Bagian 13

1 0 0
                                    

Tiba masa musim penghujan. Malam ini hujan deras mengguyur kota Ponce, termasuk kawasan La Rambla.

Sebastian bersama Ibunya duduk saling berhadapan di kursi meja makan mewah. Terasa hening, saat seorang pelayan wanita menyiapkan hidangan untuk mereka, kemudian hanya menunduk berpamitan kepada sang Nyonya yang juga membalas singkat, "Terima kasih."

Tidak ada perbincangan apa pun, hingga suara petir menyambar terdengar jelas di luar sana. Cuaca itu seakan mempertegas suasana dingin di meja makan ini. Dia menyantap hidangan sembari menunduk menatap piring makannya, sama sekali tidak memperhatikan Ibunya di sana. Dia hanya melirik sejenak dan kembali menunduk, saat Ibunya tersedak dan minum air mineral sejenak, kemudian terasa hening lagi.

Usai makan malam, dia tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk sekedar berpamitan kembali ke kamarnya di lantai dua. Begitu juga dengan Ibunya, yang lagi-lagi menghabiskan waktu dengan duduk di sofa depan televisi.

Di dalam kamar, dia duduk di kursi meja belajar, mencoba membaca buku untuk mencari kesibukan. Namun, hatinya perlahan kembali suram, hingga kemudian dia menatap ponsel yang tergeletak di atas meja itu.

Di tempat lain, Carolyne yang baru saja membuka buku pelajaran, segera meraih ponselnya yang berdering dan menyahut, "Halo?"

"Hai," balasnya singkat, dan segera bertanya, "Kau sedang sibuk?"

"Tidak juga. Hanya sedang membaca," balas Carolyne dengan santai.

Kemudian Sebastian terdiam jeda sejenak, membuat Carolyne merasa aneh, "Kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja," balas Sebastian tersadar, namun kemudian terdiam lagi. Dan tiba-tiba saja dia bertanya, "Kita bisa bertemu malam ini?"

"Sekarang?" tanya Carolyne terkejut tidak paham.

"Ya, sekarang, malam ini. Aku ingin bertemu."

"Apa? Di mana?" tanya Carolyne makin dikejutkan ucapannya itu.

"Kafe, restoran, dimana pun kau mau," balas Sebastian terkesan bersungguh-sungguh ingin bertemu.

Namun, Carolyne harus menolak, menjelaskan, "Tapi ini bukan akhir pekan. Aku tidak bisa pergi begitu saja. Ibuku pasti tidak akan mengijinkan."

"Baiklah kalau begitu," balas Sebastian begitu saja, tidak ingin memaksa lagi.

Sikapnya itu sungguh membuat Carolyne makin heran, kembali bertanya, "Kau sungguh baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja. Mengapa?" balas Sebastian tersenyum tipis, seakan ada penyesalan di hatinya. Namun, tidak ingin dia tunjukkan kepada Carolyne.

Gelagat bicaranya tetap terkesan aneh di telinga Carolyne, hanya bisa berkata, "Tidak. Kau hanya membuatku bingung."

Sebastian tidak menyahut lagi, hingga Carolyne cukup paham ada hal yang mengganggu pikiran pemuda ini. Namun, dia tidak berani mendesak bertanya. Dia hanya ingin membantu dengan mencoba mencairkan suasana.

Mereka pun terus berbincang, dengan Sebastian yang lambat laun merasa senang, menyadari gadis ini dapat merubah suasana hatinya dengan cepat. Hingga perbincangan malam ini mereka akhiri dengan saling mengucapkan salam.

"Selamat malam," kata Sebastian tersenyum, sebelum menutup teleponnya. Carolyne pun tersenyum membalas, "Ya, selamat malam."

***

Esok paginya, saat Carolyne akan berangkat sekolah.

Dia menuruni anak tangga dari lantai dua rumah, berpapasan dengan Mauricia yang sudah berdiri menanti sembari tersenyum cerah, mengucapkan salam. "Selamat pagi, Nona muda."

This Garden, Little Heaven 1Where stories live. Discover now