Problem

37.4K 2.5K 29
                                    

Happy Reading!

****

"Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!"

"Aku hanya ingin tahu apa yang ada di kepalamu. Terakhir kali aku menemuimu, kamu baik-baik saja denganku. Kenapa sekarang berubah?"

Garry menyatukan kedua tangan Abel dan menahannya sehingga Abel tidak bisa memukulnya. Dia sudah sangat capek dan mengantuk, tapi ia ingin tahu jawaban Abel.

"Kapan aku baik padamu?"

"Beberapa hari lalu. Saat kamu memberikan—"

"Oh, saat itu aku hanya tidak mau membuang-buang makanan. Bisakah sekarang kamu lepaskan aku? Ini sangat tidak senonoh." Wajah Abel memerah karena marah. Siapa pun yang melihat mereka saat ini pasti akan berpikir hal yang tidak-tidak. Abel tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki. Ia memang memiliki mantan kekasih tapi dia tidak pernah melakukan hal seperti ini. Berciuman saja dia belum pernah.

"Tidak senonoh? Aku belum membuka bajuku."

Mata Abel membulat. Ia memberontak, berusaha lepas dari cengkeraman Garry. Napasnya memburu karena panik. Pikirannya penuh dengan hal apa saja yang bisa Garry lakukan saat ini.

"Tenanglah... aku hanya bercanda." Garry tidak menyangka kalau Abel bereaksi sepanik ini. Dia hanya asal bicara tadi. Garry melepas tangan Abel dan berganti memeluk tubuhnya. Ia mendekap Abel erat. Tangannya bergerak naik turun di punggung Abel.

"Shh... aku tidak akan melakukannya. Tenanglah, aku menyayangimu... Baby, aku tidak akan memaksamu."

"Aku membencimu! Aku membencimu! Lepaskan aku!"

Garry melepaskan pelukannya. Ia berharap Abel tak semakin histeris. Di saat itulah Risty datang. Ia terkejut melihat Abel yang menangis. Risty hampir terjengkang ke belakang saat Abel memeluknya.

"Usir dia! Aku tidak mau melihatnya."

Risty tidak tahu apa yang baru saja terjadi antara Abel dan Garry. Ia hanya bisa menyimpan rasa penasarannya itu untuk saat ini dan meminta Garry serta Abi untuk pulang. Untung saja mereka langsung mengerti. Garry hanya berpesan untuk pada Risty untuk mengabarinya nanti.

"Ada apa?" tanya Risty.

Abel menunduk menatap cangkir teh yang tengah digenggamnya.

"Dia menakutkan."

Abel tidak bercerita lagi. Dan hal itu membuat Risty sangat khawatir. Tidak biasanya adiknya ini minim bicara. Saat dia marah, dia akan mengatakan apa pun yang ada di kepalanya. Tapi kini kemampuan bicara Abel seperti hilang ditelan rasa takutnya.

Risty meletakkan tangannya di kepala Abel dan mengelus rambut adiknya perlahan. Selama 3 tahun ini mereka hanya tinggal berdua setelah kedua orang tua mereka meninggal karena kecelakaan. Hanya adiknya ini yang menjadi keluarga terdekatnya.

"Apa yang Garry lakukan padamu?"

Risty memperhatikan pergelangan tangan Abel yang masih tampak merah karena cengkeraman tangan Garry. Ia sudah mengoleskan salep tadi. Ia harap lukanya cepat hilang karena ia tidak mau terus terbayang dengan perlakuan kasar Garry pada Abel. Sengaja ataupun tidak, Risty tidak terima adiknya diperlakukan seperti ini.

"Dia mencengkeram tanganku. Aku takut dia macam-macam. Aku sudah memintanya melepaskanku tapi dia tidak mau. Kakak, bagaimana kalau dia datang lagi?"

Tatapan mata Abel membuat Risty ingin menghukum dirinya sendiri karena telah membiarkan Garry mendekati adiknya. Tatapan itu juga mengingatkan Risty saat hari kematian orang tuanya.

(Not) YoursWhere stories live. Discover now