Part 6 - Cemburu?

84 12 2
                                    

Ashila duduk di meja riasnya berhadapan dengan cermin menatap dirinya. Ia akan pergi bersama seseorang, dia tatap pantulannya yang hanya menggunakan jeans panjang berwarna putih dipadukan t-shirt berwarna biru muda, dan ditambah sebuah kimono putih bermotif bunga sakura sebagai outer.

Ashila mulai mengoleskan bedak tipis diwajahnya dan lip balm di bibir mungilnya, untuk melembabkan bibirnya yang kering, terakhir ia mengikat rambutnya asal, meski begitu ia tetap terlihat cantik dengan gaya yang sangat simple.

Ashila mengambil tas selempang yang ia gantung tepat di belakang pintu kamarnya. Ditatapnya arloji berwarna tosca di tangannya, sudah jam tiga sore. Dan mereka janjian tepat pukul tiga. Segera saja Ashila menuruni tangga tampak mamanya sedang duduk santai sambil menonton TV.

"Kamu mau kemana rapi amat?" tanya mamanya.

"Aku Shila Ma, bukan Raffi Ahmad. Raffi Ahmad lagi syuting, gak ada di sini." tukas Ashila.

"Bukan Raffi Ahmad tapi rapi amat." ucap mama Ashila sambil menepuk jidatnya.

Ashila hanya "ber'oh'," ria saja.

"Mau jalan Ma sama teman aku." jelas Ashila.

Ashila mencium pipi Rani dan melenggang pergi.

"Assalamualaikum dulu, Shila! Masya Allah!" teriak Rani memegang kepalanya.

Ashila yang berada di depan pintu berhenti dan membalikkan badannya sambil cengengesan, kebiasaannya kalau lupa mengucap salam.

"Assalamu'alaikum, Mama."

"Wa'alaikumsalam." balas Rani.

Ashila berlari keluar dan benar saja sudah ada sebuah mobil avanza silver terparkir cantik di depan pagar rumah Ashila.

Tanpa diperintah, Ashila langsung saja membuka pintu mobil dan duduk manis di dalamnya.

"Udah lama ya nunggunya? Maaf ya Kak Aldo." 

What?

"Slow aja kali, gue juga baru aja sampai." Ashila tersenyum singkat.

***

Aldo mengajak Ashila nonton ke bioskop. Merekapun membeli tiket nonton, Aldo sengaja memilih film bergenre romance.

"Bentar lagi, filmnya mulai ayo kita masuk!" Ajak Aldo, memegang tangan Ashila. Ashila hanya mengangguk menyatakan iya.

Di dalam studio belum banyak penonton lainnya jadi mereka bebas berjalan tanpa harus saling desak-desakan.

20 menit berlalu, bioskop sudah dipenuhi banyak penonton, film mulai diputar.

Setelah waktu menunjukkan jam enam mereka akhirnya selesai menonton. Usai menonton mereka menuju sebuah Restoran, untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.

"Shil, lo mau pesan apa?" tanya Aldo

"Terserah kak Aldo aja. " jawabnya Ashila sambil tersenyum manis, senyum yang mampu membuat Aldo meleleh.

Aldo memanggil seorang pramusaji dan memesan beberapa makanan dan jus.

"Shil, bisa gak lo panggil gue Aldo aja, gak usah pake 'kak' gue gak nyaman." tegas Aldo setelah pramusaji itu pergi.

"Iy–Iya kak eh maksudnya Aldo." ucapnya terbata-bata.

Tak lama pramusaji datang membawa makanan dan minuman yang mereka pesan.

Mereka mulai melahap makanan di hadapannya.

"Shil, hal apa yang paling lo suka di dunia ini?" tanya Aldo ditengah kesibukannya makan.

