19 - district vioren aka the WEAKEST district asking for help?! *fake gasp*

1.6K 313 125
                                    

"SEBETULNYA, pembumihangusan tempat beribadah bukanlah kejahatan baru. Aku sudah meriset informasi yang diperlukan dan memperoleh kira-kira delapan kasus serupa di empat negara berbeda, tidak termasuk Arterierrn. Di lain pihak, Kepala Suku Arigin sendiri belum mau buka suara, tetapi ia tidak menolak saluran dana bantuan yang kami kirim sejak kemarin."

Chief Preston manggut-manggut mendengar pemaparan laporan Charles. "Sudah coba menghubungi mereka lagi?"

"Petugas Venna mengambil alih di TKP. Ia bilang Tuan Raja Notrendu enggan diajak bertemu." Hidup di era modern, menyebut 'raja' sebagai gelar resmi seseorang terasa janggal di lidah Charles.

"Ah, sayang sekali," gumam Chief Preston sambil mengusap-usap rambut halus putih yang tumbuh di sekitar rahangnya. "Baiklah, kalau begitu laporan selesai. Kau boleh pergi, Letnan."

Charles tak kuasa membalas tatapan pamannya karena khawatir emosinya akan terlalu banyak terekspos. Lelaki tiga puluh tahun itu menelan ludah guna membasahi tenggorokannya yang kering.

"Ya, saya permisi." Sang letnan menjawab pelan lantas segera berbalik, meninggalkan sang chief di ruang kerjanya yang besar dan suram.

Duka menaungi kepala Charles selama ia berjalan melintasi koridor menuju ruang kerjanya sendiri, ekspresi sengaja dikeraskan. Tidak ada yang berani menyapanya pagi itu.

Pagi buta, kira-kira pukul empat kurang sembilan belas, Charles dibangunkan oleh fitur nada dering darurat pada ponselnya, terhubung langsung ke kantor kepolisian. Bukan cara bangun baru bagi Charles, kepanikannya juga familiar. Masalahnya terletak pada kasus yang menyebabkan panggilan darurat tersebut.

Rasanya seperti mimpi sekaligus déjà vu. Sungguh menyakitkan begitu menyadari bahwa Charles sedang berada dalam realita, yang mana berarti pengeboman Louveena adalah kasus yang benar ada. Nyata. Persis seperti pengeboman di Petrova, Vioren, Aguare, Geldorie, Astro, dan segelintir yang lain di tahun lalu, yang jumlahnya tidak sebanyak sekarang, waktunya tidak sesering sekarang.

Tersisa empat distrik lagi: Metalyon, Calyxtian, Hydra, dan Vioren (Charles meringis membayangkan kemungkinan Vioren bakal dibom lagi seandainya mereka setuju untuk ambil bagian dalam rencananya).

Kepolisian harus segera menyusun rencana, Charles tahu itu, dan dia telah memutar otak sepagian ini untuk mencari inspirasi. Toh mereka bukannya sedang berleha-leha. Syarat utama untuk memperbaiki hubungan antardistrik adalah dengan memberi pengertian kepada satu sama lain. Namun, tidak semudah itu menerapkannya karena pada dasarnya, masing-masing distrik memiliki masa lalu dan orang-orangnya sendiri.

Contoh kecil: Aguare dan Louveena. Surat perjanjian damai mereka masih diproses, kedua pemimpin distrik baru dijadwalkan bertemu besok jika tidak ada halangan.

Media, di sisi lain, telah menyebarluaskan rencana kerja sama antardistrik ke sepenjuru Arterierrn, semua bermula dari pembacaan surat Chief Ferrano yang ditayangkan di acara berita Petrova dan Aguare. Hal itu tentu saja menuai pro-kontra. Kampanye kemanusiaan membanjiri jalan, beberapa menyangkutpautkan agama. Bahkan orang-orang politik ikut berkomentar. Presiden yang selama ini hanya menjadi wajah formalitas seorang pemimpin negara, sebab setiap distrik hanya mematuhi apa kata Kepala Distrik mereka, mulai menyuarakan dukungan. Banyak peristiwa dan perubahan sosial berlangsung di sekelilingnya, Charles tidak terlalu memperhatikan di tengah kesibukan yang melanda.

Sang letnan tinggal satu belokan lagi menuju ruangannya. Ia terus berjalan, tenggelam dalam beban pikiran, hampir tidak mendengar panggilan seseorang di balik bahunya. Pada panggilan ketiga, barulah Charles menoleh.

"Lain kali korek kupingmu sebelum berangkat kerja." Wajah deputi kepala polisi tampak gemas, kumis tebalnya yang hitam melengkung dan, anehnya, kusut jelas sekali lupa disisir sebagaimana biasa. "Kemari, Letnan Kale! Aku perlu bicara."

heart of terrorWhere stories live. Discover now