Part 21: Pacar Arkana dan Kedai Es Krim

Start from the beginning
                                    

Kirana hanya mengangguk, mengiyakan. Beberapa murid datang lagi. Mereka berdiri, menatap penasaran apa yang sudah terjadi. Apalagi melihat wajah Farel yang sudah babak belur.

Murid-murid yang memperhatikan, mereka berbisik-bisik, saling bertanya. Penasaran apa yang sudah terjadi. Sedangkan Kirana, dia buru-buru merapikan buku dan alat tulis miliknya. Sore ini, tugas kelompok PKN terpaksa dihentikan. Anggota kelompok Kirana yang lain bertanya. Tetapi Kirana malas menimpali. Malu juga dia harus menjelaskannya. Entah kenapa, sebagai korban dia justru yang malu di sini.

Reifansyah membawa Kirana agar segera pergi dari ruang kelas. Tepat di tengah koridor, Kirana menghentikan langkah. Dia melihat ke arah punggung telapak tangan Reifansyah. Punggung telapak tangan cowok itu terluka.

"Kita obatin dulu ya?" kata Kirana.

"Nggak usah Ra." Reifansyah membalas.

"Rei!" Kirana memaksa.

"Yaudah." Reifansyah membalas pasrah.

"Sekarang kita ke UKS!" ajak Kirana. Reifansyah menurut. Dia mengikuti ke mana langkah gadis itu pergi.

Ruang UKS memang masih buka. Karena kebetulan hari Jumat dipakai untuk anak-anak PMR yang sedang latihan.

Tepat sampai, Reifansyah tidak banyak bicara. Dia hanya menuruti apa yang diinginkan Kirana. Setidaknya Kirana tahu bagaimana cara mengobati luka yang baik dan benar. Waktu SMP dulu, dia salah satu anggota aktif PMR. Hanya saja pas SMA dia menjadi tidak serajin waktu SMP untuk mengikuti ekstrakullikuler. Terlebih dia harus pindah sekolah beberapa kali.

Reifansyah duduk di tepi ranjang pasien yang ada di ruangan UKS. Dia hanya diam, memperhatikan setiap gerakan telaten Kirana mengobati lukanya. Reifansyah tersenyum. Walaupun punggung telapak tangannya terasa nyeri, tetapi melihat gadis yang sedang mengobatinya saat ini, rasa nyeri itu tidak berarti apa-apa. Bahkan tidak terasa.

"Makasih udah nolongin aku ya Rei." ucap Kirana setelah selesai mengobati luka Reifansyah.

"Iya sama-sama. Lain kali, kalau ada apa-apa jangan sungkan minta tolong sama gue. Kalau udah ada hal-hal yang mencurigakan, apapun itu, jangan sungkan minta tolong sama gue, ya?"

"Kadang aku suka mikirin Rei, kenapa kamu bisa sebaik ini sama aku?"

Reifansyah terdiam. Menatap gadis yang duduk bersebrangan dengan dirinya. Reifansyah tergagu. Entah harus merespon apa.

"Dari awal aku ketemu kamu, kamu udah nolongin aku. Bahkan sampai sekarang." Kirana melanjutkan. Reifansyah masih terdiam.

"Ra, udah sore banget. Gue antar pulang, ya?" Reifansyah mengalihkan pembicaraan. Kirana sontak melihat ke layar ponselnya. Tidak terasa sudah hampir pukul lima. Kirana lupa akan pembicaraannya sendiri tadi. Dia beranjak. Mengikuti Reifansyah yang sudah ancang-ancang akan pergi.

Kirana tidak menolak. Dia menerima ajakan Reifansyah untuk pulang bareng hari ini.

***

Tempat yang paling menyenangkan untuk didatangi setiap malam bagi pecinta keramaian sepertinya, kelab malam. Tiara hanya datang sendiri malam ini. Tetapi mau sendiri atau bersama teman satu gengnya, baginya yang paling penting adalah euforia yang dia rasakan di tempat itu. Ramai, musik yang mengasyikkan serta tembakan dari sinar lampu yang mengenai tubuhnya.

Tiara menari dengan gerakan lembut. Ada perayaan kecil yang sedang dia rayakan malam ini. Dia berada diantara huru hara yang malam ciptakan di tempat itu. Dia terus menari, melenggokan tubuhnya dengan gerakan pelan. Beberapa cowok mendekat. Bahkan tidak segan menyentuh pinggulnya, Tiara hanya terdiam. Dia merapatkan tubuh dan sengaja menggoda.

After With You (Complete)Where stories live. Discover now