CL; O

2.2K 245 62
                                    

•••

Bergandengan tangan mengitari pasar malam. Bahagia sekali. Rindu Rae Na dapat terobati. Kadang dia akan tertawa setelah menceritakan hal lucu. Yoongi senang melihat pacarnya seperti ini.

Sesekali Yoongi akan menawarkan sesuatu untuk dibeli. Namun, ditolaknya.

"Mau permen kapas?"

"Permen kapas?" Berpikir sejenak. "Mau, mau, mau!"

Dengan semangat anak itu langsung menarik tangan pacarnya. Membeli satu dengan ukuran besar. Lalu, kembali melanjutkan jalan. Hingga berhenti di sebuah kursi.

Sesekali Rae Na akan menyuapkan permen itu. Sedikit saja. Yang banyak dimakan sendiri.

"Manis sekali. Jadi, haus?"

"Tunggu di sini. Aku beli minum"

Dibalas gelengan. "Jangan! Nanti aku hilang"

"Kalau hilang nanti kucari"

"Kalau nggak ketemu?"

"Ya, sudah. Tinggal saja"

"Jahatnya"

Yoongi berhambur memeluk pacarnya. Sangat erat. Sampai yang dipeluk merengek minta lepas.

"Lepas!" Didorong pelan dadanya. "Permen kapasku, permen kapasku! Jahat! Permen kapasku jadi begini"

Memasang wajah cemberut malah membuat Yoongi jadi gemas. "Gemasnya pacarku ini. Pacarnya pasti senang sekali punya pacar seperti ini"

"Memang! Baru tau?!"

"Ayo pulang! Minum di rumah saja"

"Tapi-"

"Tapi apa?"

"Nggakpapa, deh. Ayo!"

Sejujurnya, Rae Na belum rela meninggalkan momen ini. Rindunya masih terbayar sebagian. Sebagian lagi masih ingin menghambur bersamanya.

Malam yang dingin. Membuat Rae Na memeluk erat pinggang sang pacar. Merasakan nyamannya punggung tempatnya bersandar.

'Terlalu manis, hingga rasanya haus. Apa itu berlaku pada kita? Kita terlalu manis. Hingga rasanya ada yang kurang. Jika haus adalah rindu. Maka aku tengah kehausan luar biasa. Aku bisa bersandar nyaman di punggungmu. Memeluk erat pinggangmu. Tapi, hausku tidak hilang. Sama seperti aku minum air garam. Sebanyak apapun hanya akan ada rasa asin. Aku mulai takut, takut jika haus ini tidak tersembuhkan. Karena kemurnianmu mulai tercemarkan'

Hikkk!

"Hei! Kenapa, hmm?"

Tanpa sadar Yoongi sudah menghentikan motornya. Tepat di depan pagar rumah.

Akhirnya, Yoongi sedikit memutar tubuhnya untuk memeluk dari depan. Dapat dilihat, air mata itu sudah mengalir di pipinya.

"Kenapa?" Diusap aliran itu dengan lembut.

"Kakak, terima kasih"

Kakak?

Kakak, ya?

Yoongi tidak suka panggilan itu. Ada apa? Kenapa kakak? Itu sedikit menusuk.

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Sayang kakak, sayang sekali"

Dipeluk tubuh mungil itu. Tapi, justru membuat yang dipeluk semakin histeris.

'Maaf'

"Berhenti. Nanti matamu jadi sembab. Pacarmu nggak bisa lihat sinarnya"

"Nggak bisa. Rasanya mau nangis terus"

"Memang nangisin apa, hmm?"

"Nggak tau. Rasanya mau nangis pokoknya"

"Dasar, lucunya pacarku. Pacarnya pasti nyesel kalo sampai ninggalin. Udah. Hapus air matanya. Terus turun. Mau tidur nggak kamu?"

Butuh waktu lama untuk membuat anak itu tenang. Tidak apa? Pelukan hari ini setidaknya sudah cukup.



Berlanjut••

Bek tu cheesy cheesy sedikit.

Forpel dong bukan cuma dabel tripel

Lavyu

Ryeozka

CRAZY LOVE (END) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt