Part 33 - Solidaritas

24 10 16
                                    

"Jadi sebenarnya, hubungan lo sama Garry itu gimana sih?"

"Sebelum lo dengar kita, gue harap lo gak kaget." kata Dinda.

"Ya, udah, ceritain!"

"Percaya gak percaya, gue hidup hampir 17 tahun gak kenal bokap. Gue ngelaluin hidup gue cuma sama nyokap, gue gak pernah dekat sama makhluk berjenis laki-laki, selain kakek gue. Lo gak bakal pernah tahu gimana rasanya hidup tanpa ayah, gimana rasanya selalu disisihkan dari lingkungan. Sampai akhirnya gue udah nganggap bokap gue mati. Saat hidup gue mulai tenang, Tuhan ngirim seseorang buat gue, yah gue rasa dia memang buat gue. Karena dihari-hari berikut dia selalu ada di sisi gue. Rasa yang datang gak pernah bisa ditolak. Gue jatuh cinta, dan singkatnya kita pacaran. Cowok itu Garry, seiring berjalannya waktu, gue benar-benar dibuat nyaman sama dia. Tapi takdir terlalu jahat buat gue, saat gue tahu siapa bokap gue, fakta lainnya juga ikutan kebongkar, Garry ternyata saudara kandung gue. Garry gak tahu apa-apa waktu itu, gue mutusin dia, dan selanjutnya gue gak tahu apa yg terjadi. Kabarnya Garry kecelakaan, dan disitu gue benar-benar ngerasa bersalah karena gak ngasih tahu dia yang sebenarnya. Gue bersyukur, karena Garry gak egois dan dia bisa ngerti keadaan, dan kita berdua sama-sama saling mengikhlaskan. Endingnya gue, bisa ngumpul sama keluarga gue lagi. Yang jadi masalah, gak ada yang tahu kabar berakhirnya hubungan gue sama Garry. Cuma kalian doang yang tahu itu. Gue juga gak nyangka anak-anak di sekolah sebegitu simpatinya sama hubungan gue dan Garry. Gue minta maaf buat itu, gue janji bakal klarifikasi hubungan gue sama Garry ke mereka semua." cerita Ashila panjang lebar.

"Denger cerita lo, gue jadi ngerasa bukan gue yang paling menderita di dunia ini. Gue masih lebih beruntung daripada lo. Gue masih bisa ngerasain kasih sayang seorang ayah sewaktu gue kecil, gue dipenuhi kasih sayang orang tua semasa gue kecil. Alasan sikap gue jadi begini, yah karena gue gak bisa terima kepergian orang tua gue." Tanpa diduga air mata Viola luruh. Segera ia menghapusnya.

"Lo tahu gak, dulu gue juga berpikir gitu. Gue ngira hidup gue itu mengenaskan, gue menderita, gue beda sama anak-anak yang lainnya. Tapi gue sadar, kehilangan satu orang gak bakal pernah ngurangin kasih sayang orang yang ada disekitar gue. Ada nyokap gue, ada Dinda, ada kakek dan nenek gue yang sangat dan selalu sayang sama gue. Mereka udah lebih dari cukup dan gue harusnya gak pernah ngerasa kekurangan."

Viola lagi-lagi menangis, "lo benar harusnya gue bisa ikhlas dengan kepergian orang tua gue."

"Dan harusnya lo sadar di manapun mereka berada, kasih sayangnya bakal selalu bareng lo." ucap Ashila lembut.

Keadaan kemudian menjadi hening. Sampe akhirnya sebuah tanya mengundang suara.

"Jadi ini maksud lo bilang, jangan terlalu cepat ngambil kesimpulan dari setiap pertemuan?" tanya Viola setelah keheningan melanda.

Ashila mengangguk, "gue terlalu cepat ngira Garry adalah orang yang Tuhan kirim untuk jadi cinta sejati gue, tapi gue salah. Gue dan Garry dipertemukan hanya untuk memperbaiki masalah yang belum selesai. Malah sekarang gue ngerasa kisah dia baru akan dimulai."

Dan kisahnya dimulai bareng lo, Vi.

"Gue juga gak nyangka kisahnya setragis itu." sahut Dinda.

Hari ini Viola, mendapatkan banyak pelajaran hidup dari Ashila. Viola sadar, yang dia lakukan selama ini adalah kesalahan, dia harusnya tidak membiarkan hatinya dipenuhi kebencian dan rasa tidak terima. Harusnya dia ikhlas.

***

Ashila benar-benar menepati ucapannya, ia mengklarifikasi hubungannya dengan Garry.

Di sinilah Ashila berdiri bersama Dinda, Viola, Garry, juga Reno, di tengah lapangan yang sudah dipenuhi oleh banyak murid-murid yang lainnya. Bahkan, Viola juga bisa melihat kehadiran Tere di sana, Viola masih ingat Tere pernah mengatakan bahwa dia orang yang sangat kepo dan gencar mencari informasi. Viola mulai curiga, mungkinkah Tere adalah admin dari akun lambe tura?

"Jadi, disini gue mau klarifikasi kejadian kemarin. Gue mau ngasih tahu kalian, kalo gue dan Garry gak ada hubungan apa-apa lagi. Gue udah putus sama Garry, tapi gue masih tetap baikan kok sama dia. Gue harap kalian gak pernah ngelakuin kesalahan dengan nuduh orang lain udah ngerusak hubungan gue. Karena jauh sebelum Viola datang gue emang udah putus sama Garry." jelas Ashila.

"Iya bener, jadi lo semua jangan pernah nuduh-nuduh sepupu gue jadi pelakor." teriak Dinda.

"Gue mau kalian minta maaf sama Viola, dan hapus postingan yang kemarin sempat kalian post!" perintah Garry.

"VIOLA, KITA MINTA MAAF BUAT KEJADIAN KEMARIN, KITA GAK TAHU!!!" Mereka berteriak serentak, tidak ada kebohongan di sana. Hanya ada ketulusan, membuat Viola sadar ternyata di sekolah ini sikap toleransi mereka lebih beradab dibandingkan dengan SMA–nya yang lama.

Viola juga sadar, yang mereka lakukan kemarin, bukan semata-mata untuk men–judge Viola, tapi untuk melindungi hubungan Ashila dan Garry, sangat berbeda dengan di sekolahnya yang dulu. Di sekolah lamanya, bahkan Viola pernah dikhianati oleh kekasihnya dengan berselingkuh dengan teman satu sekolahnya sendiri. Dan tidak ada dari temannya sekolahnya yang merasa simpati padanya. Ah, Viola lupa, bukannya Viola tidak punya teman dulu.

Setelah aksi maaf-maafan itu selesai, barulah mereka bubar. Mereka berlima kemudian pergi ke kantin.

"Gue gak nyangka, rasa simpati dan solidaritas di sekolah ini tinggi banget." ucap Viola tiba-tiba, saat mereka sedang duduk di kantin.

"Kan gue udah bilang, sekolah gue lebih seru daripada sekolah lo." tutur Dinda. Viola mengangguk sembari tersenyum.

"Ini pertama kalinya gue ngeliat lo senyum." Kalimat itu langsung meluncur dari mulut Garry. Membuatnya menjadi sorotan Viola, Ashila, Dinda dan Reno.

"Kenapa? Gue salah ngomong yah?" tanya Garry dengan bodohnya.

Ashila mengulum bibir menahan tawa, "cie... yang peduli sama senyum Viola. Cie...."

"Udah-udah, makanannya udah dingin tuh." tutur Viola, yang diam-diam menyembunyikan semburat merah di pipinya.

Untuk pertama kalinya, setelah 4 tahun yang lalu. Viola kembali tersenyum. Sederhana tapi sempurna, di sini ia temukan keluarga, di sini pula ia temukan arti pertemanan.

Siapa yang tahu, jika di sini pula akan ia temukan cinta?

***

End...

Tapi becanda😂

Publish, 16 Juni 2019

Only A Dream [Completed]Where stories live. Discover now