"Gue suka nulis cerita fiksi atau cerpen, itu waktu gue masih SMP sih. Tapi ada satu hal yang paling gue suka sekaligus gue harapin terjadi dalam hidup gue, dan gue bakal bahagia banget kalo itu sampai terjadi." Suara Ashila terdengar lirih pada akhir kalimatnya. Tanpa sadar ia sudah mencurahkan harapannya pada Aldo.

"Kalo boleh tau, hal apa yang begitu lo harapin?" tanya Aldo pelan, ia tampak ingin tahu maksud Ashila.

Ashila hanya tersenyum tipis dan mengatakan kalau itu bukan hal yang penting. Sepertinya Ashila belum bisa terbuka pada Aldo.

Aldo hanya mangut-mangut. Kemudian melanjutkan makannya.

Di pintu restoran seorang cowok, memasuki restoran dan duduk pada meja nomor lima pojok dekat jendela, kemudian seorang pramusaji mendatanginya.

"Mau pesan apa, mas?" tanya sang pramusaji restoran itu ramah seraya memberikan buku menu pada pria itu

"Hmm..." Pria itu melihat-lihat menu hingga akhirnya menutup buku itu dan berkata pada pramusaji itu.

"Saya pesan mujigae sama salmon teriyaki, minumnya green tea. Oke itu aja." tandasnya cepat.

Pramusaji itu mencatat menu yang di pesan oleh pria itu lalu pergi. Pria itu menunggu pesanannya tiba, dia mengedarkan pandangnya ke segala sisi restoran dan menangkap sosok  yang begitu dia kenal.

"Sama siapa dia disini?" Lebih tepatnya pertanyaan itu untuk dirinya sendiri, lalu harus pada siapa dia bertanya sedangkan ia hanya seorang diri.

Kemudian pramusaji datang
membawa pesanan pria itu.

"Makasih, mbak." ucap pria itu, lalu sang pramusaji berlalu pergi.

Kembali pada Ashila dan Aldo.

Merasa sedang diperhatikan, Ashila mengedarkan pandangannya keseluruh restoran yang lumayan sepi, dan tanpa sengaja mata Ashila melihat ke arah meja nomor lima yang ada dalam Restoran itu.

Kok bisa sih gue ketemu di hari yang sama, waktu yang sama dan tempat yang sama, pikir Ashila saat ia melihat pria itu.

Buat apa Garry ada di sini? Batin Ashila bertanya.

Pertanyaan yang bodoh gak sih? Jelas-jelas ini Restoran ya pasti buat makanlah, masa buat ngamen.

Ya, tenyata pria itu tak lain dan tak bukan adalah Garry.

Ashila menatap Garry. Garry yang merasa dirinya ditatap langsung memandang Ashila dan akhirnya mata mereka bertemu. Kemudian Ashila tersenyum ke arah Garry dan mendapat balasan yang acuh tak acuh dari Garry.

Aldo menatap Ashila yang melihat ke arah lain Aldo pun menengok ke arah yang sama dan mendapati Garry.

Tatapan keduanya bertemu, dan menyiratkan permusuhan.

Melihat Ashila bersama dengan Aldo kenapa ada sesuatu yang aneh, itu terjadi tepat di dadanya, seperti rasa ngilu dan teriris-iris. Rasanya sakit.

Kenapa Ashila bareng sama Aldo sih?

Kenapa gue harus ketemu mereka saat mereka lagi berduaan?

Argghh. Kenapa sama lo sih Gar?

Kenapa gue jadi kesal ngeliat mereka?

Ada apa sama lo Gar ?

Apa mungkin gue suka sama Ashila dan apa gue cemburu?

Kenapa lo mesti cemburu dan kesel. Ashila bukan siapa-siapa lo. Lo gak ada hak buat kesel apalagi marah?

Kenapa gue jadi gini?

Garry frustasi ia bahkan harus mati-matian melawan perdebatan antara hati dan pikirannya.

***

Bersambung...

Revisi, 8 Mei 2019

Only A Dream [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن