40 - HELL YEAH HE IS

1K 293 40
                                    

HAMPIR semua lorong di Ranzes Asylum diapit oleh kamar-kamar pasien, dari lantai satu ke lantai tiga, dari sayap kanan ke sayap kiri bangunan. Namun, hanya ada satu lorong di mana para penghuni kamarnya menjerit-jerit.

Dokter Cabrera mengajak Charles melewati lorong tersebut karena, yah, ruang kerjanya terletak di sana.

Sosok-sosok pasien yang berteriak itu dapat terlihat melalui jendela persegi di permukaan pintu. Jaket orang gila (serius, apa sih namanya? Charles masih belum tahu) yang terpasang di tubuh mereka dilengkapi oleh rantai, tiap ujungnya tertambat pada rangka tempat tidur sehingga mencegah para pasien turun dari ranjang.

Mereka terus berjalan. Charles kemudian menyadari ada sepasang pintu kaca ganda menanti di akhir lorong. Di baliknya, cahaya lampu memancar terang, memperlihatkan keberadaan koridor baru yang dilewati segelintir staf rumah sakit berbaju putih.

"Sayap tersembunyi?" terka Charles.

"Ya, khusus untuk menyimpan data-data pasien rahasia," sahut Dokter Cabrera. Lalu, dengan mata berkilat jahil, dia menambahkan, "Tenang saja, kau takkan mendengar jeritan apa-apa di sana. Sayap itu didesain kedap suara."

Syukurlah. Charles lega luar biasa. Pada satu momen di masa mendatang, teriakan-teriakan tersebut niscaya mampir ke mimpi terburuknya.

Sayap tersembunyi yang dimaksud Dokter Cabrera memiliki pemindai lensa mata dan sidik jari tepat di sebelah pintu kaca ganda. Charles menyentuh pintu kaca, serta-merta mengetahui ketebalannya yang didesain demi memperkuat keamanan. Kaca yang sama biasanya juga terdapat di sayap-sayap penting markas kepolisian, semisal sayap di mana mereka menyimpan berkas-berkas penting, atau tempat para kriminal ditahan sementara.

Seberapa bahaya pasien-pasien ini? Charles dibuat bertanya-tanya karenanya. Namun, meninjau dari keberadaan Connor, barangkali dia sudah mempunyai gambaran.

Dokter Cabrera selesai melaksanakan prosedur keamanan. Pintu kaca ganda lantas terbuka dan masuklah dia ke dalam lorong baru yang lebih terang dan hidup, diikuti Charles di belakangnya. Mereka berbelok ke kanan, berjalan lurus di sepanjang koridor lengang, diam yang menyeruak di udara sesekali diinterupsi oleh suara obrolan yang kedengaran jauh sekaligus samar-samar. Ketiadaan sosok-sosok yang mengobrol itu memancing sekelebat perasaan ngeri di hati Charles, hampir lebih mengerikan dibanding pekikan para pasien.

Setelah semenit berjalan dalam keheningan, Dokter Cabrera akhirnya mengambil satu kali belokan lagi yang mengantar mereka ke sebuah koridor pendek. Dinding di ujung koridor memuat sebuah jendela bertirai putih tipis. Hanya ada satu pintu ruangan di koridor itu, tepat di sebelah kanan. Ruang kerja Dokter Cabrera.

"Silakan masuk, Letnan," ucap Dokter Cabrera tanpa menoleh, membuka pintu dan kembali menutupnya usai Charles melangkah masuk.

Secara garis besar, ruang kerja Dokter Cabrera tidak jauh berbeda dengan kebanyakan ruang kerja pada umumnya; terdapat satu set meja dan kursi, tumpukan kertas serta laptop, dan lain-lain. Apa yang membedakan ialah dia memiliki lebih banyak lemari daripada yang dibutuhkan seseorang. Kesemuanya berbahan dasar besi dan terletak di sudut-sudut.

Charles baru duduk selepas Dokter Cabrera menyuruhnya. "Hei, tidak usah sungkan begitu," kata sang dokter seraya memutar bola mata. "Aku bukan nenekmu."

"Tentu." Charles mengangkat bahu, enggan mengakui bahwa sesungguhnya dia sudah lama menganggap Dokter Cabrera sebagai bibinya sendiri.

Ketika Dokter Cabrera akhirnya menempatkan diri di hadapan Charles, atmosfer ringan barusan mendadak lenyap, digantikan oleh sebentuk keseriusan yang disalurkan melalui tatapan menusuk Dokter Cabrera.

heart of terrorWhere stories live. Discover now