Part 4: Pertolongan Kedua

Start from the beginning
                                    

"Lo, kenapa?" tanya cowok itu singkat. Kirana mendongak. Melihat sosok di hadapannya.

Dia lagi? Kirana pikir dirinya yang kesusahan selalu saja bertemu dengan cowok itu. Sepertinya dia memang ditakdirkan untuk menolongnya.

"Ini aku mau kembali ke kelas. Tapi aku malu basah kuyup gini."

Kirana menjawab dengan terbata. Tangisnya masih belum usai.

Cowok itu menatap prihatin. "Lo bukannya cewek yang kemarin sepatunya ada di atas pohon mangga?" Dia bertanya. Kirana mengangguk malu.

"Lo tunggu di sini ya..," ucap cowok itu. Kirana tidak paham kenapa dia harus menunggu? Cowok itu menuju ke salah satu ruangan.

Kirana memeluk tubuhnya sendiri. Lama kelamaan dingin mulai merayapi tubuhnya. Bibirnya membiru. Cowok tadi sudah kembali lagi. Ada setumpuk kain di pangkuan kedua tangannya. Kirana melihat samar-samar.

"Lo bisa ganti pakai ini. Takut nanti masuk angin," ucapnya.

"Makasih banyak ya..," balas Kirana. Dia mulai sedikit agak lega. Tetapi tetap saja, kejadian hari ini membuatnya tidak bisa bersabar lagi. Dia pikir, cukup dua hari ada di SMA Adhitama.

Baru selangkah kecil Kirana melangkah. Reifansyah—cowok yang kini ada di dekat Kirana meraih pergelangan tangannya. Kedua mata cowok itu meneliti benda yang melingkar di pergelangan tangan kanan Kirana.

"Kenapa?" tanya Kirana. Reifansyah melepaskan cekalannya.

"Nggak apa-apa. Gelang yang lo pakai bagus." Reifansyah menjawab. Dia setelah itu membiarkan Kirana melangkah menuju ruangan ganti perempuan.

***

Arkana memetik senar gitar sekenanya. Tidak ada nada indah yang dia hasilkan. Dia hanya memetik asal, seolah sebuah perayaan atas keberhasilannya mengerjai Kirana.

Di ruangan musik, geng ALERT berkumpul. Mereka menguasai tempat itu. Sudah menjadi tempat berkumpul yang paling nyaman setelah kantin.

"Lo kenapa Ar? Ketawa ketawi sendiri?" tanya Ramon—salah satu bagian dari geng ALERT.

"Gue senang banget lihat tuh cewek kebingungan sendiri, hahaha." Arkana membalas. Dia semakin memetik senar gitar dengan keras seraya bersenandung asal, tidak tahu lagu apa yang sedang dia nyanyikan.

"Maksud lo cewek siapa?" tanya Tiara penasaran. Dia mendekat. Duduk di dekat Arkana yang kini sedang merebahkan diri di atas sofa.

"Cewek yang nampar gue di kantin kemarin." Arkana menjelaskan. Tiara terkekeh singkat. Dia penasaran, ingin mendengar lebih rinci apa yang sudah Arkana lakukan.

Ditengah Arkana asyik menjelaskan bahkan dengan penuh kebanggaan, Erik memotong ucapan Arkana.

"Lo keterlaluan Ar. Kalau Kirana tiba-tiba tercebur terus tenggelam gimana?" Erik menimbrung panik. Arkana bangkit dari posisinya. Dia meletakkan gitar yang semula dia pegang.

Ruangan musik tiba-tiba saja hening. Teman satu geng Arkana lainnya mendadak diam. Mengutuk sikap Erik yang tiba-tiba saja memotong ucapan Arkana, bahkan seolah peduli dengan nasib cewek yang ada dalam daftar target Arkana.

"Nggak mungkin tenggelam lah." Arkana menjawab santai.

"Mungkin ajah. Gimana kalau dia tiba-tiba tercebur pas ngambil buku catatan hariannya? Terus dia nggak bisa berenang." Erik menjelaskan kemungkin buruk yang terjadi ke Kirana.

Arkana berpikir keras. Dia mulai terganggu karena ucapan Erik barusan. Apalagi dia ingat, bagaimana Kirana memohon saat gadis itu sempat akan tercebur.

"Apa iya dia nggak bisa berenang?" tanya Arkana. Dia menatap teman-temannya.

"Udah deh Ar, ngapain peduliin dia sih. Biar tahu rasa kan dia!" Tiara menimpali.

Arkana diam. Dia lalu bangkit dan keluar dari ruangan musik. Tiara yang paling meneriaki kepergian Arkana.

"Lo tuh ya Rik, lagi asyik dengerin orang cerita malah merusak momen!" Tiara berkata sebal ke Erik.

"Gue bilang kayak tadi, cuman nggak mau Arkana kena masalah besar. Gue nggak mau kejadian satu tahun yang lalu terulang!" Erik membalas tidak mau kalah.

Tiara menatap tajam Erik. Begitupun sebaliknya.

"Udah deh. Jangan bahas itu kali!" Ramon menghentikan perdebatan. Tiara dan Erik saling membuang muka.

***

"Makasih banyak ya," ucap Kirana dengan senang. Dia sudah memakai jaket dan celana olahraga yang cowok itu pinjamkan. Meski kebesaran di badannya, tetapi ini lebih baik dibandingkan kembali ke ruang kelas dalam keadaan basah kuyup.

"Kenapa ketawa?" tanya Kirana heran.

"Lucu ajah." Jawabnya.

Kirana heran, lucu? Dia bahkan sedang tidak melawak. Kirana semakin memperhatikan. Cowok di hadapannya ini semakin tertawa. Kata Gadis dan Fara, Reifansyah sangat jutek apalagi ke perempuan. Berbanding terbalik dengan kenyataan yang dia lihat sekarang.

"Maaf maaf, gue nggak bermaksud meledek lo. Gue tinggal ya, teman gue udah nunggu mau main badminton," ucap Reifansyah. Dia lalu berbalik badan. Kirana menggaruk pelipisnya. Meski tidak gatal sama sekali. Hanya saja masih heran dengan tingkah cowok yang sudah menolongnya.

"Oh iya, kita belum kenalan. Namu aku Kirana Maheswari. Panggil aku Kirana atau Ra. Asal jangan Ari." Kirana berhasil menghentikan langkah Reifansyah. Cowok di dekatnya itu berbalik badan.

Kirana menjulurkan tangan kanannya. Reifansyah membalas, "Gue Reifansyah Andhra. Panggil gue Reifansyah atau Rei. Dua belas IPA empat." Kirana tersenyum singkat. Reifansyah membalas hal yang sama.

"Oh iya, sebelum gue pergi, gue mau bilang sesuatu." Reifansyah melanjutkan ucapannya.

"Apa?" tanya Kirana singkat.

"Jangan lupa nanti balikin celana sama jaketnya ya," jawab Rei. Kirana tertawa. Jelas saja dia akan mengembalikan celana olahraga dan jaket cowok itu.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Arkana memperhatikan Kirana dan seseorang yang ada di depan Kirana. Arkana tidak mendekat. Setidaknya ucapan buruk Erik tidak terbukti.

Arkana ingin beranjak, tetapi melihat Kirana yang sedang bercengkrama bahkan tertawa dengan seseorang di hadapannya, berhasil mencuri perhatian Arkana.

-----

MAKASIH BANYAK YG SUDAH BACA AFTER WITH YOU

MAKASIH JUGA BUAT VOTE DAN KOMENNYA 💜


After With You (Complete)Where stories live. Discover now