f i r s t

31.9K 2.9K 927
                                    

"Anjing, diem lo."

Soobin baru saja turun dari bus, istirahat sejenak di halte lalu berjalan sekitar dua meter, tetapi langkahnya sudah di halangi oleh makhluk di depannya ini.

Iya, ada anjing di depannya.

Fyi, Soobin lagi kesal untuk hari ini. Ia bangun kesiangan karena semalam mengerjakan tugas fisika yang tidak berprikemanusiaan sekali, alhasil ia bangun jam enam lewat tiga puluh. Lalu berangkat dengan bis karena ditinggal ayahnya. Dan detik ini di depannya malah ada anjing yang tidak berhenti menggonggong, entah minta diapakan.

"Diem anjing, jangan ngikutin gue. Gue mau sekolah."

Soobin sebenarnya penyuka anjing, tentu saja. Sean nama anjingnya, tapi untuk hari ini, dia kesal sekali dengan anjing, rasanya ingin dikuliti terus dibikin kulit goreng pakai tepung serbaguna.

Oke, satu menit lagi bel bunyi, dia harus lari. Tapi bentar, gerbang tinggal lima meter lagi atau bisa dikonversiin jadi lima ratus sentimeter. Dan kalo dia lari, tiap langkah Soobin itu kira-kira enam puluh sentimeter, dan per langkah itu mungkin nol koma lima detik. Jadi intinya kalo semua itu dihitung waktu yang dia perlu sampai digerbang kira-kira empat koma dua detik.

Waktu yang tersisa masih banyak, tapi itu baru sampai gerbang. Masih ada lima puluh lima koma delapan detik untuk sampai di kelas. Dan kelasnya ada di lantai dua, rasanya buat saat ini dia mau jadi tinkerbell aja deh.

---

"Gila! gue berhasil! kurang lima detik," Soobin melempar tas ke kursinya setelah melihat jam di pergelangan tangannya, ia menghembuskan napas lega, lalu tersenyum miring dan menghempaskan diri di kursi.

Choi Beomgyu-teman sebangku Soobin-yang sedang memainkan ponselnya menoleh, menatap Soobin bingung, "berhasil apaan? ternak lele?"

"Ashiap, ya bukan lah. Anak aksel kok bego juga," ejek Soobin lalu menyentil kening Beomgyu pelan, "gila gak sih, gue bangun jam enam lewat tiga puluh, tapi bisa sampe sekolah jam tujuh? keren gak?"

"Ya enggaklah, biasa aja." tukas Beomgyu, fokusnya kembali pada ponselnya. Btw, Beomgyu itu anak akselerasi saat sekolah menengah pertama, yang artinya dia lebih muda setahun dari Soobin.

"Naik bus loh, Gyu. Gak diantar,"

"Biasa aja."

"Ketemu anjing loh, Gyu."

"Biasa aja."

"Iyalah biasa aja, kan anjingnya lo ya, Gyu."

"Eh anjing lo,"

"Eh bandel lo ngomongnya sekarang,"

"Biasa aja,"

"Pala lo biasa aja. Auah, temen gak pengertian tuh gini,"

Soobin meraih ponsel dari sakunya, scroll-scroll aja. Padahal line sama whatsapp-nya itu penuh banget sama chat dari temen-temennya, orang yang ngajak dia buat jadi pacarnya sampai ibu-ibu kantin yang jualan somay. Tapi gak pernah dibales, dibaca aja enggak.

Soobin itu terkenal, percayalah. Gak hiperbola tapi emang beneran terkenal. Seenggaknya dia itu pinter-banget, tampan, kalem, rajin, hemat, cermat, dan bersahaja. Oke, enggak juga sih. Terkadang dia kayak gitu cuma buat pencitraan aja.

"Bin,"

Soobin menoleh, "apaan?"

"Boleh minta sesuatu?"

"Jangan minta duit, gue miskin."

Beomgyu tertawa, "miskin apaan, kemaren gue liat emak lo pake baju gucci buat jadi keset ruang tamu ya,"

"Itukan emak gue, bukan gue,"

"Sama aja sih. Kan kaya buat keturunan juga,"

Soobin mengelak, "iya gue kaya tapi bukan boros,"

"Sombong," gurau Beomgyu, sembari cekikikan tidak jelas.

"Mau lo apa sih?!"

"Pr fisika, please."

Ya Tuhan. Tolong hindari Soobin dari orang-orang yang minta jadinya doang padahal dirinya udah perjuangin sampai malem itu tugas. Sampai terlambat pula.

"Aset gue, Gyu. Ya Tuhan."

"Sekali aja deh, Bin. Terakhir," Beomgyu tersenyum, menaik-turunkan kedua alisnya.

"Hm,"

Soobin membuka tasnya, meraih buku dengan sampul warna cokelat, lalu menyodorkannya pada Beomgyu.

"Nih, jangan bengong,"

Beomgyu terdiam, tidak merespon.

Soobin menatap Beomgyu bingung. Tiba-tiba saja kelasnya menjadi mendadak sepi. Padahal tidak ada bunyi klotak klotak khas guru fisikanya.

Soobin mengalihkan pandangannya ke depan, ke arah mata Beomgyu menatap.

Sumpah.

Demi apapun.

"EH CHOI YEONJUN LO NGAPAIN DISINI BRENGSEK?!"

Serius, bentar lagi minyak sama gas bakal bersatu.

***

Short chapter for first episode. Hehe. Sowry!

-Rev

Enemy [✓]Where stories live. Discover now