Part 22- kecelakaan

32 8 0
                                    

__

Seperti hari-hari biasanya, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari. Dari hari ke Minggu, lalu ke bulan dan berlalu menjadi tahun. Siswa-siswi SMA Pertiwi sekarang disibukkan oleh beberapa tugas dan ulangan. Tak terkecuali oleh Ashila dan Dinda yang disibukkan dengan ulangan untuk kenaikan kelas dan juga pemilihan kelas.

Dengan hikmat para siswa-siswi di kelas X-2, menjawab soal-soal ulangan itu. Mereka berusaha untuk mengerjakan soal ulangannya dengan jujur.

Sampai pada Ashila yang telah selesai mengerjakan soal tersebut. Ia mengemasi barang-barangnya dan berlalu pergi keluar kelas.

Ashila duduk sambil menunggu angkutan umum di halte dekat sekolahnya. Cukup sepi dan hanya seorang diri. Lagi-lagi otaknya belum bisa berhenti mengatur rencana untuk memutuskan Garry.

Terlalu larut dalam pikirannya sampai tak menyadari seseorang sudah duduk di sampingnya.

"Belum pulang?" Suara itu membuyarkan lamunan Ashila.

"Ayo pulang, gue anterin."

Garry sudah berdiri di motornya.

"Kita putus yah!?!" ucap Ashila tiba-tiba

Deg.

Garry terdiam mencerna baik-baik kalimat yang diucapkan oleh Ashila.

"Lho kena—"

"Gak papa, gue cuma mau kita putus aja." potong Ashila cepat.

"Shil, apa yang salah, sih? Kenapa gak ada angin, gak ada hujan, lo minta putus?"

Ashila tak menjawab ia langsung menghentikan sebuah taksi yang lewat.

"Jalan pak!" suruh Ashila.

Garry hanya mengerang frustasi. Sebelum akhirnya memilih untuk mengejar Ashila.

***

Ashila masuk ke rumahnya dan mengunci pintunya rapat, beruntung karena mamanya sedang pergi ke luar kota. Jadi jika Garry datang ia tak perlu susah-susah untuk menjelaskan pada mamanya tentang apa yang terjadi dengan hubungannya. Karena jujur Ashila saja belum siap untuk mengatakan hal tadi pada Garry. Tapi bukankah lebih cepat lebih baik?

Ia duduk di ruang tengah, meresapi kejadian tadi. Air mata mengalir di pipinya. Kapan semua ini berakhir. Hanya maaf yang batinnya terus ucapkan untuk Garry.

"Shil..." teriak seseorang dari luar rumah, yang sudah dapat diduga bahwa itu adalah Garry.

"Semua ini harus dibicarakan. Beri gue alasan yang jelas, kenapa kita harus berakhir?"

Ashila bergeming.

Apa yang harus ia katakan pada Garry? Ia tidak mau menceritakan kenyataan yang sebenarnya, karena itu akan percuma. Garry tidak akan percaya pada Ashila. Ashila mau Garry tau itu dari Papa atau Mamanya, bukan dari mulutnya. Tapi bagaimana caranya?

Ayolah Ashila, berpikir!!

Ashila beranjak dari duduknya, membuka pintu rumahnya. Menatap Garry yang berada di depan pintu pagarnya. Ashila berjalan mendekat kearah Garry, berhenti di hadapan Garry tanpa membuka pagar. Ashila menahan matanya agar tidak menangis di depan Garry.

"Garr... kita harus berhenti sampai di sini." ucapnya pelan, mata dan hidungnya sudah memerah menahan tangisnya.

"Tapi kenapa Shil? Beri gue alasan yang logis."

"Ada beberapa hal yang membuat kita gak bisa bersama lagi... salah satunya takdir kita."

"Jangan buat gue bingung sama ucapan lo. Ngomong yang jelas shil." ucapnya keras.

Only A Dream [Completed]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant