Hukuman

32K 2.1K 107
                                    

Happy Reading!

****

"Kakak, itu papa."

Izzy menunjuk ke sebuah meja yang berada di dekat jendela. Seorang pria dan wanita tengah duduk dan membicarakan sesuatu. Entah apa itu. Izzy ingin berteriak memanggil ayahnya tapi Abel menutup mulut Izzy dan membisikkan sesuatu padanya.

"Jangan dipanggil ya, Sayang. Papa sedang sibuk. Sebaiknya Zee habiskan makanannya dulu. Nanti setelah Zee makan baru kita temui papa."

Tanpa banyak protes, Izzy kembali memakan makanannya.

"Kak, dia siapa?" tanya Abel pada Risty yang duduk di sampingnya.

Risty melihat ke arah Garry dan wanita asing itu sekilas lalu mengangkat kedua bahunya.

"Aku tidak tahu."

"Tidak berguna," sahut Abel.

"Kalau cemburu jangan dilampiasin ke kakak dong. Wajar kalau aku tidak tahu. Aku bukan babysitter Garry yang 24 jam bersamanya."

"Anaknya dititipkan ke kita eh dia enak-enakan sama wanita. Ayah macam apa itu?"

"Mereka tidak kelihatan mesra. Mungkin hanya teman biasa. Tenang saja, hati Garry hanya untukmu."

"Aku tidak butuh hatinya," kesal Abel. Ia segera mengalihkan tatapannya dari Garry ketika pria itu menatap ke arahnya.

Risty mengulum senyumnya. Ada-ada saja adiknya itu. Tidak mau angkat telepon Garry tapi mengharapkan teleponnya setiap hari. Menjauh dari Garry tapi saat diabaikan seperti orang gila. Berbicara sendiri.

'Apa dia tidak tahu kalau aku marah? Usaha kek. Tidak aku tidak membutuhkan usahanya. Biarkan saja pergi jauh-jauh. Masa bodoh kalau dia tidak menemuiku, mau dia ke luar negeri atau ke luar planet juga terserah.'

Saat sehat saja, Abel sudah aneh dan kadang Risty tidak bisa memahami pemikirannya. Apalagi saat jatuh cinta, Risty dibuat semakin bingung dengan tingkah dan pikiran Abel. Kalau kangen kan tinggal telepon. Kalau ingin bertemu tinggal bilang dan Garry pasti akan datang. Untuk apa menyiksa diri sendiri?

Risty yakin Garry sebenarnya sudah meminta maaf pada Abel dan berusaha berbicara baik-baik dengannya. Abel saja yang terlalu keras kepala dan tanpa sadar menyiksa diri sendiri.

"Sudah habis. Izzy mau ketemu papa."

"Ehm, Zee sama Tante Risty saja ya? Kak Abel di sini saja."

"Kenapa?"

"Karena ... Karena Kak Abel masih mau duduk di sini."

"Sudah temui sana. Daripada nanti tidak bisa tidur dan terus mengomel karena Garry sama wanita lain."

"Bukan urusanku dia mau dengan siapa."

Abel mengaduk-aduk minumannya. Berusaha tak memikirkan siapa yang sedang bersama Garry saat ini. Ketika ia masuk ke dalam restoran tadi, ia yakin, ia tak melihat Garry. Sepertinya pria itu baru datang bersama dengan teman wanitanya.

'Apa dia si Alice yang pernah disebut Garry?' Abel menggelengkan kepalanya. Kenapa ia penasaran? Bukan urusannya jika Garry bersama wanita mana pun. Terserah jika dia memberikan perhatiannya ke banyak wanita. Ia tidak peduli!

Risty melihat ponselnya yang bergetar karena pesan masuk.

"Izzy, ayo temui papa kamu."

Abel tidak curiga sedikit pun saat Risty mengajak Izzy menemui Garry. Ia juga tidak sudi melihat ke arah Garry lagi. Abel mengaduk-aduk minumannya. Menunggu Izzy dan kakaknya untuk kembali ke meja mereka.

(Not) YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang