleh kesamping.

Di sana Leon melihat Putri yang mengenggam tangannya dan tertidur lelah. Wajah cantik itu seketika berubah menjadi pucat dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Leon melihat itu merasa sangat sakit dan tangan kirinya terulur untuk mengelus rambut berantakan Putri.

Merasa ada yang mengelus rambutnya Putri perlahan membuka kedua matanya. Saat melihat Leon menatapnya Putri langsung berdiri dan mengenggam tangan Leon erat.

"Kak.. Kak Leon sudah sadar. Mana yang terasa kurang nyaman? Apakah aku panggilkan dokter?" Leon menggeleng. " Apakah kak Leon butuh air?" Leon mengangguk dan Putri segera mengambil air itu.

Dengan membantu Leon bersandar, Putri menyodorkan gelas itu di bibir Leon dan Leon menerimanya dan meminumnya dengan perlahan.

"Bentar aku panggilkan tante Syhanas dan yang lain." Belum sempat Putri beranjak tangannya digenggam oleh Leon.

Putri menaikkan alisnya dan mendengar Leon berbicara untuk pertama kalinya saat ia tersadar. "Jangan tinggalkan aku."


TBC🐢

Ciaaaaa.... sosuitt, karang Leon dah sadar yeye....

Votenya guysss....

Mau promosi ceritaku yang baru dongs..

(unusual abilities)
Kisah tentang seorang gadis sma yang memiliki kemampuan melihat jiwa-jiwa bergentayangan untuk mencari pertolongan dan membuatnya bertemu dengan laki-laki super dingin dikelas barunya.  Cerita ini bergenre horor, romen juga komedi.

Yang penasaran Kuy baca dongs... tenang up-nya secara bergiliran👍👍

This Is Me (TAMAT)Where stories live. Discover now