Duda?

29K 2.3K 64
                                    

Happy Reading!

*****

"Pegangan."

Abel langsung memeluk pinggang Garry saat Garry mulai mengayuh sepeda yang baru mereka sewa.

Saat ini mereka berada di kota tua. Tempat yang sebenarnya ingin Abel kunjungi bersama Risa. Sayangnya sahabatnya itu mendadak membatalkan janjinya. Kebetulan Garry sedang berada di rumahnya. Daripada dia batal pergi. Akhirnya Abel meminta Garry untuk menemaninya.

"Awas kalau kamu menjatuhkanku."

"Tidak. Aku hanya akan membuatmu jatuh cinta saja. Tidak sakit kok."

Abel mencubit pinggang Garry. Garry pura-pura kehilangan kendali atas sepedanya hingga membuat Abel berpegangan lebih kuat. Tanpa Abel ketahui, Garry tengah tersenyum.

Abel memejamkan matanya kuat. "Jangan jatuh. Jangan jatuh."

"Makanya jangan mencubitku."

Abel membuka matanya. Dia baru sadar kalau baru dikerjai oleh Garry.

"Turunkan aku. Dasar menyebalkan. Eh jangan cepat-cepat nanti nabrak orang."

Abel tak bisa tenang selama Garry memboncengnya. Ada saja yang dilakukan pria itu untuk membuatnya ketakutan. Dalam hati Abel sudah menyumpah serapah dan ingin membalas kejailan Garry.

"Tugasku di dunia ini untuk melindungimu. Mana mungkin aku menyakitimu," ujar Garry sambil terus mengayuh sepedanya.

"Kamu pernah menyakitiku."

"Waktu itu aku khilaf," jawab Garry cepat.

Saat dia ke rumah Abel tadi, dia tidak memiliki rencana sama sekali untuk mengajaknya pergi ke suatu tempat. Dia hanya perlu mengobrol dan bertemu Abel. Tapi entah kena angin apa, justru Abel yang mengajaknya pergi.

Garry menunduk melihat tangan Abel yang melingkar di pinggangnya. Kalau tidak begini, kapan lagi Abel mau menyentuhnya lebih dulu. Memegang tangannya saja butuh perjuangan dan izin dari sang pemilik terlebih dulu.

"Kalau nanti kamu khilaf lagi?"

"Ya diingetin. Jangan ditinggalin."

Garry terkejut ketika merasakan beban di punggungnya. Ia menoleh sebentar. Rupanya Abel tengah menyandarkan kepalanya di punggungnya. Kayuhan Garry tiba-tiba saja menjadi pelan. Dia tak ingin momen ini segera berakhir. Bahkan Garry tidak mau berbicara. Takut merusak semuanya.

Abel pun tak mengatakan apa-apa. Mereka menikmati pemandangan kota tua dan orang-orang yang berlalu lalang. Sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang bercanda dengan teman dan keluarga, ada yang sedang berfoto dan ada yang bersepeda seperti mereka sekarang. Semua itu tertangkap oleh netra Garry. Weekend memang hari yang indah untuk semua orang.

"Kok kayak siput sih?" protes Abel sambil menegakkan badannya.

"Takut ganggu kamu sandaran."

"Enggak ganggu kok. Aku mau foto dulu sebelum sepedanya dikembalikan."

Sesuai permintaan Abel, Garry mengambil beberapa foto Abel. Ia juga meminta seseorang untuk memotret dirinya dan Abel.

"Panas sekali ya?" Abel meminum air mineral yang baru dibelikan oleh Garry. "Setelah ini aku mau ke sea world."

"Boleh. Aku siap mengantarmu ke mana pun. Mau ke pelaminan juga ayuk."

"Apaan sih?"

Garry merangkul pundak Abel. Padahal dia serius tadi. Tapi terlalu muluk jika dia mengharapkan kata 'ya' dari mulut Abel. Abel tidak marah saja sudah kemajuan besar.

(Not) YoursWhere stories live. Discover now