Part 12 🐢

28.9K 1.6K 9
                                    

Putri terus menatap punggung lebar milik Leon. Walau hatinya merasa bahagia dan juga resah tetap saja ia bersalah. Ia mengatakan pada Leon agar mereka pulang bersama tetapi Putri tidak memberi tau kalau dia ada acara.

Ehh tunggu, walaupun aku mengatakan kalau kita akan pulang bersama kenapa kak Leon menungguku, setauku dengan sikap dinginnya itu dia tidak akan repot-repot untuk menunggu, dia bisa langsung pulangkann. Tapi kalau dia benar-benar menunggu bagaimana, haisss kenapa aku GR...

"Kenapa kamu diam saja saat mereka memperlakukanmu seperti itu." Leon berhenti dan menghadap langsung kearah Putri dengan dingin.

"Aku...aku."

"Sudahlah sekarang ikut aku." Leon mengambil sepedahnya dan segera pergi meniggalkan Putri.

Putri tercengang dan langsung tersadar. "Huh, disuruh ikut tapi malah ditinggal, kak Leon tunggu Putri." Putri menyusul Leon dengan kecepatan tinggi.

Sepanjang perjalanan Putri selalu melirik Leon dari samping. Kalau sedang ngambek kayak gini kak Leon tambah tampan, kerutan di antara kedua alisnya membuat tambah adil dimata Putri. Saat Putri memandang kedepan dia tersadar kalau dia salah jalan, ini jalan menuju...

"Kak Leon mungkin aku salah jalan, aku akan putar balik dan..." saat Putri ingin membalik sepedahnya Leon segera mengucapkan.

"Tidak salah, aku memang akan mengajakmu kerumah."

"Apa." Putri mengerem dengan cepat sepedahnya. "Mak..maksud kak Leon.."

"Jangan salah faham dulu, karena hari ini tidak ada yang aku kerjakan jadi aku berencana akan membuatmu mengerti tentang rumus matematika yang kemarin belum kamu hafal." Setelah itu Leon kembali menjalankan sepedah menuju rumahnya. 

"Huh.. aku kira apa." Semula Putri berfikir kalau Leon sudah mulai menerimanya dan ternyata yang ia maksud hanya soal rumus matematika sialan itu.

Putri mengikuti Leon memasuki rumah miliknya dengan lesu dan tak seperti biasanya. Kalau sudah menginjak tanah itu mungkin Putri akan langsung diujung langit tetapi hari ini, ia seperti tak bersemangat sama sekali. Bahkan tamparan yang diberi Laura masih membekas di pipi mulusnya dan sedikit nyeri juga.

Besok Putri akan membalas dendam pada si penggoda Laura, itu janji cantik miliknya.

"Kemana tante Syhanas hari ini kak?" Putri menjatuhkan tubuhnya ke sofa berukuran cukup besar yang berada di ruang tamu dengan malas.

"Pergi." Setelah mengatakan itu dengan singkat Leon segera naik ke lantai atas menuju kamarnya.

Di lain sisi Daniel sedang mengikuti lomba olimpiade matematika tingkat SMA mewakili sekolahnya. Olimpiade ini diselengarakan satu tahun sekali dan pemenang dari olimpiade akan mendapatkan sertifikat dan juga penghargan lainnya.

Banyak juga murid-murid yang ikut serta untuk mendukung perwakilan sekolah mereka termasuk juga Steve dan para pengikutnya dengan sangat antusias.

Para perwakilan dengan perlahan menaiki panggung dan menduduki tempat masing-masing, Daniel menduduki posisi ketiga untuk tampil dan saat giliranya untuk segera menaiki panggung tiba-tiba wajahnya campur aduk antara malu dan juga marah, bagaimana tidak, Steve dan juga para pengikutnya terlalu antusias untuk mendukung Daniel. Diantara semuanya hanya mereka yang sangat berisik, membuat tulisan yang norak, membawa terompet dan berteriak-teriak nyaring. Bahkan juripun sempat melihat kebelakang karna mendengar betapa ributnya mereka.

"Mohon para pendukung untuk kondusif dan tidak menganggu para peserta lomba untuk mengerjakan pekerjaan mereka." Dan saat teguran itu tiba akhirnya mereka bisa diam dan tidak bersuara.

Saat bel pertama, peserta di tampilkan sebuah layar yang disana sudah ada lima soal dan harus segera dikerjakan. Mereka harus mengerjakan dalam waktu sepuluh menit saja. Waktu terus berputar dan akhirnya soal pertama telah selesai. Beberapa perwakilan mengambil kertas para peserta dan memberikan mereka kertas lagi untuk jawaban.

Bel kedua di mulai, dilayar kembali ditampilkan tiga soal tetapi soal itu semakin sulit dan hanya diberi waktu delapan menit saja untuk mengerjakan. Daniel mengerjakannya dengan tenang namun pikirannya berkeliaran dengan rumus-rumus yang ia hafal.

Tidak terasa soal kedua sudah selesai dan perwakilan kembali mengambil jawaban-jawaban mereka dan memberi mereka kertas untuk jawaban ketiga.

Soal ini hanya berisi satu soal saja dan para peserta harus menjawab dengan lisan. Siapa yang merasa sudah benar harus segera menekan bel yang ada didepannya. Soal yang diberi akan memiliki waktu lima menit saja dan soal itu termasuk soal tersulit dari lomba ini.

Bel ketiga berbunyi dan di layar ditampilkan sebuah soal yang sangat rumit dan membingungkan. Waktu lima menit sangatlah kurang bagi mereka. Para pendukung hanya berusaha memberi mereka do'a saja dan diam dengan jantung berdetak kencang melihat peserta mengerjakan.

Saat waktu menunjukan tiga menit seorang peserta menekan belnya dan mengangkat tangannya yang tidak lain ialah Daniel sendiri. Semua orang tercengang termasuk para peserta lainnya. Namun berbeda bagi Steve, Steve tau kalau sahabatnya itu sangat pintar dan tidak akan mengecewakan.

Setelah Daniel menjawab suasana kembali hening bahkan itu terlalu hening. Para juri saling memandang dan tersenyum cerah. "Jawaban peserta benar."

Dan seketika seluruh gedung diisi dengan tepuk tangan yang meriah, mereka tidak menyangka ada yang bisa mengerjakan soal yang sukar dalam waktu tiga menit saja. Sungguh luar biasa, Steve yang berdiri dengan bertepuk tanganpun menitihkan air mata kebahagiaan untuk sahabatnya itu. 

Sebuah penghargaan diterima oleh Daniel dari para juri dan mereka mengambil foto untuk kenang-kenangan.

*

Sebuah pesan masuk di android milik Putri, Putri yang semula masih menunggu Leon dengan memakan camilan disofa segera membuka pesan dari Steve. Putri sudah mengenal Steve lama dan ia tau kalau Steve adalah teman satu-satunya yang betah dengan Daniel.

Steve
Kak Putri... Daniel menang olimpiade matematika kak, dan dia mendapat juara satu untuk itu.

Putri
Benarkah... wow si imut itu memang sangat pintar, apa kamu juga termasuk peserta Steve?

Steve
Haduhh kak Putri jangan mengolok-ngolok Steve seperti itu dong kak😑.

Putri
Hahaha... maaf maaf aku lupa kalau otak kamu lodingnya lama kayak aku😂

Steve
Oke oke... kita emang sama wkwk

Saat Leon turun, matanya menatap Putri yang sedang senyum-senyum sendiri dengan benda pipih ditangannya. Alis Leon mengerut dan perlahan dia menghampiri Putri.

"Apa kamu sudah tidak waras karena terkena tamparan dari perempuan itu?"

"Haiss... kak Leon kau mengagetkanku, dan juga siapa yang tidak waras. Hari ini Daniel memenangkan olimpiade mewakili sekolahnya. Dia sangat pintarkan, haduh adek imut kuu sangat pintar." Putri memeluk tubuhnya dengan senang.

Tiba-tiba saja Leon berbicara. "Begitu saja bangga, aku bahkan bisa menyelesaikan soal dengan satu menit saja." Dan pergi menuju ruang perpustakaan.

Ehh.. kenapa aku melihat mata kecemburuan, mungkin hanya ilusi saja.

Putri mengejar Leon menuju ruang perpustakaan. Semula suasa hati Putri yang kurang nyaman sekarang sudah lebih baik karena mendengar betapa pintarnya adik kecilnya itu. Ia tidak keberatan kalau dia tidak pintar tetapi ia akan bahagia kalau orang-orang yang ia cintai itu lebih pintar dari dia yang pemalas.

"Karena kamu belum hafal rumus ini dan apabila kamu salah mengerjakannya, kamu harus menyalinnya sebanyak dua puluh kali dalam satu soal yang salah, juga jangan lemot seperti penyu kecil."

Dan saat hatinya mulai membaik, tiba-tiba hatinya di robek oleh Leon yang super kejam.











TBC🐢

This Is Me (TAMAT)Where stories live. Discover now