Bersedih Hati

12.3K 2.3K 111
                                    

Aprillyana menatap hujan dengan perasaan sakit. Sesak seakan menggumpal dalam rongga dadanya. Dia ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya.

Kelabunya langit seakan sedang mengambangkan suasana hatinya saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kelabunya langit seakan sedang mengambangkan suasana hatinya saat ini. Ah, tidak. Bahkan hatinya jauh lebih kelabu dari awan-awan yang menutupi birunya langit. Perlahan air mata yang berusaha ia bendung akhirnya tumpah juga. Bahunya naik turun, seirama dengan tangisannya.

"Kamu kenapa? Kok nangis?" Aliandra mendekat, seperti biasa suara lembutnya selalu menjadi suatu hal yang Aprillyana suka.

Aprillyana tetap menangis. Dia menutupi matanya dengan kedua telapak tangannya.

"Cerita sama aku, kamu kenapa?" Aliandra memutar tubuh Aprillyana. Kemudian tangannya melepas pelan kedua telapak tangan yang menutupi mata istrinya.

"Aku sedang bersedih hati!" Aprillyana sesenggukan.

Aliandra tanpa banyak bicara langsung menarik Aprillyana dalam pelukannya. Memberikan kenyamanan yang diharapkan mampu membuat Aprillyana sedikit tenang.

"Sedih kenapa?" Barulah ucapan itu keluar setelah dirasa waktunya tepat untuk bertanya.

Aprillyana menatap Aliandra pilu. "Kenapa ya, pembaca cerita 'Dear Imamku, Aliandra' kok seakan-akan banyak yang kurang menghargai penulisnya?" tanya Aprillyana kemudian.

Aliandra mengerutkan kening, tidak mengerti. "Maksud kamu apa, Aprillyana?"

Aprillyana mengela napasnya, "Pembaca cerita 'Dear Imamku, Aliandra' itu banyak yang nggak menghargai penulisnya. Mereka hanya menjadi Ghost Readers/Silent Readers alias pembaca gelap. Lihatlah di setiap chapter, yang baca ribuan tapi votenya cuma ratusan, yang komen apalagi. Hal itu membuatku sedih." Aprillyana menunduk. Tidak kuasa menahan tangisnya.

Aliandra turut menghela napasnya. "Iya juga. Mereka kenapa bisa gitu, ya? Apa susahnya memencet tanda bintang dan meninggalkan komen hanya untuk menyemangati penulisnya. Kasian penulisnya sudah menyempatkan waktu untuk nulis, tapi kesannya kurang dihargai." Aliandra mengelus pucuk kepala Aprillyana lembut.

Aprillyana menangis lagi. "Benar. Aku merasa kecewa, apa lebih baik cerita kita sampai di sini saja? Nggak usah dilanjutkan? Kasian penulisnya, udah capek-capek nulis tapi pembacanya sama sekali nggak menghargai," Aprillyana berujar pelan, "Aku sih berterima kasih banyak bagi yang mau meninggalkan komentar dan meninggalkan jejak berupa vote, karena hal itu cerita kita bisa lanjut sampai di sini."

Aliandra mengangguk. Lantas tersenyum teduh.

"Semoga Allah membuka mata hati mereka, istriku. Agar mereka menyadari bahwa melanjutkan kisah kita bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, aku harap mereka belajar menghargai penulisnya yang sudah bersusah payah meluangkan waktu," tutur Aliandra lembut, "Meski aku tau tujuan awal penulisnya menulis karena memang dia ingin, tapi ibaratnya pembaca itu penyemangat. Kalau penyemangatnya hilang, ya ... penulisnya jadi sedih juga."

Aprillyana menangis lagi. "Aamiin. Semoga saja mereka mengerti dan mulai menghargai usaha penulisnya."

"Aamiin ya Allah."

Aliandra dan Aprillyana saling menguatkan satu sama lain. Memandang langit kelabu dengan suasana hati yang sama kelabunya. Sama-sama berdoa agar pembaca 'Dear Imamku, Aliandra' segera diberi hidayah dan dibukakan pintu hatinya untuk mau menghargai usaha penulis, bukan hanya menjadi pembaca gelap serupa dengan setan atau jin yang tidak berwujud.

•••••

winmoonchild 💜

Dear Imamku, Aliandra [✓]Where stories live. Discover now