19. Bidadari Kedai

13.8K 1.7K 115
                                    

Seringnya, rencana Allah memang jauh lebih indah daripada apa yang diharapkan dan direncanakan oleh hamba-Nya.

• • •

"Ya Allah, te––ternyata ... dia?"

Aliandra mengusap air matanya cepat. Dia tidak bisa menjelaskan apa yang saat ini dia rasakan. Dengan cepat dia kembali ke mobil, membiarkan Aprillyana dan gadis kecil penjual kue tersebut berinteraksi.

Aliandra menenggelamkan wajahnya di atas tangannya yang ia lipat di atas setir. Dadanya bergemuruh. Bahunya berguncang. Air mata terus saja menetes dari kedua bola matanya.

Ingatannya kembali pada waktu yang sudah cukup lama. Waktu di mana getaran dari dalam hatinya muncul. Waktu di mana semua perasaan yang hingga saat ini masih sedikit mengganggunya ada untuk pertama kali.

"Hujan-hujan gini makan bakso kayaknya enak." Salah seorang temannya memberi saran.

Aliandra tidak banyak bicara. Dia hanya fokus menatap jalanan yang terhalang kabut.

"Iya, bener. Li, kita belok ke kedai bakso yang di depan itu!" Salah satunya lagi menyahut, memberi interupsi kepada Aliandra untuk membelokkan mobilnya ke kedai bakso.

"Oke, siap." Aliandra menurut. Dia membelokkan mobilnya ke kedai bakso yang disebut oleh temannya tadi.

Saat itu Aliandra sedang menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman SMA-nya. Mereka yang selama ini sama disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, tiba-tiba saja meminta untuk berkumpul. Niatnya mau ngafe, tapi jatuhnya malah ke kedai bakso bledek.

Saat mereka tengah asyik bergurau menanti pesanan bakso bledek datang, tiba-tiba saja mata Aliandra menangkap seorang gadis yang tampak tergesa keluar dari kedai. Entah mengapa mata Aliandra terus saja mengikuti ke mana arah gadis itu pergi.

Ternyata gadis itu menemui seorang gadis kecil yang tampaknya sedang berteduh di emperan kedai. Aliandra terus mengamati gerak-gerik gadis itu, karena seakan-akan kata hatinya yang menyuruhnya demikian.

Senyum langsung tersungging di bibir Aliandra saat mengetahui bahwa gadis itu tampaknya memborong kue yang yang gadis kecil itu jual. Perasaannya menghangat. Hatinya bergetar saat dia melihat senyuman penuh ketulusan dari bibir gadis itu.

Perasaan Aliandra menghangat. Di zaman yang seperti ini, ternyata masih ada yang begitu peduli dengan orang lain. Hal itu memunculkan percikan rasa kagum dalam hati Aliandra. Apalagi saat gadis itu menatap gadis kecil penjual kue yang beranjak pergi dengan senyuman lembut sarat akan ketulusan. Aliandra turut tersenyum saat dilihatnya gadis itu mulai kembali memasuki kedai dengan kantong keresek berisikan kue, senyuman manis penuh ketulusan tersemat di bibirnya.

Siapa yang menyangka bahwasanya gadis itu membuat pikiran Aliandra tidak tenang. Bayangan gadis itu selalu mengusik benaknya. Senyumnya selalu muncul saat Aliandra hendak menutup mata. Sesederhana itu, dan Aliandra mengartikan bahwa dirinya sendiri telah jatuh hati pada kali pertama memandang dari kejauhan.

Aliandra semakin menangis. Dia memukul pahanya dengan kesal. Bayangan yang satunya lagi kemudian menghampiri benaknya.

Bayang saat dia kembali mendapati gadisnya––maksudnya gadis yang telah mencuri perhatiannya saat kali pertama berjumpa. Gadis yang menyita perhatiannya di kedai bakso, kembali muncul di kedai yang saat itu tengah Aliandra gunakan untuk makan siang bersama rekan kerjanya.

Gadis yang mengusik benak Aliandra itu kembali melakukan hal yang lagi-lagi membuat Aliandra kagum dan jatuh hati. Gadis itu memberikan lauknya dengan penuh keikhlasan pada kucing jalanan yang sedang kelaparan. Untuk kali kedua, Aliandra meyakinkan dirinya bahwa dia sudah jatuh hati pada gadis yang tidak dia ketahui namanya itu. Aliandra hendak menghampiri gadis itu saat gadis itu selesai makan, namun perkataan rekan kerjanya yang menyuruh untuk cepat kembali ke tempat pembangunan membuatnya harus mengurungkan niatnya.

Dear Imamku, Aliandra [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang