3 - just another normal day for bunch of terrorist

4K 618 201
                                    

MENGEBOM di distrik-distrik besar macam Petrova memang menjadi kesenangan sendiri bagi tiap anggota Venom. Misalnya Lucille yang jadi punya kesempatan untuk meretas CCTV kampus bergengsi dan mengintip kegiatan para mahasiswa di sana, Ray yang bisa mencari sekaligus mencuri komik-komik edisi terbatas yang hanya tersedia di pusat kota, atau Max yang selalu terlambat pulang ke hotel karena terlalu asyik menjelajahi jalan-jalan kota dengan mobilnya.

Sebagai ibukota Arterierrn, segala peristiwa yang terjadi di Distrik Petrova tentunya juga akan menjadi pusat perhatian. Nama Venom dijamin melambung tinggi jika mereka berhasil mengganggu kawasan itu tanpa tertangkap—dan sejak kapan Venom bisa tertangkap? Betapa sebuah pengalaman yang menyenangkan. Sayang mereka sudah harus pulang maksimal sehari setelah pengeboman berlangsung.

"Haruskah kita selalu pulang tepat waktu?" keluh Alpha sambil bersandar malas di atas sofa. Di sampingnya, Max tertidur pulas dengan posisi terbalik—kepala di lantai dan kaki di sofa, tetapi Alpha tidak berniat repot-repot untuk membangunkannya.

"Target berikutnya sudah harus dipersiapkan. Tentu saja kita harus pulang sekarang," sahut Jasper datar, masih sibuk dengan kegiatannya mengotak-atik laptop sejak sebelum Alpha jatuh tertidur kira-kira sejam lalu. Buat ukuran seseorang yang bersih sama sekali dari insomnia, upaya Jasper agar tetap terjaga semalam suntuk patut diberi penghargaan.

Penasaran, Alpha melompat bangkit dari duduk lalu menghampiri Jasper di mejanya. "Apa yang kau lakukan?"

"Mengembalikan sistem CCTV seperti semula." Hidung Jasper mengernyit selagi tubuhnya dijauhkan sedikit dari jangkauan Alpha. "Kau bau bensin. Jangan dekat-dekat, lebih baik keluar saja sana."

"Oh, yeah. Kau pengertian sekali." Maka keluarlah Alpha dari kamar mereka.

Koridor tampak sepi. Suara percikan air dan tawa anak-anak adalah satu-satunya suara yang ia dengar dari ujung koridor yang tak lain merupakan area kolam renang. Alpha mengangkat kedua alisnya, tertarik. Namun, ia tidak mau berenang sendiri. Coba lihat siapa saja yang bisa diajaknya: Jasper? Tidak. Selain sibuk, ketidaktahanan indra penciumannya terhadap bau bensin membuat Alpha, selaku manusia sumber bensin, sedikit tersinggung.

Ray, Valor, atau Atlas? Ah, mereka sibuk. Bedanya, urusan mereka sama dengan Max; pura-pura mati alias tidur. Lagi pula, Alpha ragu bisa membangunkan ketiga orang itu hanya dengan mengetuk pintu kamar mereka sambil berteriak-teriak. Ia butuh granat. Lebih bagus lagi bom waktu—yang entah bagaimana caranya harus bisa sukses membangunkan mereka tanpa risiko kehilangan nyawa bagi kedua belah pihak (meski sesungguhnya, risiko dibunuh Valor secara langsung jauh lebih besar).

Lalu bagaimana dengan ketiga rekan perempuannya; Bellezza, Andromeda, dan Lucille? Sayangnya, Lucille benci berenang, Bellezza pasti lebih memilih work out mandiri di kamarnya, dan Andromeda ... yah, Alpha sudah pernah dengar soal Departemen 'Malas Basa-Basi' dan Perusahaan 'Tolong Diam Sampai Aku Peduli'.

Lama menimbang, akhirnya Alpha memutuskan untuk pergi ke restoran. Hotel ini menyediakan sarapan gratis sebanyak apa pun! Bisa-bisanya Alpha melupakan fasilitas penting itu. Baiklah, sebenarnya sarapan ini gratis buat dua orang perkamar. Tetapi apa boleh buat? Jasper dan Max sepertinya tidak akan minggat dari tempat masing-masing dalam waktu yang cukup lama. Lebih baik ia memakai tiket ini sendirian.

Suasana di restoran hotel tidak terlalu ramai mengingat sekarang masih bulan-bulan sibuk. Mayoritas pengunjung hotel yang sering Alpha temui adalah orang-orang berdompet tebal dengan banyak perhiasan mewah menggelayuti tubuh; mangsa favorit Valor dan Ray. Benar-benar tipikal warga Distrik Petrova, tidak pantas jika dibandingkan dengan kota tempat Venom tinggal, yakni Distrik Vioren. Selain mobil, televisi jadul, dan ponsel kuno, tidak ada lagi alat-alat modern yang jauh lebih canggih dari itu. Bisa dibayangkan betapa tradisionalnya mereka.

heart of terrorWhere stories live. Discover now