CHAPTER 8

2.1K 379 22
                                    


Awalnya aku takut akan kehilangan mu.
Aku terus berpikir bahwa aku tak bisa hidup tanpamu di sisiku
Tapi aku sudah banyak melewati malam tanpa mu
Aku menjadi lebih kuat, belajar untuk bertahan dan bertahan.
Aku mematikan seluruh rasa cinta yang ada di hatiku.
Ku rasa aku tak bisa lagi memahami perasaan cinta yang ada di hatiku.
Aku mati rasa.
Tapi lebih baik aku mati rasa, karena aku tak perlu lagi merasakan rasa sakit ditinggalkan.

Aku pernah berpikir bahwa hidupku akan berakhir saat kau tak disisiku.
Tapi aku salah, masih banyak orang-orang yang lebih peduli dan mencintai ku. Keluarga ku dan teman-teman ku adalah orang-orang yang masih dan akan selalu setia berada di sisi ku.
Banyak hari yang ku lewati, aku bisa membuktikan bahwa aku bisa hidup tanpamu.

....

Taeyeon menekan bel pintu yang berada disebelah pintu rumah bergaya minimal namun terlihat sangat nyaman dan cocok untuk ditinggali oleh keluarga kecil.

Sembari menunggu, Taeyeon sesekali menatap dua bingkisan yang berada di kedua tangannya. Di tangan kanannya terdapat sebuah kue coklat yang sangat lezat dengan beberapa hiasan ulangtahun diatasnya, sedangkan ditangan yang lain Taeyeon menggenggam sebuah bingkisan sebagai pelengkap kue coklat yang dibawanya.

"Kau datang?", sapaan pertama seorang wanita ketika pintu itu terbuka. Taeyeon bisa melihat sahabatnya Tiffany Hwang yang berdiri menyambutnya dengan senyum cerah miliknya membuat kedua sudut bibir Taeyeon ikut tertarik.

"Apakah anakku ada di dalam?", tanya Taeyeon.

"Heum. Dia sudah menunggumu sejak lama. Kurasa kau harus bersiap dengan celotehannya", jawab Tiffany diakhiri dengan kekehan diakhir kalimatnya.

"Aku sudah mempersiapkan jawaban dari semua pertanyaan yang akan dia tanyakan padaku hahaha"

Taeyeon terkekh saat membayangkan bagaimana lucunya saat 'anaknya' itu sedang kesal.

"Masuklah, diluar sangatlah panas", Tiffany bergeser memberikan ruang pada Taeyeon agar Taeyeon bisa masuk ke dalam rumah.

Taeyeon mengangguk kemudian masuk kedalam rumah Tiffany dan menganti sepatu berhak tingginya itu dengan sandal rumah.

"Yejoon-ah, eomma datang!", teriakkan Tiffany menggema di seluruh ruangan dan tak berapa lama bocah laki-laki berusia lima tahun berlari keluar dari pintu kamar orangtuanya.

"Eomma!!!", teriakkan bocah kecil yang bernama Yejoon itu membuat Taeyeon tersenyum. Dirinya langsung meletakan bingkisan di tangannya keatas lantai, ia langsung berlutut dan melebarkan kedua tangannya ke samping, menyambut Yejoon yang berlari kearahnya.

"Aigoo", Taeyeon langsung memeluk Yejoon dan menggendong nya. Taeyeon berdiri dan merasakan Yejoon yang memeluknya dengan sangat erat dibagian leher belakangnya.

"Eomma, aku sangat merindukan eomma", gumam kecil Yejoon di bahu Taeyeon.

"Nado, eomma juga sangat merindukan Yejoon", balas Taeyeon sembari mengusap punggung kecil Yejoon.

"Kenapa eomma sangat lama datang? Eomma bahkan melewatkan pesta ulang tahunku dua hari yang lalu", ujar Yejoon dengan suara yang terdengar sedih dan kesal secara bersamaan.

Inilah yang Taeyeon pikirkan sedari tadi, Yejoon yang marah padanya karena dirinya melewatkan ualng tahun anaknya itu karena pekerjaannya.

"Eomma minta maaf heum? Eomma harus pergi ke tempat yang cukup jauh dari korea"

"Yejoon tahu eomma sangat sibuk, tapi waktu itu eomma berjanji akan datang ke pesta ulangtahunku!"

"Dan Eomma sungguh sangat menyesal karena mengingkari janji yang eomma buat. Jadi jangan marah heum?", ujar Taeyeon dengan wajah yang sangat menyesal dan sedih.

[GTAE] IFOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz