CHAPTER 22

1.1K 155 16
                                    

Happy reading guys ❤❤

Menggenggam telapak tangan Jiyong dengan erat, Tayeon bersama dengan Hanbin dan dua orang petugas ambulance mulai mendorong brankar yang membawa tubuh Jiyong yang baru saja turun dari mobil ambulance.

Taeyeon menatap sendu kearah wajah pucat jiyong dengan mata yang tertutup rapat. Rasa takut kembali mememnuhi pikirannya saat matanya menangkap perban yang membungkus sebagian kepala Jiyong dengan bercak darah yang mrtrmbrs keluar dari perban itu.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Taeyeon terus berharap dan berdoa agar Jiyong dalam kondisi baik-baik saja walaupun Taeyeon tahu jika kini Jiyong tidak dalam kondisi yang baik. Melihat luka dan darah yang keluar dari beberapa tubuh Jiyong dan perkataan Jiyong yang mengatakan bahwa dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sudah membuktikan bahwa saat ini Jiyong dalam kondisi yang parah.

Taeyeon melangkah mundur dan melepaskan genggamannya saat seorang dokter mendrkat kearah Jiyong, Taeyeon memberikan tempat untuk dokter dan dua orang perawat untuk memeriksa keadaan Jiyong.

"Lakukan MRI segera", perintah dokter itu pada kedua perawat yang membantunya tersebut setelah memeriksa keadaan Jiyong.

Kedua perawat itu mengangguk kemudian mulai kembali mendorong brankar itu bersama dua petugas ambulance diikuti oleh dokter, Taeyeon dan Hanbin di belakang mereka.

"Kalian tidak bisa masuk ke dalam ruangan ini", cegah dokter perempuan itu sembari menahan tubuh Taeyeon dan Hanbin yang hendak mengikuti Jiyong yang masuk ke dalam ruangan yang di batasi sebuah pintu kaca transparan.

Taeyeon menahan lengan dokter iersebut saat dokter itu akan melangkah masuk ke dalam ruangan ICU. "Bagiamana kondisinya, apa dia baik-baik saja?", tanya Taeyeon cepat tanpa melepas genggamannya pada lengan dokter wanita itu.

"Kami harus melakukan MRI terlebih dulu untuk melihat kondisi pasien", jelas dokter tersebut.

"Ku mohon selamatkan dia uisa-nim", mohon Taeyeon dan hanya di balas dengan anggukan cepat oleh dokter tersebut kemudian melangkah meninggalkan Taeyeon yang masih berdiri mematung di belakang pintu kaca itu dengan tatapan khawatirnya.

"Miss Kim"

Panggiilan Hanbin membuat Taeyeon mengalihkan pandangannya kearah Hanbin yang kini berdiri di belakangnya.

"Anda terluka. Anda juga memerlukan perawatan", ujar Hanbin saat melihat darah yang mongering di dahi dan juga lengan Taeyeon.

Taeyeon mengikuti arah pandangan Hanbin, dan dia melihat lengan kemejanya yang sudah penuh dengan darah. Taeyeon tidak yakin itu darah miliknya atau Jiyong mengingat dirinya juga sempat memeluk tubuh Jiyong saat pria itu kehilangan kesadarannya beberapa puluh menit lalu.

"Aku baik-baik saja", jawab Taeyeon kemudian mulai melangkah kearah bangku panjang di dekat pintu dan mendudukan tubuhnya yang lemas itu.

"Tapi lengan anda terlu-"

"Aku baik-baik saja Kim Hanbin!", bentak Taeyeon memotong kalimat Hanbin yang belum selesai sepenuhnya.

Ayolah saat ini dirinya baik-baik saja, Jiyong lebih parah darinya. Dia harus tetap disini dan menunggu Jiyong. Dia tidak ingin meninggalkan Jiyong sendirian. Taeyon juga takut Jiyong meninggalkannya.

Tanpa terasa air matanya kembali membasahi pipinya saat dirinya membayangkan bahwa Jiyong akan meninggalkannya. Taeyeon tidak ingin ditinggalkan lagi, Taeyeon tidak ingin kehilangan Jiyong untuk kedua kalinya. Dia ingin Jiyong selamat dan kembali bersamanya.

Hanbin yang sempat terdiam karena bentakkan Taeyeon kini juga memilih diam dan menyandarkan punggungnya pada tembok dan secara perlahan tubuhnya merosot kebawah yang membuatnya terduduk dengan kepala yang menunduk lemas. Hanbin sama seperti Taeyeon. Dia mengkhawatirkan kondisi atasannya itu.

[GTAE] IFDove le storie prendono vita. Scoprilo ora