Bagian 25

1 0 0
                                    

Waktu pun berlalu dengan hari-hari suram bagi Sebastian dan Carolyne. Kali ini, mereka sama-sama egois tidak saling mengalah untuk meminta maaf.

Tabita yang selalu menjadi kawan curahan hati Carolyne pun ikut merasakan kegelisahan cerita Carolyne, hingga dia coba memberi saran, "Jika kau tidak kuat menjalani semua ini, kau punya hak untuk memutuskan dia, untuk melupakan dia."

Carolyne masih bimbang terus saja terdiam. Dia kesal dan marah terhadap sikap Sebastian. Namun, hati kecilnya juga masih berharap, masih mencintai pemuda itu.

"Kau sungguh masih mencintainya?" tanya Tabita memastikan.

"Entahlah," Carolyne makin tidak paham dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Kau tidak ingin menghubunginya terlebih dahulu?" Tabita memberi saran lagi.

"Untuk apa? Dia yang memulai pertengkaran ini. Mengapa aku yang harus meminta maaf?" balas Carolyne tiba-tiba menjadi kesal.

Sikapnya itu membuat Tabita tersenyum, "Bukan meminta maaf. Tapi setidaknya agar tidak berlarut-larut, jika kau bisa meminta penjelasan dia,"

"Penjelasan apa?" tanya Carolyne heran dan menggerutu kesal, "Seharusnya dia paham tanpa perlu aku tanya. Lagi pula, aku sudah tidak ingin mendengar penjelasan apa pun."

Tabita pun bertanya heran, "Kau ingin putus dengannya?"

"Aku tidak tahu," jawab Carolyne menjadi bingung lagi.

Tabita kembali tersenyum berpikir lucu. Sikap itu sering kali berubah seperti gadis yang tidak bisa berpikir dewasa, hingga membuatnya penasaran, "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Apa?"

"Siapa nama mantan kekasihmu?"

"Mantan kekasihku? Mengapa?" Carolyne masih tidak paham.

"Sebutkan saja. Siapa namanya?" balas Tabita mendesak.

Carolyne bingung tiba-tiba harus berpikir tentang itu, berkata ragu, "Aku...,"

Gelagat tidak dapat menjawab ini membuat Tabita tersenyum yakin, "Oke, kau belum pernah berpacaran."

"Mengapa kau berkata seperti itu?" Carolyne sontak terkejut, saat juga mendengar Tabita makin tersenyum lebar menegaskan, "Sudahlah, jujur saja. Benar, bukan?"

Kini Carolyne terdiam kikuk, hingga Tabita mendesak berkata, "Jika ada, sebutkan namanya."

Carolyne tetap terdiam tidak sigap mengelak, seakan tidak dapat menyebutkan sebuah nama hanya untuk menjawab pertanyaan sederhana ini.

Sontak Tabita terkejut dan tertawa lepas, "Astaga... Kau sungguh belum pernah berpacaran?"

"Kau mencoba menyindirku?" Carolyne kesal dan makin kikuk, paham maksud pertanyaan menjebak Tabita yang masih tertawa dan berkata menyesal, "Tidak, tidak. Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu."

"Tapi,, sungguh? Sebastian cinta pertamamu?" lanjutnya masih tersenyum tidak percaya. Tidak pernah menyangka, ternyata Carolyne memang masih berpikir polos.

Carolyne menjadi malu, dan menggerutu kesal, "Mengapa kau tertawa?"

"Tidak, maaf, maaf. Aku tidak bermaksud," Tabita berusaha menahan tawa, masih saja merasa lucu mengetahui hal ini. Kemudian bertanya menggoda, "Apa Sebastian pernah menciummu?"

"Tidak," jawab Carolyne dengan ketus, makin kesal.

Suasana tiba-tiba menjadi hening. Jawaban itu membuat senyum Tabita mereda perlahan dan terdiam mengingat sesuatu, saat Carolyne juga diam karena pikirannya teralihkan. Dari pembahasan cinta pertama itu, tiba-tiba mereka sama-sama terpikirkan tentang Philippe, tentang hebohnya peristiwa ciuman dulu.

This Garden, Little Heaven 1Where stories live. Discover now