part 4

13.1K 935 42
                                    

"Enghh"

(Namakamu) melenguh. Matanya membuka secara perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil mata.

"Jam berapa ini?"

(Namakamu) meraba-raba meja nakas untuk meraih handphone nya.

"Telat" gumam nya

(Namakamu) mengabaikan banyak nya notif yang ada di layar benda pipih tersebut. Meletakkan kembali handphone nya di tempat semula.

Saat dirinya mencoba untuk bangun, ia meringis saat merasakan pusing dikepala dan sakit di bagian intim nya.

"Sshh"

(Namakamu) menggigit bibir bawah nya. Mencoba menetralkan rasa sakit yang ia rasa. Dengan sangat terpaksa dirinya kembali berbaring dengan mencengkram ujung selimut yang menutupi tubuh nya.

(Namakamu) memejamkan matanya saat ia mengingat perlakuan kasar Iqbaal pada dirinya. Tanpa mau memperdulikan tangisan dan rintihan yang keluar dari bibir (Namakamu), Iqbaal tetap saja melanjutkan aksi nya yang di selimuti amarah yang bergejolak.

Sudah tak terhitung bagi nya ketika Iqbaal bersikap kasar disaat ia harus melayani laki-laki itu. Sedangkan perlakuan Iqbaal yang sangat-sangat lembut hanya dapat di hitung dengan jari lentik nya saja.

Kadang terlintas di pikiran nya bahwa dia hanya tak sekedar pemuas nafsu bejat dari Iqbaal Dhiafakhri. Hanya sebagai tempat singgah bukan rumah untuk pulang.

Sudah berbagai cara pernah ia lakukan agar lari dan terlepas dari jeratan Iqbaal. Berkali-kali itu pula ia gagal. Siapa yang bisa terlepas dari seorang Iqbaal Dhiafakhri?

Pikiran nya melayang pada kejadian lalu yang menimpanya.

Iqbaal menyeret kasar tubuh (Namakamu) yang berada di dalam mobil untuk masuk ke dalam rumah.

"L-lepas Kak tangan aku s-sakit" pinta (Namakamu) dan dengan tega nya Iqbaal menyentak kasar hingga membuat tubuh lemah tak berdaya itu terhempas ke lantai

"Hiks Kak Iqbaal"

Iqbaal mengalihkan pandangannya ke arah lain tak ingin memandang wajah sedih milik (Namakamu) dengan rahang yang mengeras dan tangan yang mengepal erat.

"Kenapa kamu ada di bandara dan terjadwal kalau kamu akan pergi ke Toronto?" Tanya Iqbaal dingin

(Namakamu) menundukkan kepala nya tak berani untuk menjawab.

"KAMU MAU LARI DARI KAKAK? IYA HAH?!"

(Namakamu) menggeleng pelan. "Bu-bukan Kak hiks"

"Bohong!"

"Kakak tau gerak gerik kamu udah lama (Namakamu). Kakak nggak bodoh kayak kamu!"

(Namakamu) menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan. Usaha nya gagal.

"Berkali-kali kamu lakukan ini sama Kakak. Apa mau kamu (Namakamu)? Apa?! Apapun itu asal Kakak mohon jangan tinggalin Kakak" Iqbaal mengacak rambut nya frustasi

"A-aku nggak mau k-kayak gini lagi Kak hiks.. B-biarin aku b-buat pergi" ucap (Namakamu) tersedu-sedu

Iqbaal membalikkan badannya dan berjongkok di hadapan (Namakamu). "Jangan mimpi!"

Iqbaal menarik (Namakamu) untuk berdiri. Di tatap nya tubuh mungil (Namakamu) dari atas hingga bawah. Namun tatapan nya terpaku pada perut (Namakamu) yang di rasanya tampak berbeda.

Di cengkram nya lengan kanan (Namakamu) kuat. Membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Kak sshh"

I'm Not Bitch • IDRWhere stories live. Discover now