1 : 《Hayo! Sella Ketahuan!》

78 2 4
                                    

Hai. Ini cerita kesekianku, tapi ini cerita pertama yang bener-bener aku seriusin.

Selamat Membaca

***

"Calla?!"

Sang ibu tiri memanggil sang anak dengan nada 'sayangnya'. Saking sayangnya pingin Calla ketok pake sendal. Dosa Calla!! Dosa!!

"Iya tante?" Calla pura pura tak tau ada urusan apa sang ibu tiri memanggilnya.

"Sinilah... jangan jauh jauh. Ngapain main handphone di dapur. Mau masak handphone emang? Mending di sini sama tante sama Sella."

Ucapannya memang halus. Tapi enggak dengan wajahnya. Wajah dengan senyum dipaksakan yang malah membuat Calla ingin muntah. Bukan apa-apa, sekedar info ibu tiri-nya ini itu selalu bersikap baik dengannya di depan banyak orang. Jika hanya bertiga di rumah dengan Sella, anak kandungnya, dan Calla, anak tirinya, pasti Calla sudah disindir sindir dengan ia yang terlalu suka diem lah, tak punya banyak temanlah. Apapun ia jadikan sindiran. Tapi jika sudah begini, pasti ada maunya. Hmm.

Tapi apa boleh buat, Calla pun berpindah duduk di samping Lina, ibu tiri-nya, dan juga Sella, saudara tirinya itu.

Berpura pura polos menatap keduanya. Padahal dalam hati dongkol. Yah begitulah Calla.

"Iya tante??"

"Calla, minggu depan kan Sella ultah nih. Tolong siapin bikin rotinya dong! Yang banyak ya! Soalnya tamunya juga banyak."

Halah!! Dusta!! Bilang aja nggak mau rugi bandar. Calla memutar bola mata malas.

"Waduh!! Calla nggak bisa nih tan kayanya. Ada kerja kelompok berturut turut dalam seminggu ini tan."

Calla mengeluarkan alibinya. Yang pasti di jawab mereka dengan decakan sebal.

Pasti sindiran dan omelan akan dimulai.

"Kamu ini gimana sih Cal? Masa bikin gitu aja nggak bisa. "

Kalo 'gitu aja', kenapa nggak lo buat sendiri kampret!!

"Pas ultah kamu aja, Sella bawain kue tart juga kan? Masa nggak mau? Tiru tuh Sella! Jangan pelit pelit dong Cal!"

Lah pas ultah Calla aja nggak ada party. Otomatis nggak ngundang banyak tamu. Lagian kue tartnya juga dia beli bukan bikin. Ya nggak bisa dibandingin lah!!!

"Atau tante telpon papa kamu aja nih? Masa nggak mau bantu gitu aja!"

Raut muka tante Lina berubah. Mukanya memerah menahan kesal dan amarah. Calla yakin, jika bukan ada keinginan yang harus dipenuhi, Calla pasti sudah di kunci di dalam kamarnya sendiri. Dan baru akan di panggil jika waktu sarapan dan makan malam tiba. Sudah dipastikan jika sampai itu terjadi, Calla harus rela kehilangan makan siangnya dan juga harus bolos sekolah.

Tapi jika sudah menyangkut kata 'papa' Calla dipastikan akan menurut. Mau bagaimana lagi, hasutan dua medusa lebih ampuh dibanding satu bidadari. Dan Calla nggak mau kalau ayahnya sampe pilih kasih terhadapnya.

"Aishh!! Ok ok Calla bikinin. Jangan telpon papa tante!" Serunya pasrah.

Yah gimana ya, Calla bukan tipe cewek lemah yang penurut sebenarnya. Tapi jika menyangkut papanya apa boleh buat. Toh lelaki itu satu satu nya orang tuanya yang masih ada.

"Nah gitu dong dari tadi Cal! Sel cepat pesen gaun buat partynya!"

"Iya ma,"

Kadang, Calla rindu dengan ucapan manis sang mama, ibu kandungnya jika melihat adegan kedua cewek dihadapannya yang sering membuatnya naik pitam.

Tapi tak apa, ia sudah terbiasa dengan semua keadaan yang ada.

"Terus gaun Calla gimana tan?"

Niatnya hanya untuk mengetahui apa jawaban dari medusa tua satu ini. Karena sudah bisa dipastikan enggak ada gaun pesta baru untuknya.

"Pake gaun-gaun lamamu kan masih ada! Harus irit ini ya! Papamu cuma pegawai kantor biasa. Bukan bos!"

Dan itulah jawabannya. Tapi apa benar harus irit? Tante Lina saja sering menghambur hamburkan uang bersama Sella untuk kepentingan yang tidak perlu. Cih!! Dasar medusa!!

"Oh ya Cal! Jangan lupa undang pacarmu ya!" pesan Sella.

Calla hanya mengangguk saja.

.
.
.

Suasana rumah Calla saat ini ramai. Dengan tamu yang rata-rata teman-teman tante Lina, teman-teman papa, dan juga yang pasti teman-teman Sella.

Tak ada satupun temannya.

"Tante Lina!!"

Panggil Calla dari kejauhan. Hmm maksudnya dapur. Sedangkan yang lain menikmati party di halaman belakang rumah yang lebih luas dibanding halaman depan rumah.

Tante Lina pun segera mendekat.

"Apasih Cal? Jangan teriak teriak dong!"

Calla hanya mengangkat alisnya.

Lah kalau nggak teriak, gimana bisa denger, pinter. Maunya bilang kasar tapi nggak sopan, jadi dibalik aja lah. Jadi lawan katanya gitu. Paham kan. Hmm.

"Lah? Nih udah jadi tan, totalnya satu juta ya tan, capek banget ini!"

Ia Meregangkan kedua tangannya ke atas. Sedangkan tante Lina memelototkan matanya.

"Dih, ogah!!"

Lalu berlalu begitu saja.

Calla hanya memutar bola mata malas menatapnya. Lalu ia mengangkat bahu acuh dan kembali ke kamarnya. Ia mengganti baju dengan sebuah gaun simpel tanpa lengan yang panjangnya tepat di atas lutut dikit. Baju itu pemberian ayahnya saat ia berusia 15 tahun. Tepatnya 2 tahun yang lalu.

Iapun segera keluar dari kamarnya setelah memoles make up dikit di wajahnya. Tak lupa membawa sebuah handphone di tangan kanannya.

Entah kenapa ia malah menuju taman kecil di samping rumah, bukannya langsung ke taman belakang.

"Kamu kenapa sih masih aja betah gitu jadi pacarnya si Calla?"

Sayup sayup suara seseorang terdengar, bukannya menjauh ia malah mendekati taman karena mendengar seseorang menyebut namanya.

"Lah... emang kenapa? Cemburu gitu?"

Dari jarak pandang Calla, pacarnya dan Sella lah yang ada di sana.

"Ya iyalah. Udah 3 bulan kita pacaran diem diem. Tapi kamu sampe sekarang belum juga mutusin si Calla. Heran aku tuh sama kamu."

Sayup sayup suara tawa terdengar.

"Kasihan aja aku. Dia nggak ada temen gitu."

DEG!!

Bukan!! Bukan sakit hati ato patah hati layaknya novel novel drama picisan. Melainkan rasa kaget karena rasa yang dimiliki oleh sang pacar hanya sebatas rasa 'kasihan'.

Pacarnya selingkuh sudah selama 3 bulan. Padahal mereka berdua pacaran baru 4 bulan. Hello!! Kok bisa gitu ya?

Bukannya menangis. Ia malah membuka handphone dan memotret mereka berdua. Tepat saat mereka berdua bergandengan tangan dan saling menatap mesra. Bagi Calla, secara logika tak ada gunanya menangisi cowok macam begitu. Lagi pula ia juga tak cinta terhadap Vino, pacarnya itu.

Sesudah itu ia masuk ke dalam kamarnya dan tak mempedulikan mereka lagi.

***

Vote+Comment please.

BackStreet????Where stories live. Discover now