15 - death dresscode

1.6K 346 80
                                    

MATA-mata dituntut supaya mampu menguasai beragam teknik penyamaran, salah satu yang tersulit adalah memalsukan wajah sedemikian rupa hingga orang tak perlu repot-repot mencurigai saking terlihat aslinya.

Bellezza mempelajari teknik satu itu dari Eloise Thorne, sebagaimana ia juga mempelajari teknik-teknik lain dari dirinya. Eloise adalah seorang mata-mata profesional, agen Connor yang diutus menyelamatkan Bellezza sewaktu terlibat masalah di Distrik Aguare sekaligus menjadi mentornya selama setahun. Pelatihan mata-mata intens, Bellezza mengingat sambil bergidik ngeri. Eloise tidak main-main soal aksi, meski ia tahu apa yang baru menimpa Bellezza sampai harus 'diambil' Connor.

Intinya, yah, terjadi sebuah kecelakaan di pertandingan bela diri. Cukup fatal. Connor terpaksa memboyong Bellezza, patah kaki dan menangisi bayangan cacat seumur hidup, ke salah satu di antara tiga negara yang mengisi Benua Beku, yakni Negara Rheondus, agar mendapat perawatan medis terbaik dan paling tinggi persen kesembuhannya.

Kini tiga tahun terlewati, Bellezza belum berkesempatan menemui gurunya secara langsung lagi, dan ia betul-betul merindukan nilai-nilai kedisiplinan seorang mata-mata yang telah ditanamkan Eloise kepadanya sejak awal perjumpaan.

Benar, sejak awal perjumpaan. Pertama kali mereka bertemu, ketika Bellezza patah kaki dan kesakitan dan kalah, sendirian, tak bisa melenyapkan rasa kecewa melihat betapa banyak keprihatinan ditumpahkan ke penderitaannya, kekalahannya yang paling telak. "Bahkan dalam keadaan seperti ini kau berhasil menarik perhatian Connor," demikian Eloise berkata. "Bayangkan apa yang terjadi selepas kau sembuh nanti, bertambah mahir melebihi lawanmu; melebihi dirimu hari ini."

Maka Bellezza tak mempunyai pilihan lain. Berpisah dari keluarga yang penuh tuntutan, beralih dari dunia pertarungan resmi yang selama ini selalu menuai sejarah di antara luka lebamnya, menuju dunia kekerasan baru. Kekerasan sesungguhnya, tempat di mana kekalahan berarti mati dan wasit ditentukan oleh harga diri.

Sekarang, bangkit bersama Venom, ia nyaris tak terkalahkan.

Sebesar itulah pengaruh Eloise terhadap perkembangan Bellezza.

Bellezza selesai menatap masa lalunya empat tahun ke belakang melalui cermin di ruang ganti. Ia mendesah, menahan dorongan untuk menggaruk dagu aslinya yang tersembunyi di balik dagu palsu tiruan Stevani Addine. Lama kelamaan gatal juga. Oh, betapa Bellezza akrab dengan ketidaknyamanan ini.

Tak hanya dagu, nasib serupa pun ikut menimpa kulit kepalanya yang mendekam di balik wig pirang bergelombang supertebal ala sang desainer. Bellezza makin gerah membayangkan apabila rambutnya lebih tebal atau panjang sedikit saja. Mungkin itulah alasan mengapa mata-mata seperti dirinya, Andromeda, bahkan Eloise dikaruniai rambut tipis.

Beralih ke sisi para bodyguard. Terakhir kali Bellezza melihat Max di bus menuju Astro, si spesialis kabur-kaburan tampak terganggu karena harus meluruskan rambut pirang ikalnya demi totalitas penyamaran. Untunglah tambahan kacamata hitam sukses memperbaiki mood-nya. Alpha sendiri tak jauh berbeda, ia sempat menolak dipakaikan wig seolah tidak sadar betapa highlight biru pada rambutnya bakal menarik perhatian. Untuk sentuhan akhir, wajah keduanya ditempel kumis-jenggot-jambang lebat.

Hal-hal di luar penampilan berjalan cukup lancar hingga sekarang.

Max tengah berjaga sendiri di depan pintu ruang ganti usai ditinggalkan Alpha yang pergi memindai seisi gedung; mencari sudut terbaik untuk meletakkan dinamit-dinamit kecil sedangkan dinamit besarnya dipegang oleh Bellezza, diikat di betis dan tersembunyi di balik gaun putih panjang nan mekar. Soal seragam pesanan Alpha, mereka baru diizinkan mengambilnya usai misi dinyatakan berhasil. Ada barang bagus buat Bellezza—tampang Alpha sangat meyakinkan saat menjanjikannya—sebuah senjata, bisa dipakai langsung dalam misi selanjutnya.

heart of terrorWhere stories live. Discover now