Pergi

31.5K 2.4K 91
                                    

Happy Reading!

****

"Albert, bantu aku!"

"Eh sialan! Sahabat macam apa kau ini? Datang-datang bawa masalah."

"Aku kan sedang banyak pikiran. Daripada stres sendiri ya harus bagi-bagi. Kamu sahabatku kan?"

"Bukan. Sana pulang."

Abel tetap berbaring di sofa. Tak memedulikan Albert yang mengusirnya. Kedatangannya sebenarnya tidak direncanakan sama sekali. Tiba-tiba saja dia ingin berlibur dan mengistirahatkan pikirannya yang ruwet.

Abel baru menghubungi Albert ketika dia sudah sampai di bandara. Tentu saja pria itu marah-marah karena Abel menghubunginya ketika dia sedang sibuk kerja.

"Jahat. Nanti bagaimana kalau aku diculik?"

"Aku yakin tidak ada yang mau. Eh, kamu sudah izin Kak Risty belum?"

"Sudah. Aku bilang mau liburan ke hutan Kalimantan, mencari jenis orang utan yang masih belum ditemukan."

Sebenarnya Abel tidak benar-benar izin pada kakaknya, dia hanya meninggalkan sebuah catatan yang ditempel di kulkas. Dia bilang mau liburan tanpa menyebutkan ke mana tujuannya.

Ponselnya pun sudah ia matikan sejak menghubungi Albert tadi. Entah, Garry dan kakaknya sudah menghubunginya apa belum.

"Sana hubungi dia, kasihan kakakmu kalau harus mencari kutu sepertimu."

"Kenapa kamu semakin menyebalkan setelah pindah?" Abel bangun, ia melempar remote Tv yang langsung ditangkap dengan baik oleh Albert.

"Tapi yang aku katakan benar. Aku bahkan tidak jelas apa masalahmu sekarang. Bagaimana bisa aku membantumu?"

"Jadi begini—" Abel menceritakan apa yang sedang mengganggu pikirannya sekarang. Tidak lupa pula, ia juga menceritakan mengenai Izzy. Anak yang berhasil mencuri hatinya.

Tanpa diduga, Albert menjitak kepala Abel.

"Jadi hanya karena itu kau kabur ke sini?"

"Aku tidak kabur. Aku hanya, li-bu-ran."

"Liburan? Sana ngomong sama pantat sapi. Masalah begini saja sampai kabur ke sini. Bagaimana kalau Garry benar-benar selingkuh? Kamu bisa kabur ke antartika dan jadi beruang kutub di sana."

Abel memeluk bantal sofa. Bibirnya cemberut.

"Aku harus bagaimana? Aku mengerti alasan Garry, tapi aku juga tidak rela. Aku kurang ajar kan, cemburu pada wanita yang sudah tidak ada? Lagi pula, kenapa dia harus bilang wanita itu mirip denganku. Aku kan jadi ragu dengan ketulusannya."

"Itu tahu kalau kau aneh. Jelas Garry tidak bisa melupakan mantan istrinya. Dia manusia normal yang punya ingatan. Kecuali kalau kau mau membenturkan kepalanya ke tembok dan membuatnya amnesia. Istrinya sudah tidak ada, Abel. Tidak mungkin dia tiba-tiba bangun dari kubur. Aneh sekali, cemburu dengan orang mati."

Abel bergidik. Ia tidak mau membayangkan seseorang terbangun dari kubur.

"Garry sudah dewasa, Abel. kalau dia tidak serius dan tulus mencintaimu, untuk apa dia mendekatimu. Jangan lepaskan pria yang bisa menerimamu apa adanya. Aku kira kau tidak akan punya pacar, ternyata masih ada yang mau denganmu."

Abel menautkan jari jemarinya.

"Kau mengejekku? Huh, mungkin benar dia mencintaiku karena aku mirip dengan istrinya. Aku tidak terima berada di bawah bayang orang lain. Coba sekarang kamu yang bayangkan, jika suatu saat nanti Garry semakin membandingkanku dengan mantan istrinya. Sakit tahu!"

(Not) YoursWhere stories live. Discover now