14 - fuck queen, long live bellezza

1.8K 333 136
                                    

SATU hal yang Connor kagumi tentang para petugas Kepolisian Distrik Astro adalah mereka punya selera berbusana yang bagus. Hal lainnya, mereka berani bergerak cepat dan mengambil risiko tepat setelah surat kerja sama resmi ditandatangani.

"Pastikan semua jalur masuk ke Distrik Astro ditutup mulai esok pagi. Kita akan memperketat pengawasan sampai mendapat tambahan pasukan baru." Kepala Polisi Distrik Astro, Chief Khali Strode yang modis, berucap bak tanpa pikir panjang kemarin siang. Pangkat lencananya berkilat-kilat di bawah sorotan terang lampu, menambah kesan elegan pada seragam merah marunnya.

"Bukan bermaksud menentang, Chief," ujar Sersan Rendall. "Tapi saya takut jika pemindahan pasukan polisi baru ke Distrik Astro berlangsung sedikit lebih lama."

Charles menepuk lutut Sersan Rendall di bawah meja. "Saya usahakan akan mendatangkan pasukan selambat-lambatnya lusa. Termasuk lima perwakilan polisi dari Astro, sudah ada dua puluh anggota di Skuadron Emas."

Mengerjap sekali, dua kali. Charles dan Sersan Rendall berdeham berbarengan sementara Connor mati-matian menyembunyikan tawanya di balik punggung tangan. Skuadron Emas. Oh, julukan pasukan elit itu seharusnya masih mengendap di pikiran egois Charles.

"Maksudku pasukan elit dalam rencana." Sang letnan melempar pelototan garang kepada adiknya. "Dari Petrova, Aguare, Geldorie, dan sekarang Astro." Ia menghela napas, senyum perlahan terbentuk di bibirnya. "Terima kasih banyak atas persetujuanmu, Chief. Semoga ke depannya penggarapan ini bisa berjalan lancar."

Chief Khali menyambut uluran tangan Charles, menjabatnya erat-erat. "Terima kasih kembali Letnan. Keputusan berani untuk menyingkirkan egomu terlebih dulu kemudian mencoba menyingkirkan ego distrik-distrik lain."

Saat itu, Connor bertopang dagu memperhatikan bagaimana atmosfer di antara kedua belah pihak terasa damai dan menenangkan, jika tidak sedikit canggung. Yah, tak saling berkomunikasi dalam jangka waktu yang lama bukanlah suatu fakta yang mudah dilupakan. Terlepas dari itu, masalah utama yang niscaya menghadang mereka bukanlah soal komunikasi, melainkan salah satu lokasi di Distrik Astro yang mana akan menjadi target Venom berikutnya.

Kini ketika Connor memikirkan tentang pertemuan tadi lagi, sendirian di kamarnya pagi-pagi buta, ia merasa tertantang. Kewaspadaan Chief Khali patut dianggap sebagai ancaman potensial bagi dirinya dan anak-anak ayamnya. Mereka tak boleh membuat pengecualian barang cuma satu distrik. Lagi pula, Astro bukan distrik sebesar Petrova atau seketat Aguare. Kepolisian mereka juga rata-rata—itulah alasan mengapa Chief Khali meminta Charles mengirim bantuan berupa pasukan untuknya.

Connor berguling ke arah meja lampu, mengambil ponsel lalu lekas mencari nama di kontak nama yang berawalan huruf E. Awas saja kalau kau sudah tidur, batinnya sebelum mengirim dua puluh pesan berisi P beruntun. Jawaban datang secepat harapan.

Sementara itu di lain tempat, Lucille baru saja selesai mengusir kedelapan kawannya yang ketiduran di meja makan sehabis makan malam supertelat mereka ketika nada dering ponselnya memanggil-manggil. Ia menatap curiga nomor asing yang tertera di sana, menerka-nerka siapa kenalannya yang gemar gonta-ganti nomor demi alasan-alasan tertentu.

Ah, dia kenal satu orang.

"Lucille, syukurlah! Andromeda tidak mengangkat teleponku."

"Ini pukul dua pagi." Lucille berharap putaran bola mata dalam dua warna bisa tersampaikan melalui suara. "Ada apa?"

"Connor menyuruhku memberi tahu detail misi selanjutnya kepada kalian."

Lucille mengernyit. Ponselnya dikepit di antara bahu dan telinga selagi kedua tangannya sibuk mencuci peralatan makan di wastafel. "Uh, kami biasa menyusun rencana sendiri. Kenapa dia tidak langsung menghubungiku?"

heart of terrorWhere stories live. Discover now