t w e n t i e t h

7.9K 1.2K 317
                                    

Hari ini Minggu.

Soobin naik delman istimewa dan duduk di muka.

Ehm, enggak.

Jungkook membuka pintu kamar Soobin, mendapati adiknya sedang bermain ponsel di atas kasur, "gue mau pergi sama temen kampus, rumah kosong,"

Yang diajak ngobrol mendongak, mengalihkan fokusnya dari handphone, "pulang jam berapa kak?"

Jungkook melihat ponselnya, "sejam dari sekarang? jam lima mungkin? cuma di kafe seberang soalnya,"

Soobin mengangguk, "tapi gue juga mau ke starbucks kak, sekalian ngerjain tugas, mungkin gue bisa pulang jam enaman,"

"Yaudah kunci taro di tempat biasa aja,"

Soobin menggeleng, "eh jangan. Tetangga sebelah tau kalo kunci ditaro di bawah keset,"

"Terus mau dimana?"

Soobin berpikir, lalu menjentikan jarinya, "ventilasi aja,"

"Guenya gak nyampe, adek sialan,"

Jungkook tersenyum kesal, lalu memutar kedua bola matanya. Yang lebih muda hanya tertawa kecil. Tapi kok bisa sih adik lebih tinggi dari kakaknya?

"Yaudah pot aja,"

"Oke, gue duluan, di pot ya!"

"Hm."

Hari ini Soobin bangun jam dua belas. Hanya bangun membuka mata tentunya. Tetapi bangkit dari kasur sekitar jam empat sore kemudian mandi—sehari sekali khusus weekend.

Kemarin mereka berempat—Jungkook dengan kekasih, beserta Yeonjun dengan sang musuh alias dirinya sendiri—pulang sekitar jam sepuluh malam. Larut sekali memang.

Mereka naik sekitar lima wahana, lalu makan, mampir mall terdekat, timezone, dan numpang foto di cermin h&m. Mirror selfie untuk feeds instagram, kalo kata Jungkook.

Soobin menyambar handuknya, bersiap pergi menjemput frappuccino yang diidamkan sejak dua hari yang lalu, kemudian masuk ke kamar mandi.

Entah kenapa, hari ini ia kalem sekali, dari bangun sampai mengobrol dengan Jungkook ia belum mengeluarkan sepatah kata kasar sekalipun. Wah.

Tetapi masih dengan Soobin yang sama dengan Soobin yang digenggam Yeonjun kemarin satu putaran roller coaster kok.

***

Tangannya tak berhenti mengetikan berbagai huruf di keyboard laptopnya. Sudah setengah enam tugasnya belum selesai juga. Soobin lelah.

"Soobin?"

Soobin mendongak, astaga ... ketemu mantan.

Ia memutar kedua bola matanya, mendapati Kwon Yoora berdiri di hadapannya membuat ia malas melanjutkan tugas sekolah, "iya ini Soobin. Password-nya luwak white coffee, kopi nikmat nyaman di—"

"Stop," potong Yoora lalu duduk di seberang Soobin.

Soobin menutup laptopnya, memasukannya ke dalam tas, kemudian bangkit dari kursi, berniat untuk pulang.

Yoora menarik tangan Soobin, "cuma mau ngobrol, duduk lagi, please," lalu tersenyum kecil.

Soobin duduk, sebenarnya ia lupa ponselnya masih di atas meja, jadi ia menurut saja, "apaan?"

Enemy [✓]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin