Jealous

45.4K 3.3K 56
                                    

Happy Reading!

****

"Aahh! Aku bahagia sekali!" Abel menganggukkan kepalanya. Puas setelah membersihkan rumah barunya. Tepatnya kontrakan barunya. Ia memutuskan untuk mengontrak rumah karena barang-barangnya semakin banyak dan dia juga memiliki rencana untuk menjual barang lain seperti aksesoris atau keperluan fashion yang lain.

Hidup Abel terasa sempurna, Garry tidak muncul lagi sejak mereka pulang dari Puncak. Dia hanya mengirimkan sekardus buku untuk memenuhi janjinya pada Abel. Tentu saja Abel menerimanya dengan senang hati. Meskipun ia membenci Garry, bukan berarti dia akan membenci barang pemberiannya.

"Mbak Abel, nanti kita boleh tinggal di sini? Irit bensin hehe." Tika mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.

"Boleh dong. Kalian bisa tinggal di sini. Nanti mungkin sesekali aku juga akan menginap di sini. Tergantung situasinya saja. Kak Risty kadang marah-marah kalo ditinggal sendiri di rumah."

Ririn dan Tika melakukan tos. Awalnya mereka ragu Abel akan menerima usul mereka. Perjalanan pulang ke rumah mereka sebenarnya tidak jauh. Tapi kalau bisa lebih irit pengeluaran kenapa tidak?

Suara klakson terdengar dari luar. Barang-barang mereka sudah datang. Dua orang laki-laki menurunkan kardus-kardus besar dari mobil boks yang tadi pagi Abel pesan.

"Kayaknya seharian kita hanya akan membongkar kardus-kardus ini dan menata semuanya," ujar Ririn.

Mereka sibuk membereskan semuanya hingga lupa waktu. Dan saat semuanya tertata rapi hari sudah malam.

"Aku lelah. Lebih baik aku menginap di sini saja." Abel membaringkan tubuhnya di karpet. Rasanya ia bisa terlelap saat ini juga. Punggungnya pegal dan kakinya seperti tidak bisa bergerak lagi.

"Izin Kak Risty dulu," ucap Ririn mengingatkan.

Abel menghubungi kakaknya. Di panggilan pertama tidak diangkat begitu pun dengan panggilan kedua. Akhirnya ia hanya mengirimkan pesan.

"Tidak menjawab. Mungkin ponselnya sedang dicas." Abel tidak terlalu khawatir karena kakaknya sudah biasa seperti ini.

Saat Abel ingin memejamkan mata, ia mendengar suara ketukan di pintu. Tika segera berdiri untuk membukakan pintu.

Abel mendengus saat melihat siapa yang datang. Ia ingin mengomel pada pria yang telah mengganggu rencana tidurnya itu.

"Aku bawakan pizza untuk kalian." Albert menunjukkan barang yang dibawanya. Ia duduk di karpet karena belum ada sofa atau kursi di rumah ini.

"Kalian makan saja. Aku mau tidur," ucap Abel tidak mampu menahan rasa kantuk.

"Bel, ya ampun ini masih jam berapa?"

Abel tidak menjawab. Dia benar-benar tertidur.

"Kalian berdua makanlah. Apa tidak ada bantal dan selimut di sini?" tanya Albert karena Abel menggunakan tangan sebagai bantal dan juga tidak memakai selimut. Padahal kalau nanti malam hujan maka udara akan semakin dingin.

"Belum ada. Rencananya kita hanya bersih-bersih dan memindahkan barang-barang hari ini. Tapi ternyata memakan waktu banyak. Dan sepertinya kita semua akan tidur di sini."

"Aku pulang dulu sebentar, nanti balik lagi," pamit Albert. Ia mau pergi ke rumah Abel untuk mengambil selimut dan bantal. Kasihan mereka bertiga jika dibiarkan tidur dengan kondisi seadanya.

Saat ia sampai di rumah Abel, ia melihat mobil yang tak asing untuknya. Ia pernah melihat mobil itu terparkir di depan rumah Abel. Hanya saja ia tak tahu itu punya siapa.

(Not) YoursOnde as histórias ganham vida. Descobre agora