Wassalam..
Dari Hasna

Hasna tertawa membaca suratnya.
"Untung belum aku kasih, kalau sampai dikasih, pasti malu-maluin. Apalagi kalo ngeliat sikapnya yang berbanding terbalik sama harapanku, bisa habis mukaku kayak kepiting rebus." Gumamnya sambil geleng-geleng kepala.

Hasna buru-buru melipat suratnya dan memasukkannya pada laci mobil saat melihat Yusuf yang keluar dari sebuah ruangan bersama beberapa orang gadis berjilbab. Salah satunya berjalan sejajar dengan Yusuf sambil terus berbincang asyik dengannya. Sedang yang lain berjalan mengikuti mereka dengan wajah yang tertunduk.

Yusuf tampak terlihat berbeda dengan Yusuf yang Hasna kenal. Ia terlihat begitu hangat dan nyaman berbincang dengan gadis berlesung pipi itu. Berbeda sekali dengan sikapnya pada Hasna yang begitu dingin. Hasna memijat-mijat jari jempolnya dengan kuku jari jempolnya yang lain. Hal, yang biasa Hasna lakukan di saat hatinya sangat kesal, gugup, atau sedih.

Yusuf berpamitan pada gadis berjilbab putih di depannya dengan mengatupkan kedua tangan di depan dadanya. Lalu berjalan ke arah mobil, tempat Hasna memperhatikan segala tingkah lakunya barusan. Yusuf membuka pintu mobil. Ia sedikit terkejut melihat tatapan Hasna yang begitu tajam padanya. Ada sorotan kesal di dalamnya. Yusuf tetap masuk ke dalam mobil, duduk di bangku kemudi. Berusaha untuk tak menghiraukan tatapan Hasna.

"Siapa?" tanya Hasna.

"Apanya?"

"Jangan pura-pura gak tau deh, itu!" Hasna menunjuk sekelompok gadis yang masih berdiri menatap ke arah mereka.

"Bukan siapa-siapa!"

"Halah, romantis gitu tatapannya!"
Yusuf menghidupkan mobilnya, dan memutar kemudinya menuju gerbang kampus. Yusuf menoleh ke arah Salma yang masih tertidur di belakang. Sementara Hasna malah hanya bersedekap dan menatap kesal ke arah jalan.

"Mau jalan-jalan dulu atau mau pulang?" tanya Yusuf.
Hasna tak menjawab.

"Kalau gitu kita ke makam dulu!" Yusuf tak meminta jawaban dari Hasna lagi, ia langsung memutar mobilnya ke sebuah gang kecil di ujung pesantren. Ia mematikan mobilnya saat sudah berada di halaman belakang makam yang biasanya digunakan sebagai tempat parkir oleh para pengunjung makam.

"Ayo!"

Hasna masih mengabaikan ajakan Yusuf.

"Kalau gak mau ya sudah, jangan nangis kalau nanti lihat penampakan!" Yusuf membuka pintu mobilnya sambil mencoba menakut-nakuti Hasna.

Hasna mulai menggerakkan kepalanya ke sekeliling. Suasana sepi karena masih hari libur pesantren saat ini, membuat areal itu memang terlihat menakutkan. Ia bergidik sambil menoleh ke arah Salma di belakangnya.

"Salma gimana?" tanyanya akhirnya.

"Dia gak akan bangun, kalau cuma sepuluh menit!" jawab Yusuf yang tersenyum melihat Hasna mulai terlihat takut. Ia masih berdiri memegangi pintu mobilnya, menatap Hasna.

Hasna menurut karena takut. Ia turun dari mobil Yusuf dengan membuka pintu mobil sendiri. Padahal dia berharap, Kak Yusufnya akan membantunya membukakan pintu mobil seperti di film-film.
Harapannya kandas. Sepertinya, laki-laki dingin tapi perhatian seperti itu memang hanya ada di film, tidak di dunia nyata. Laki-laki dingin di dunia nyata, ternyata benar-benar menyebalkan, tidak menggemaskan sama sekali.

😍😍😍

Wajah Yusuf masih terlihat basah karena air wudhu saat memasuki mobilnya kembali. Ia menunggu Hasna masih belum keluar dari tempat maqbaroh sambil mengecek handphonenya. Iseng, ia scroll status whatsapp teman-teman di kontaknya. Termasuk Hasna. Senyumnya tersungging saat membaca caption dengan gambar dashboard mobilnya.

Terlihat Hasna yang baru saja keluar dari gerbang masuk maqbaroh.
Wajahnya juga masih terlihat basah dengan air wudhu. Karena sebagian jilbabnya juga terlihat basah dengan noda air. Tak sadar, Yusuf masih menikmati wajah tertunduk Hasna yang berjalan menuju mobilnya. Wajah yang tak pernah ia lihat menggunakan make-up itu masih sama seperti tahun lalu.

Tahun pertama ia pulang ke rumah setelah enam tahun lamanya mengabdi di pesantren. Tepat di hari lebaran tahun lalu. Ia masih mengingatnya. Wajah Hasna saat mengambil air wudhu di pancuran belakang rumah, terlihat begitu mempesona. Nyaris tanpa cela di matanya.

Hasna membuka pintu mobil pelan, setelah sebelumnya menengok jok belakang tempat Salma tidur dari jendela mobil. Yusuf berdehem pelan seraya menyimpan ponselnya di saku bajunya kembali.

"Mau cari makan?" tanyanya pelan. Kali ini nadanya tak seketus tadi.

"Nunggu Salma bangun dulu!"

"Nanti dibangunin!"

"Kasihan lah."

"Kamu mau seharian di sini?"

"Kenapa gak? Asal Kak Yusuf gak pergi." Hasna melirik Yusuf yang tersenyum sarkastis menatapnya.

"Aku yang gak mau!" lagi-lagi Yusuf mengambil keputusan tanpa menunggu jawaban dari Hasna. Ia memutar kemudi mobilnya, meninggalkan maqbaroh.

"Egois!" rutuk Hasna sambil membuang pandangannya ke luar jendela.

****

Maafkan yang udah nunggu lama ya, kesibukannya bener2 gak bisa di tunda soale, dan semoga terhibur di part ini.
🤗🤗

Jangan lupa, vote dan komennya
Oya, mau minta bantuan subscribe nih, di channel temen aku
Ntar, disitu bakal ada film hasil karya aku dulu juga ..
Gak rugi subscribe pokoknya
Karena subscribe itu gratis
😆😆

https://www.youtube.com/c/MujiburrohmanBakri

Rahasia [Terbit]Where stories live. Discover now