Bagian 24

1 0 0
                                    

Satu pekan telah berlalu lagi.

Di hari Sabtu malam ini, Philippe sering kali termenung, meski tetap tersenyum ramah saat ada konsumen datang membeli sesuatu, kemudian termenung lagi setelah konsumen itu pergi. Hari-harinya kini terasa sepi di toko. Tidak ada lagi canda tawa Josephine yang sering kali menemani berbincang seperti dulu.

Dia menyadari kepulangan Josephine pukul 08.40 malam. Dia tersenyum ingin menyapa saat gadis itu membuka pintu toko dari luar. Namun, lagi-lagi, gadis itu terus berlalu naik ke lantai dua, hanya menyapa singkat, "Hai."

"Josephine," balasnya segera memanggil, hingga Josephine berhenti melangkah dan bertanya, "Ya?"

"Kau dari mana?" Philippe mencoba berbasa-basi, tetap tersenyum ramah.

"Berjalan-jalan bersama kawan-kawanku," balas Josephine santai. Raut wajah itu masih datar.

Philippe tetap merasa aneh. Dulu, gadis ini sering kali menolak ajakan kawan-kawannya pergi bersenang-senang, dan lebih memilih menghabiskan waktu di rumah.

Josephine masih terdiam dengan raut wajah bertanya, hingga kemudian Philippe menghampiri, "Ada yang ingin aku tanyakan. Maksudku, apa kau sedang ada masalah?"

"Tidak," jawab Josephine singkat menggeleng sekali.

"Apa kau marah padaku?" tanya Philippe lagi, sembari tengadah karena posisi berdiri Josephine di anak tangga lebih tinggi darinya.

"Tidak juga. Mengapa aku harus marah padamu?" balas Josephine menyangka Philippe sudah menyadari perubahan sikapnya, berharap Philippe akan mengutarakan sesuatu.

Namun, Philippe masih belum menyadari, membalas berkata ragu. "Entahlah. Aku hanya berpikir, mungkin, kau,,, sedang ada masalah?"

"Denganku, mungkin?" lanjutnya menduga-duga, menatapnya penuh tanya.

"Lalu? Kau tahu alasannya kenapa aku seperti itu?" balas Josephine memancing, masih berharap Philippe menyadari sendiri.

"Aku? Entahlah. Aku bertanya padamu," balas Philippe tetap tidak paham.

Cukup membuat Josephine kesal dan mulai malas membalas, "Tidak. Aku tidak ada masalah denganmu, dan aku baik-baik saja."

"Aku hanya sedang senang berkumpul bersama kawan-kawanku lagi," lanjutnya beralasan, dan tetap bersikap ramah. Meski dalam hati merasa kecewa dan kesal karena Philippe tetap saja tidak peka akan sikapnya itu.

"Oh, baiklah kalau begitu," balas Philippe tersenyum merasa lega.

Lagi-lagi, itu membuat Josephine kesal dan segera saja berpamitan, "Oke, selamat malam."

"Ya, selamat malam," balas Philippe, terus menatapnya saat Josephine kembali melangkah naik anak tangga dan menghilang di atas sana.

***

Di lain tempat, di waktu yang sama.

Setelah mencoba menghubungi selama berhari-hari, akhirnya Sebastian berhasil meluluhkan hati Carolyne. Dia mengajak makan malam dengan alasan ada yang ingin dia ungkapkan, alasan mengapa dia sering kali menjadi seperti itu.

Mereka duduk bersama di restoran, meski kali ini Sebastian masih banyak diam. Masih merasa takut, tidak siap untuk ungkapkan segalanya malam ini, hingga meja makan mereka terasa sunyi.

Berkali-kali Carolyne meliriknya dengan tatapan resah, hingga dia sudah merasa bosan dan bertanya, "Kau baik-baik saja?"

"Mengapa?" balas Sebastian tersadar dari pikiran itu.

"Kau ingin bertemu untuk mengatakan sesuatu. Dan, sedari tadi kau hanya diam," balas Carolyne kini dengan nada kesal.

"Kau masih marah padaku?" balas Sebastian menatapnya cemas.

This Garden, Little Heaven 1Where stories live. Discover now