Part 32 - Orang ketiga?

22 8 19
                                    

__

Suara gresek-gresek mengganggu indera pendengaran Viola, membuatnya terbangun dari ruangan sederhana itu.

"Ah maaf kak, aku ngebangunin kakak yah?"

"Lo yang waktu itu..." Kalimat Viola menggantung, mengingat-ngingat.

"Iy-iya kak, sekali lagi aku minta maaf yah, kak." ucapnya penuh sesal, Viola tak menanggapinya.

Ia mencari handphonenya, setelah menemukannya, didapatinya banyak notifikasi dari sosial medianya.

Tersebar beberapa foto Garry dan dirinya yang dijemur di tengah lapangan, juga saat Garry menyampirkan baju di kepalanya, dengan caption yang berbeda-beda, ada yang biasa-biasa saja, ada pujian, bahkan hujatan juga sindiran. Dan semua itu untuknya.

Matanya membulat saat membaca sederetan kata hujatan.

"Apaan nih?!" hardik Viola, membuat gadis yang sedari tadi berdiri mematung, terpekik kaget.

"It's so crazy, sejak kapan gue ngerebut Garry dari Ashila?" katanya, tak menyadari keberadaan gadis itu di dekatnya.

"Kak Vio, kenapa?" tanya gadis itu.

"Bukan apa-apa." jawabnya tak acuh.

Gadis itu terdiam, lalu memberanikan diri untuk berbicara. "Perihal, yang lagi booming di sosmed itu, kak Vio gak tahu?"

"Apa yang harus gue tahu?"

"Satu sekolahan juga tahu kali kak, kalo kak Garry sama kak Shila itu udah pacaran lama." jelas gadis itu.

Jujur saja Viola kaget, karena yang ia tahu Garry dan Ashila adalah kakak beradik, namun bukan Viola namanya jika tak bisa bersandiwara.

"Terus, hubungannya sama gue apa? Gue gak pernah tuh ngerasa ngerebut Garry dari siapapun!" Banyak hal yang Viola harus ketahui tentang Garry dan Ashila, dan ini adalah kesempatan bagi Viola untuk mendapatkan informasi tentang mereka.

Gadis itu berpikir sebentar, lalu kembali berbicara, "kak Vio gak ngerti?" tanyanya, "aku mungkin gak tahu banyak, tapi aku bisa jelasin ke kak Vio." ujar gadis itu, ia menipiskan jarak diantaranya dan Viola. Ia memilih duduk di atas brankar tepat di samping Viola.

"SMA Pertiwi ini sekolah impian aku sejak dulu. Hari pertama aku masuk kesini tuh, udah jadi desas-desus tentang perfect couple di sekolah ini, ibaratnya mereka itu Queen and the King-nya SMA Pertiwi. Karena aku termasuk orang yang kepo akan banyak hal, aku mulai cari tahu tentang mereka, dan ternyata mereka itu ketua Osis dan wakilnya, kak Garry dan kak Ashila."

"Sepenting itu? Sampe semua orang harus tahu tentang hubungan mereka? Viralnya udah ngalahin artis aja." cibir Viola.

"Semenjak kehadiran kak Vio di sekolah ini, dan ngeliat kedekatan kak Vio sama kak Garry, anak-anak SMA Pertiwi beranggapan kalo kak Vio udah jadi orang ketiga diantara kak Garry dan kak Shila." Gadis itu lebih memilih melanjutkan kalimatnya daripada menanggapi Viola.

"Kurang kerjaan banget sih, mereka?!" gerutu Viola pelan.

Ceklek.

Seseorang membuka pintu UKS, membuat gadis mungil itu melompat turun dari kasur.

Hendak pergi namun tangannya dicekal oleh Viola, "nama lo siapa?"

"Tere." Katanya singkat, diakhiri senyum tipis lalu pergi.

***

Garry berjalan dari arah kantin menuju UKS, sembari menenteng sekantong nasi bungkus dan sebotol teh manis.

Dia membuka pintu UKS, dan mendengar gerutuan Viola, "kurang kerjaan banget sih mereka?"

Seorang gadis mungil, melompat turun dari brankar. Garry tahu gadis itu masih kelas sepuluh, terlihat dari garis balok satu di dasi abu-abunya.

"Nama lo siapa?"

"Tere..." Gadis itu, melangkah pergi, dari Viola.

Tere berjalan keluar dengan menunduk saat berlalu dengan Garry, meski beberapa detik sebelumnya ia sempat menatap segan terhadap Garry.

"Nih, makan." Garry menyodorkan kantong itu pada Viola.

Viola menatap datar kantong itu, lalu menatap Garry.

"Ayo, makan. Gue tahu lo laper, dan karena itu lo pingsan."

"Kenapa lo, care banget sama gue?" Garry terdiam. "Gara-gara lo, hidup gue jadi gak tenang di sekolah ini."

"Lah, kenapa gue yang lo salahin?"

"Tolol." umpatnya, Viola turun dari kasur dan pergi dari hadapan Garry.

"Kenapa cewek, susah banget yah ditebak?!" ujarnya bermonolog.

***

Viola keluar dari UKS, dan berjalan menjauh. Dalam setiap langkahnya ia bisa melihat hampir semua orang yang dilaluinya menatapnya dan berbisik-bisik, membuat Viola benar-benar risih.

Dia mempercepat langkahnya, tak tahan dengan sorotan merendahkan dari mereka semua. Setiba di kelasnya ia langsung menghempaskan bokongnya pada kursi miliknya. Lantas membuat Ashila terhenyak. Kelasnya cukup sepi, karena ini sudah jam istirahat kedua.

"Lo udah baikan, Vi?"

"Gue udah baikan." jawabnya acuh tak acuh.

"Vi, soal yang di sosmed, gu-"

"Gue lagi gak mood bahas itu, Shil." Viola memotong cepat ucapan Ashila.

Ashila menghela nafas panjang, benaknya menjadi tak karuan. Sebesar itukah pengaruh hubungannya dan Garry? Ashila merutuki semua yang terjadi akhir-akhir ini. Seseorang harus berakhir dengan masalah hanya karena ia pernah menjadi kekasih Garry, dan bodohnya lagi, belum banyak yang tahu berita putusnya hubungan mereka, hingga membuat orang-orang beranggapan Ashila dan Garry masih memiliki hubungan.

Ashila mengusap rambutnya kebelakang, membuat kepalanya sedikit mendongak.

"Tapi sejujurnya gue bingung, kenapa bisa mereka ngira gue ngerebut Garry dari lo? Bukannya kalian saudaraan, yah?!" Ashila langsung menatap ke arah Viola yang juga menatapnya.

"Ceritanya panjang, Vi. Karena gue udah nganggap lo sebagai teman, jadi gue bakal cerita semuanya, dan ngasih tahu lo sebuah rahasia. Tapi entar abis kita pulang sekolah, ajak Dinda juga."

"Gue gak ngerti, kenapa bisa ketemu kalian? Kenapa kehidupan gue tiba-tiba jadi drama kayak gini?!"

"Pertemuan selalu punya makna, lo bakal tahu apa maknanya setelah lo melalui banyak hal bersama seseorang. Tapi satu hal yang harus lo tau..."

"Apa?"

"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dari setiap pertemuan. Mungkin aja kesan pertamanya bakal beda, tapi kesan akhirnya bakalan jauh lebih beda lagi." Viola tak bisa menangkap maksud ucapan Ashila.

Viola menatap dengan datar, "makasih udah mau nganggap gue jadi teman." Viola tersenyum tipis, sangat tipis hingga Ashila bahkan takkan tahu bahwa ada senyum di wajah Viola.

Tet... tet... tet...

***

Bersambung...

Publish, 15 Juni 2019

Only A Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang