13 - another bonding time ft. grocery shopping

1.8K 355 316
                                    

REGU Kamar Mandi Venom dibagi menjadi tiga kelompok yang masing-masing berisi tiga anggota secara acak; selalu berubah tiap kali kamar mandi hendak digunakan bersama. Intinya, siapa cepat dia dapat. Regu pertama akan menempati kamar mandi bawah, yang kedua akan menempati kamar mandi lantai dua, sedangkan regu ketiga mendapat bagian menunggu dan bebas memakai kamar mandi mana saja yang pertama kali selesai dipakai.

Dengan mansion berpenghuni sembilan orang, serta kamar mandi yang cuma berjumlah dua, peraturan berkelompok ini telah disepakati sejak lama. Materai berbingkai berisi sembilan tanda tangan dipajang di dinding ruang tamu sebagai bukti otentik.

Regu pertama dan kedua memiliki hak istimewa untuk tidak keluar kamar mandi sampai semua anggota telah selesai bersih-bersih.

Tentu saja, hal itu cukup sering menimbulkan kontra apabila menyangkut regu ketiga. Persis seperti yang terjadi malam ini sepulang Venom dari misi pengeboman di Midnight Street, Geldorie.

"PIPIS!" Gedoran beruntun di pintu kamar mandi mengiringi seruan malang Alpha. "Tolong, siapa pun, aku tidak tahan!"

Max yang tengah bersila di atas toilet duduk menyahut, "Belum selesai!" Pandangannya tak lepas dari layar ponsel.

"Di wastafel saja," sambung Bellezza si penyanyi kamar mandi, masih asyik keramas di pancuran shower sembari bersenandung.

Anggota ketiga mereka, Andromeda, jatuh tertidur di dalam bathub. Busa menutupi sekujur tubuhnya kecuali bagian leher ke atas dan sebelah tangan yang terjulur ke luar. Baik Max maupun Bellezza tak tega membangunkannya.

"Kumohon! Aku tidak mau kena kencing batu!"

"Kamar mandi lantai dua bagaimana?" sahut Max lagi. "Aku yakin Lucille sudah selesai berendam. Ray dan Jasper juga mandi secepat capung."

Alpha benar-benar ingin mencekik Max, kalau saja kedua tangannya tidak sibuk menahan area selangkangannya. "Aku tidak bisa berjalan lebih dari selangkah tanpa mengompol di celana!"

Tak tahu harus merespons apa, Max melempar pandangan ke arah Bellezza dari balik kaca di bilik pancuran. Yang dipandang beralih melirik Andromeda. Masih pulas.

Bellezza berdeham pelan. "Alpha, bisa tunggu sampai Andromeda bangun?"

"Apa maksudmu bangun?! Andromeda tidur dan kau tidak membiarkanku masuk?!" Teriakan Alpha kian menjadi-jadi. "Demi bom yang sedang kubuat, Bellezza, aku—"

Pintu terbuka. Max muncul di hadapan Alpha, cengiran lebar tersungging menyebalkan di wajah bertabur freckles-nya. Alpha tak buang waktu untuk segera menghambur masuk ke kamar mandi. Tutup toilet dibuka cepat, antara sengaja dan tidak sengaja membuat ponsel Max yang tergeletak di sana terbanting ke lantai.

"Hei!" seru Max.

"Diam." Alpha mendesah lega selagi kantong kemihnya berangsur kosong. "Atau aku akan mengencingi ponselmu," ancamnya.

Tawa Bellezza menyambut dari dalam bilik bersamaan dengan berhentinya suara pancuran shower. Ketika gadis itu ke luar, mengambil handuk, dan mengeringkan tubuh, kondisinya adalah yang paling segar ketimbang Max dan Andromeda. Layaknya, yah, orang habis mandi pada umumnya.

"Ayo pergi, ini giliran regu ketiga." Bellezza menggiring Max menuju pintu kamar mandi. Kemudian, menambahkan agak kencang, "Andromeda, bangun!"

Saat tak mendapatkan reaksi, ia melempar sikat gigi ke pucuk kepala gadis itu. Kencang. Max teringat spike pemain voli andal, bedanya Bellezza menggunakan peralatan kamar mandi.

Bukan rasa sakit yang menyadarkan sang Putri Tidur Andromeda. Namun, ketika mencoba pindah posisi, kepalanya tercebur ke dalam air dan gadis itu sontak bangun sambil batuk-batuk. "Hell, sudah berapa lama aku tidur?" Ia mengusap wajah, matanya memicing begitu melihat keberadaan Alpha. "Darurat kantong kemih?"

heart of terrorWhere stories live. Discover now