s i x t h

10.4K 1.7K 95
                                    

Canggung.

Seratus persen canggung untuk menit ke-dua puluh sembilan.

Choi Soobin dan Choi Yeonjun ini tumben sekali hanya diam berdua. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun, apalagi berucap kata-kata kasar.

Atau mungkin, takut karena ada para kakaknya?

"Heh," sepatah kata pertama oleh Soobin.

Yeonjun menoleh, lalu membuang mukanya kembali.

"Apasi monyet," tukas Yeonjun, lalu memainkan ponselnya.

"Abang lo tuh brengsek banget ya," ujar Soobin, to the point. Yang diajak bicara tidak merespon, fokus dengan ponselnya.

Soobin mendecih, "bikin anak orang nangis seenak jidat, dikata dia orang paling ganteng sedunia apa," tukas Soobin, lalu melirik sinis Yeonjun yang sempurna mengabaikan dirinya.

"Kak Jungkooknya juga sih, bucin. Apa-apa dimaafin, sama aja begonya," lanjut Soobin.

Soobin mengikis jarak antara dirinya dengan Yeonjun, yang semula satu meter, sekarang hanya lima puluh sentimeter.

"Yaudah gak usah deket-deket,"

Soobin menoleh, menatap Yeonjun jijik, "siapa juga dih yang mau deket-deket," dengan cepat Soobin menambah jarak antara dirinya dengan Yeonjun, lalu memakan kue kering di dalam toples.

Sembari mengunyah, Soobin berkata, "sumpah ya, tapi bilangin abang lo, jangan mainin hati kak Jungkook mulu, guenya kes——"

"Bacot." potong Yeonjun, "bilangin kakak lo, gausah jadi pho bisa kali. Cowok masih banyak, gak mesti abang gue," lagi-lagi Yeonjun memanas, dari tadi pagi yang kompor sebenarnya Yeonjun atau Soobin sih.

"Kok lo yang ngegas. Disini yang korban kan abang gue,"

"Apaan si. Kalo kak Jungkook gak mulai juga gak bakal kayak begini, sialan," tukas Yeonjun, ia menoleh ke arah Soobin yang memang sedari tadi menatap dirinya.

Mata mereka bertemu. Keempat bola mata yang penuh amarah dan dendam.

"Heh brengsek!"

Soobin menarik kaus Yeonjun, untuk ke sekian kalinya, "gue banting kedua kalinya, mau?"

"Lo yang mulai duluan, Choi Soobin." ujar Yeonjun tenang.

Disaat Soobin sembilan puluh persen ingin membanting Yeonjun, Jungkook dan Taehyung pun kembali ke ruang tamu. Ditemani wajah Jungkook yang berseri-seri, berbeda 180 derajat.

Yeonjun dan Soobin salah tingkah. Mereka terciduk.

"Heh kalian ngapain?!" tukas Taehyung yang melihat Soobin menarik kaus adiknya.

Soobin dan Yeonjun segera duduk ke tempat masing-masing, tersenyum sekilas kepada kedua kakaknya.

"Ah enggak ngapa-nga——"

"Gue baru nyadar, pipi lo kok pada agak ungu ya?" tukas Jungkook memotong pernyataan Soobin.

Soobin tadinya lega karena pernyataannya dipotong, tapi gak jadi karena pertanyaannya malah makin berbobot.

Yeonjun Soobin emang udah kayak cat & dog. Catat, kalau udah di sekolah. Hampir seluruh siswa tau kalau mereka emang musuh yang lebih dari musuh. Bahkan pernah sampai salah satu dari mereka masuk rumah sakit gara-gara Yeonjun dorong Soobin dan Soobin tergores sesuatu di bagian lengan kirinya sehingga lukanya harus dijahit, pada saat kelas sembilan.

Tetapi pengecualian untuk keluarga mereka——termasuk Jungkook dan Taehyung——yang tidak mengetahui apa-apa. Saat ada apa-apa, munculah Soobin Yeonjun dengan seribu alasannya yang sangat mudah membujuk orang.

"Udah dari tadi ini mah kak. Kita mah gak berantem, drama doang tadi, ya gak, Jun?" tanya Soobin lalu mengepalkan tangannya dan menjulurkannya kehadapan Yeonjun, mengajak tos. Bagian udah dari tadi ini mah kak emang bener. Tapi bagian drama doang salah besar.

"Oh jelas. Kan kita sekelas juga, kak," Yeonjun merespon tos Soobin, Jungkook dan Taehyung hanya mengangguk percaya, tidak mempermasalahkan.

"Tapi kok gue baru liat?" tukas Jungkook.

"Mata lo ngeblur kali kak. Nangis mulu sih," ledek Soobin.

Taehyung menoleh ke arah Soobin, "loh dia nangis?"

Sumpah, Soobin pengen cincang Taehyung rasanya. Cuma tahan diri aja karena ada kakaknya sekarang. Masa sampe sekarang gak peka juga tuh orang.

"A-ah enggak, kamu mau pulang?" tanya Jungkook.

Jungkook tersenyum———palsu. Lalu menepuk-nepuk punggung Yeonjun dan Taehyung, mengajaknya keluar.

Sebelum itu, Yeonjun berpamitan pada Soobin—tumben. Menepuk-nepuk bahu Soobin sembari tersenyum, "gue pulang dulu ya, Bin. Makasih buat semuanya," kemudian Yeonjun berbisik, "yang tadi, lanjut besok, Bin. Atap,"

Yeonjun tersenyum miring, "tulang patah atau luka jahit ... lagi?"

Sebuah rutinitas——bermain drama——apabila terciduk di depan kedua kakaknya.

***

Aku merasa makin lama makin aneh ini cerita. Haha.

Enemy [✓]Where stories live. Discover now