s e v e n t h

9.9K 1.6K 284
                                    

Kelas sedang berlangsung. Guru matematika sedang menerangkan pelajaran di kelas.

Soobin memainkan sarasanya yang pernah diilangin Beomgyu, karena Beomgyu tim kokoro. Kadang faster, sometimes pilot.

Beomgyu yang ngeliat Soobin kayak orang gabut itu nyeletuk, "udah pinter ya, gausah belajar lagi,"

Soobin menoleh, kemudian menepuk bahu Beomgyu, "kayak emak gue lo ah," lalu tertawa pelan.

"Soobin!" tukas guru matematika yang ngeliat Soobin ngobrol sama Beomgyu. Guru matematikanya itu emang awas banget sama Soobin, karena dia langganan papan tulis kelas.

Yeonjun di tempatnya tersenyum miring, alhamdulillah di dalam hati.

Soobin kaget, "kenapa, Bu? saya suruh kerjain soal?"

"Kata guru biologi, kemarin kamu berantem sampe luka-luka di wajah, sama siapa?"

Yeonjun yang awalnya alhamdulillah jadi astagfirullah. Kirain mau diomelin kan.

Awalnya Soobin menoleh ke Yeonjun, tapi Yeonjun ngangkat kedua bahunya. Terus dia noleh ke Beomgyu tapi doi malah geleng-geleng kepala, "sama Yeonjun, Bu," tukas Soobin bodo amat. Lagian kalo Soobin berantem tuh pasti sama Yeonjun, masa sama Yeontan. Walaupun sama-sama anjing buat dirinya.

Bu Saeyoon—guru matematika Soobin—sekarang menoleh ke Yeonjun, mengerutkan kedua alisnya, bingung, "sejak kapan kelas kamu disini?"

"Kemarin, Bu,"

Sudah dibilang, Yeonjun itu anak kelas F. Otomatis guru-guru di sekolah pada terkejut. Termasuk guru matematikanya. Dan sekali lagi, Soobin itu anak emas, yang berantem mereka berdua yang dimarahin cuma Yeonjun.

Bu Saeyoon berjalan menuju tempat Yeonjun, masih mengerutkan kedua alisnya, ditambah dengan menggenggam sebuah mistar.

"Satu tambah satu, berapa?"

"Sebelas, Bu."

Bu Saeyoon mengangkat mistar yang digenggamnya, siap memukul tangan kanan Yeonjun yang bebas di atas meja.

Dengan cepat Yeonjun menangkis, "saya jawab menurut sudut pandang saya, Bu. Bukan tergantung keinginan ibu. Saya pernah baca, sudut pandang orang itu beda-beda, kalo ibu merasa benar, orang yang ibu salahkan juga tidak salah,"

———

Soobin menyambar sekotak susu almond dari tasnya, melihat jam tangannya yang sekarang sudah pukul tiga sore. Lalu merebahkan tubuhnya di atas aspal atap sekolah.

Yeonjun telat lima belas menit.

"Janjinya kemarin pulang sekolah, tuh bocah kemana sih," monolog Soobin sembari minum sambil rebahan.

Soobin sudah siap.

Sudah siap untuk menang, tentunya. Untuk kata-kata Yeonjun, tentang tulang patah atau luka jahit Soobin hanya membuangnya jauh-jauh. Walaupun bisa jadinya.

Mungkin dirinya memang pernah kalah satu dari Yeonjun, tapi bukan berarti kalah sepenuhnya. Karena kalau kita jatuh, kita harus bangun, pikir Soobin.

"Nih bocah telat lima menit lagi, gue tinggal bodo amat," ujar Soobin selesai meneguk susu almondnya habis, lalu melempar kotaknya ke tempat sampah, dan meraih ponselnya dalam saku.

Soobin stalking akun kakaknya, yang tiga menit lalu mengupload foto dirinya dengan Taehyung, ternyata kakaknya benar-benar sudah baikan dengan Choi—brengsek—Taehyung itu.

"Gila kak. Lo bener-bener buc—"

Bugh!

"Ah sialan!"

Soobin merutuki nama Yeonjun dalam hati. Siapa lagi kalau bukan Yeonjun yang tiba-tiba melemparkan tas berisi setumpuk buku—yang amat berat itu—tepat mengenai kepalanya.

Soobin meraih tas Yeonjun, lalu melemparkannya kembali ke tubuh si empunya. Yeonjun hari ini menggunakan masker, tumben sekali.

Yang dilemparkan tas hanya kurang keseimbangan, lalu meraih tasnya dan duduk di seberang Soobin yang sedang rebahan.

"Lo telat delapan belas menit empat puluh detik," ujar Soobin sembari melihat jam di pergelangan tangan kanannya.

Yeonjun terdiam, tidak merespon.

Hening, selama lima menit. Hanya ada suara burung yang melintas dan siswa yang belum pulang dari sekolah.

"Dihukum Bu Saeyoon," tiga kata pertama oleh Yeonjun.

Soobin mendongak, sedikit terkejut, "cuma dihukum doang sampe banjir keringet?"

"Nyapu halaman sekolah sambil hormat,"

"Gitu doang," tukas Soobin lalu bangkit dari tidurnya, sempurna duduk sambil menyandarkan diri di tembok.

"Salahin mataharinya jangan salahin gue," ucap Yeonjun, entah hanya perasaan Soobin saja, tapi suara Yeonjun terasa bergetar.

"Emang lo nya aja," tukas Soobin menyalahkan Yeonjun, lagi. Sedikit bingung karena sudah beberapa menit mereka bertemu tetapi belum ada adu tinju sama sekali. Adu bacot saja hanya Soobin yang mulai.

Terdengar Yeonjun menghela napas panjang, lalu menghembuskannya pelan, "guenya kenapa?"

Yeonjun mendongak menatap Soobin tepat di kedua bola matanya, Soobin hanya menatap balik dirinya, lalu memalingkan wajahnya, "lemah, banget, sangat,"

Yeonjun merunduk, menatap kedua kakinya yang diselonjorkan, "iya, tau, lemah sekali,"

Dan detik itu juga Yeonjun pingsan di hadapan si Musuh.

***

Double gaaak?
Malming nih, wkwk.



Enemy [✓]Where stories live. Discover now